Raynar bersenandung pelan, mengabaikan si bungsu yang sedang menggelayut dipunggung. Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, kepala keluarga Wijaya berusaha memberi pengertian pada anak bungsunya dan mengurangi kontak fisik. Berbeda dengan Linna, dia tidak peduli akan hal tersebut, baginya itu hanya sekedar ciuman, suatu hal yang diajarkan Noah yang menjadi kesukaannya.
"Papa... "
"Ya?"
"Papa benci Linna?"
Raynar mengalihkan tatapan pada mata bulat itu, melihat bagaimana raut wajah si bungsu yang datar seperti biasa. Pada dasarnya dia memang tidak akan bisa mengabaikan anaknya yang satu ini.
"Tidak mungkin, papa tidak bisa membenci Linna, kenapa bertanya seperti itu?"
"Papa daritadi diam, Linna tidak diajak bicara atau main"
"Papa sedang sibuk, Linna lihat sendiri kan?"
Linna mengalihkan tatap pada setumpuk kertas entah apa itu serta laptop yang ada dihadapan ayahnya, mengabaikan semua itu, dia kembali berucap
"Hm, papa benci Linna"
Tubuhnya kemudian merosot jatuh, merangkak ke bawah meja dan meringkuk disana. Bungsu Wijaya sedang merajuk. Raynar tersenyum geli, ini adalah beberapa hal yang jarang diperlihatkan Linna. Raynar akhirnya ikut turun dan mendekat pada anak bungsunya, mengusap rambut coklat itu perlahan.
"Linna mau sesuatu? papa akan kabulkan"
"Peluk"
"Kemari"
Linna akhirnya bangkit dan dengan cepat merangkak ke atas pangkuan ayahnya, kali ini dirinya benar-benar hanya butuh pelukan. Bisa dirasakannya tangan papa yang mengusap punggungnya. Raynar menepuk pelan kepala si bungsu, berusaha menyamankan tubuh kecil dalam pelukannya itu.
"Lucu banget anak papa"
"Eung"
Tawa mengalun dari kepala keluarga Wijaya. Linna masihlah menggemaskan seperti biasa, bungsu kesayangannya ini tetap menghibur dengan segala tingkah apa adanya. Raynar terpukau saat menundukkan kepala dia disambut cengiran manis anaknya, sesuatu yang bahkan tidak pernah dia lihat setelah sekian lama.
"Linna sayang papa"
Senyum lembut terpatri pada bibir ayah dengan lima anak itu, hangatnya perkataan si bungsu membuat dia merasa bersalah akan kejadian kemarin. Tidak seharusnya demikian, Linna adalah harta berharga yang dia dan istri jaga sepenuh hati, berusaha agar anak ini tidak mengalami kesulitan dikemudian hari.
"Ya, papa juga sayang Linna".
=====
"Sakit... "
Noah mendengar keluhan disela-sela ciuman mereka. Kali ini dia abaikan protes itu, dirinya hanya sedang ingin menguasai si manis ini yang sejak pagi menempel pada ayah mereka, enggan beranjak walau Noah sudah memanggil.
Lenguhan terdengar semakin keras setiap kali Noah menyentak tubuhnya, kepala si bungsu sudah mendongak dengan air mata mengalir merasakan nikmat dibawah tubuh, seruan minta ampun diabaikan oleh si sulung.
"Ahh.. ahh!"
"Ahn tunggu.. mau pipis kak Noah.. ahh ampun"
"Hm? ampun?"
"eung udahh"
Linna menangis saat Noah justru semakin keras menyentak tubuhnya, dia sedang sensitif, saat sedang keluar Noah justru tidak memberikan jeda. Rasanya nikmat ini terlalu berlebihan, dia tidak tahan.
"Terlalu dalam. Ahh!"
Noah tersenyum mendengar Linna yang mulai meracau, dia lihat si bungsu yang mulai memasukkan jari ke dalam mulut, mengulum dan menjilatnya seperti es krim, kebiasaan yang muncul tiap kali dia merasa nikmat.
"Enak?"
"Eung enak, ah! jangan disitu!"
Noah justru semakin menumbuk dititik sensitif si bungsu meski dilarang. Dia suka setiap kali melihat Linna merengek memohon ampun, tubuh sensitif ini benar-benar menggiurkan.
"Ahn, lebih dalam, iyahh lagi"
See? pada akhirnya si bungsu menikmati, miliknya menjepit keras penis Noah.
"Ahh kak Noahh mau pipis.."
"Lebih keras, ah! ahn! ahh!"
Noah menjambak rambut si bungsu yang telah menungging, melihat punggung sempit itu semakin membuat birahinya naik. Tangan satunya meremas erat pinggang Linna yang pasti akan berbekas kemerahan.
"Ah! ah! ah! lebih keras!"
"Ah, hng!"
Noah memperdalam tumbukannya saat akhirnya mendapat pelepasan bersamaan dengan tubuh adiknya yang tersentak hebat, cairan itu terlalu banyak hingga mengalir dipaha si bungsu dan membasahi sprei. Noah menggerakkan tubuhnya pelan untuk menstimulasi sisa rasa nikmat yang dia rasakan tadi.
Dilihatnya si bungsu yang terlihat lelah, tentu saja dia lelah setelah berkali-kali mendapat pelepasan, menghadapi Noah memang membutuhkan banyak tenaga. Noah menarik penisnya, memperlihatkan milik Linna yang penuh dengan cairannya sendiri dan sperma Noah.
Si bungsu nampak lelah hingga memilih untuk tidur, nampak tidak peduli bahwa Noah baru saja mengeluarkan sperma ke dalam rahimnya. Noah sendiri nampak tidak ambil pusing, jika adiknya hamil dia akan dengan senang hati bertanggungjawab.
Setelah menyelimuti tubuh telanjang mereka berdua, Noah dalam jangka waktu lama hanya memandang wajah manis itu. Mengelus pelan pipi yang masih memerah, merapikan rambut berantakan akibat perbuatan Noah tadi. Tubuh kecil itu penuh kissmark dan bekas cengkraman tangannya.
Ya, Noah memang sudah gila, sejak awal keluarga ini memang tidak waras.
=====
Ya, saya balik lagi, maaf ya updatenya lama, tiba-tiba hilang ide buat cerita ini, apa ceritanya saya tarik aja? diunpublish?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫
RomanceIni adalah kisah Noah, yang memiliki obsesi gila pada adiknya sendiri. Tidak hanya si sulung, ketiga kakak Linna pun melakukan tindakan tidak biasa pada si bungsu.