Noah menatap tajam Linna yang duduk dipangkuan Alan, dengan Alan yang terus mengelus wajah adik bungsunya itu. Noah panas hanya dengan melihat kedua adiknya sedang bermanja-manja. Ya, Alan adalah adik ketiganya, beda setahun dengan Linna
Berbeda dengan Linna, Alan terlahir normal. Dia bahkan memiliki banyak teman, yang selalu dia kenalkan ke Linna, berharap adiknya itu memiliki banyak teman. Alan optimis adik kecilnya ini akan memiliki banyak teman sama seperti orang normal pada umumnya.
Alan memajukan wajahnya menatap Linna, memperhatikan bagaimana mata itu menatap tanpa riak emosi, dia kemudian mengecup pipi gembul gadis dihadapannya, di liriknya reaksi kakak sulungnya yang mengerutkan alis.
"Kenapa sih kak?". Alan menatap heran Noah yang seperti kebakaran jenggot, nampak tidak suka melihatnya bersama Linna.
" Kamu sudah besar, gak seharusnya pangku adikmu kaya gitu". Alan menatap kakaknya, kemudian menatap Linna yang bergeming.
"Biasa aja kali kak, kita kan saudara, gak ada yang aneh kok". Noah memutar mata, tidak ada yang aneh katanya. Padahal selama ini apa yang dilakukan Alan pada Linna itu sudah dapat peringatan dari ayahnya. Mengecup bibir, tidur satu kamar, mandi berdua. Alan melakukan semua itu seakan dia dan Linna masih berumur 6 tahun.
" Turunkan Linna, sekarang"
"Iya, bawel ah". Alan berdecak lantas menurunkan Linna dari pangkuannya. Noah melambaikan tangan pada Linna, menyuruh Linna mendekatinya. Saat sudah dekat, dia menarik pinggang adiknya kemudian mendudukkan gadis itu dipahanya.
" Cih, katanya jangan dipangku, kakak noh main pangku aja". Alan protes saat melihat kelakuan kakak sulungnya itu, namun diabaikan.
"Udah sana, jangan ganggu". Alan berlalu sambil berdecih mendapat pengusiran dari Noah.
" Lain kali, jangan mau dipangku Alan lagi, ngerti?". Noah hanya mendapati anggukan dari adik bungsunya itu, matanya salah fokus saat melihat bibir merah adiknya. Perlahan, dia mengecup bibir Linna, kemudian melumatnya.
Noah kemudian melepaskannya saat Linna mulai berontak, kehabisan nafas. Dapat dilihatnya bibir merah itu bengkak, membuatnya menyeringai melihat bagaimana menggodanya gadis dihadapannya.
"Kakak senang kamu lahir ke dunia ini, Linna"
=====
Linna terdiam saat dirasakannya hidung Alan mengendus lehernya. Alan amat menyukai aroma yang menguar dari tubuh adiknya, entah sejak kapan hal ini menjadi candu.Alan mengangkat wajahnya menatap mata bulat gadis yang lebih muda setahun darinya. Linna benar-benar tidak bereaksi apapun dengan berbagai perlakuannya. Dengan sengaja dia memasukkan jarinya ke dalam mulut adiknya, memainkan lidah Linna yang tetap bergeming.
Linna bagai boneka, bukan hanya karena dia diam menerima semua perlakuan apapun dari orang lain, fisiknya juga menyempurnakan hal tersebut. Linna perpaduan sempurna ibu dan ayah mereka. Mata bulat kecoklatan, hidung mancung, wajah mungil dengan pipi merona, kulitnya seputih pualam, rambut gadis itu lurus berwarna hitam kelam persis seperti ibunya.
Alan amat menyayangi si bungsu, sekalipun rasa sayangnya sesekali kelewatan.
Oh, bukan sesekali, terlalu sering.
Saat tau adik kecilnya tidak berekspresi dengan semua perlakuan orang lain, Alan mengambil kesempatan itu untuk memuaskan dirinya sendiri. Hanya dirinya dan Linna yang tau tentang ini, Alan tau Linna tidak akan buka mulut tentang apa yang terjadi di antara mereka berdua.
"Hisap jari kakak". Linna menggenggam tangan besar kakaknya, menghisap jari itu persis seperti perintah. Alan tersenyum melihat bagaimana si bungsu melakukan perintahnya tanpa bantahan.
"Cukup". Alan menarik kembali jarinya, diusapnya bibir merah Linna, tidak ada sedikitpun rasa bersalah walau dia sadar apa yang dia lakukan terhadap adiknya adalah sebuah kesalahan.
Linna beranjak dari pangkuan Alan, menatap mata kakak ketiganya dan setelah itu melambaikan tangan.
" Dadah". Tatapan Alan mengikuti kemana adiknya melangkah, keluar dari kamarnya.
=====
Menjelang malam, saat Linna sudah akan tertidur, bisa dirasakannya ada tangan besar melingkari perutnya. Dia menoleh dan bertemu tatap dengan kakak ketiganya."Ngapain?"
"Kakak gak bisa tidur".
Alan menelusupkan wajahnya di perpotongan leher si bungsu, menghirup aroma kesukaannya. Tangannya masuk ke dalam kaos yang dipakai Linna, mengelus perutnya.
Linna acuh, dia menutup matanya dan tak lama tertidur. Dapat Alan dengar nafas halus adiknya, dia tersenyum lantas mulai ikut memejamkan mata.
=====
Gitu deh ceritanya
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫
RomanceIni adalah kisah Noah, yang memiliki obsesi gila pada adiknya sendiri. Tidak hanya si sulung, ketiga kakak Linna pun melakukan tindakan tidak biasa pada si bungsu.