Linna dengan wajah datar menatap pada si sulung yang sedang berbincang bersama dengan rekan bisnisnya. Tatapannya mengedar keseluruh ruangan pesta yang diadakan oleh salah satu rekan kerja ayahnya. Noah menjadi perwakilan menggantikan Raynar yang sedang sibuk, Linna pun diikut sertakan ke dalam pesta ini dikarenakan kakak-kakaknya yang lain sedang memiliki urusan masing-masing.
"Lihatlah siapa gadis manis ini? bukankah dia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik". Seorang wanita mengelus kepala Linna dengan lembut, tersenyum menatap si bungsu Wijaya yang terlihat bosan.
"Dia adikku, anak bungsu di keluarga kami". Noah merangkul bahu adiknya perlahan, berusaha melindungi Linna dari segala sentuhan dari tangan-tangan manusia disekitarnya.
"Berapa usianya?"
"Enambelas tahun"
"Dia seumuran dengan anak lelakiku, apakah mungkin kalian tertarik menjodohkannya dengan seseorang?"
"Adikku masih terlalu muda, terlalu cepat untuk membahas perjodohan"
Noah tersenyum dingin, tentu saja bukan itu alasan sebenarnya.
"Linna mau itu"
Noah memperhatikan pada apa yang ditunjuk adiknya, kue-kue manis. Seorang lelaki yang juga melihat kearah mana Linna menunjuk, segera mengambil sepotong kue itu dan memberikannya pada si bungsu.
"Terimakasih". Suara halus itu amat nyaman didengar walau sekilas. Noah menyadari bagaimana mata itu menatap tertarik pada adiknya, rasanya dia ingin melenyapkan lelaki dihadapannya sekarang juga.
"Kami permisi sebentar". Noah lalu merangkul Linna, membawa si bungsu menjauh dari kumpulan rekan kerjanya. Ditatapnya si bungsu yang masih sibuk memakan kuenya. Hanya berselang beberapa hari, Linna sendiri yang akhirnya mencari Noah, seolah lupa dengan apa yang dilakukan si sulung padanya.
"Linna ngantuk"
"Mau pulang?". Noah dengan lembut bertanya, menutup mulut si bungsu dengan punggung tangan saat Linna menguap. Dia menggenggam tangan mungil adiknya, membawanya keluar dari ruangan. Belum larut, hanya saja Linna yang tidak terbiasa tidur terlalu malam sudah menunjukkan raut wajah mengantuk. Noah dengan segera membuka pintu mobil, melindungi kepala adiknya agak tidak terantuk. Memastikan si bungsu telah duduk dengan nyaman, dia kemudian memutari mobil dan masuk, kemudian mengemudi ke arah apartemen miliknya.
Linna hanya terdiam saat menyadari arah jalan yang berbeda, ini bukan jalan menuju ke rumah. Kepalanya menoleh pada si sulung yang masih fokus menyetir.
"Kita gak pulang?"
"Pulang, ke apartemen kakak"
Mendengar itu, Linna meraih ponselnya, mencari kontak papa. Noah tau apa yang akan dilakukan adiknya, karena itu dia mengambil ponsel gadis itu dan melemparnya ke belakang.
"Kakak cuma mau kamu istirahat"
Linna mengerjapkan matanya, kemudian mengangguk pelan. Noah yang melihat betapa penurutnya gadis itu sekarang rasanya ingin membanting adiknya ke ranjang. Mencumbu setiap inci tubuhnya, ingin mendengar desahan manis si bungsu.
Saat sampai di apartemen, Linna dengan cepat membuka pintu, berlari masuk ke dalam kamar kakaknya dan mengunci pintu. Noah tersenyum, paham jika adiknya juga mengerti maksud pikirannya membawa Linna kesini.
Noah mengetuk pintu itu pelan, saat tidak ada respon, dia akhirnya membuka suara.
"Linna mau kakak hukum?"
Beberapa detik menunggu, pintu akhirnya terbuka, Noah masuk, memandang pada si bungsu yang berdiri di pojok kamar, menatap datar pada dirinya.
"Kemari"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫
RomanceIni adalah kisah Noah, yang memiliki obsesi gila pada adiknya sendiri. Tidak hanya si sulung, ketiga kakak Linna pun melakukan tindakan tidak biasa pada si bungsu.