Tidak Terduga

10.7K 425 23
                                    

Pagi hari, Noah dapat melihat si bungsu yang sedang sarapan sendiri di dekat kolam renang. Saat pandangan mereka bertemu, Linna segera melengos, kemudian beranjak dengan membawa roti yang digigit di mulut.

"Linna marah? "

Noah menahan bahu kecil adik bungsunya, menatap pada mata sayu itu, nampak terlihat jika Linna masih marah padanya.

"Linna mau sekolah"

Linna menepis tangan kakaknya, meninggalkan si sulung yang pikirannya sedang kacau akan jarak yang dibuat gadis kesayangannya.

Theo yang kebetulan lewat memandang kakak beradik itu, kemudian mengikuti si bungsu yang masuk mobil.

                             ======
"Linna, Linna, Linna"

Linna mengabaikan Theo yang mulai bersikap konyol, terus mengganggu si bungsu dengan menarik rambutnya atau menoel-noel pipi berlemak bayi itu. Mobil terus melaju ke sekolah mereka, dan kembarannya itu tidak berhenti hingga akhirnya Linna menoleh.

Theo mendekatkan bibir ke telinga si bungsu, berbisik pelan
"Ada hubungan apa sama kak Noah?"

Linna dengan ekspresi datar andalan menatap ke mata kembarannya, kemudian menggeleng perlahan.

"Oh ya?"

Dilihatnya Linna mengangguk, Theo menatap intens gadis disebelahnya kemudian tersenyum manis,manis yang tersirat. Dia menangkup wajah kembarannya, kemudian mengecup bibir ranumnya berulang kali, terus menerus hingga Linna mendorong pelan tubuhnya, rengekan kecil si bungsu terdengar menggemaskan.

"Udah mulai berani bohong sama Theo ya".

"Linna gak bohong"

"Masa?"

Kemudian kembali terdengar rengekan adiknya saat Theo dengan sengaja meniup pelan telinga Linna, bagian tubuhnya yang sensitif. Dia terus berusaha mendorong tubuh kembarannya, sembari menepis tangan Theo yang meremas pahanya.

"Diem"

"Gak mau"

Theo tertawa saat mendengar perkataan adiknya, saat mobil telah tiba disekolah, Linna dengan segera membuka pintu, berlari masuk meninggalkan kembarannya yang tersenyum lebar.

=====

Saat bel istirahat berbunyi, Linna segera pergi ke kantin, perutnya sudah bergemuruh sejak pagi, hanya dijejalkan sepotong roti, jelas saja dia kelaparan.

"Awas"

Tubuh mungil Linna tertarik pelan ke pinggir saat seseorang menarik bahunya pelan. Dilihatnya para anak laki-laki yang berlari tadi, kemudian tatapannya berubah haluan pada seseorang yang tadi menariknya.

"Lo kenapa gak nungguin gue?"

"Lupa"

Menghela nafas, orang tadi kemudian menggandeng tangan kecil Linna, kembali berjalan ke arah kantin. Matanya tanpa henti terus memperhatikan gadis pendek disampingnya, sesekali akan menepuk kepala Linna sepanjang mereka berjalan ke arah tujuan.

Namanya Hansel, satu-satunya teman yang Linna punya. Tubuhnya tinggi menjulang dengan wajah rupawan, cerdas dan berwawasan luas, namun pemilih dalam berteman. Linna adalah satu dari sedikit teman yang dia punya.

"Keripik pedas"

"Gak, gue pesenin yang lain, lo tunggu disini".

Linna memperhatikan kemana Hansel berjalan, saat dirasa sudah agak jauh, dengan setengah berlari dia kemudian mendatangi tempat menjual keripik pedas, membeli satu, dan langsung memakannya di tempat.
Saat Hansel kembali, dia menghela nafas gusar saat dilihatnya Linna menghilang dari tempatnya tadi dan sekarang sedang berdiri dengan jarak 4 meter darinya sambil memakan keripik pedas.

"Jangan makan ini". Hansel merebut keripik pedas dari gadis pendek didepannya. Linna yang merasa kesal, dengan cepat berusaha merebut kembali keripiknya, melompat-lompat kecil walau tau usahanya sia-sia. Dia hanya setinggi dada Hansel, jelas keripik yang ada di tangan cowok jangkung itu tidak dapat diraihnya.

" Balikin"

"Gak"

Linna kemudian diam, lalu tanpa aba-aba berlari keluar ke arah kantin, Hansel yang tau gadis itu berlari kemana kemudian menyusul dengan berjalan santai, meninggalkan makanan yang tadi dia pesan untuk gadis itu.

Beberapa saat berjalan kaki, akhirnya dia sampai di gudang sekolah. Dengan cepat dia masuk, dan menemukan bungsu keluarga Wijaya sedang sembunyi dibalik meja, terlihat dari kepalanya yang menyembul. Hansel membiarkan, dengan sengaja dia duduk dimeja dimana tempat Linna bersembunyi, kemudian menggumam pelan.

"Linna dimana ya?"

"Padahal tadi kalo makannya habis pasti keripiknya dibalikkin"

Hening sejenak, Hansel melirik ke belakang, gadis itu tetap tidak mau beranjak.

"Nanti Hansel hukum kalo udah ketemu".

Hansel tersenyum saat Linna muncul dari tempat persembunyiannya, dia memutari meja, berdiri di antara dua kaki Hansel.

"Jangan, Linna gak mau"

Hansel merengkuh pinggang ramping Linna dan mengangkatnya ke atas paha. Dia mengusap pipi Linna, kemudian mencium bibir mungil gadis itu. Semakin lama ciuman itu semakin menuntut, Hansel memasukkan lidahnya ke dalam mulut Linna, memainkan lidah gadis kesayangannya.

"Nghhh... udhahh... "

Hansel baru melepaskan ciuman mereka setelah sama-sama kehabisan nafas. Dilihatnya air liur mereka mengalir hingga dagu Linna, menambah kesan menggoda gadis mungil di hadapannya. Dia memeluk tubuh Linna, mengusap rambut gadis itu lembut sambil berkata

"Jangan ngelawan, Hansel bakalan lakuin lebih dari ini lain kali, ngerti?"

=====

Ya, baru update sekarang, lama banget ya. Mohon dimaafkan. Karena ada kesibukan terpaksa cerita ini diabaikan sementara.

Ngomong-ngomong makasih banget sama yang udah mau baca cerita ini, lopyuuu.

𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang