Digigit si bungsu

16.9K 552 45
                                    

Linna menolehkan kepala ke arah Raynar saat mendengar suara berat itu memanggilnya. Mereka telah sampai di sebuah penthouse yang entah sejak kapan dibeli ayahnya.

"Linna, ayo makan"

Linna menatap ke arah meja yang telah terisi berbagai makanan yang dimasak langsung oleh ayahnya. Selain pekerja keras, ayahnya juga jago masak, sosok lelaki penyayang dan pengertian. Karena itulah mendiang ibunya sangat mencintai Raynar.

Linna makan tanpa menyadari tatapan sulit yang diarahkan Raynar padanya. Bukan tanpa alasan Raynar membawanya kesini, dia berpikir mungkin saja Linna takut mengaku tentang hal apa saja yang dilakukan Noah padanya karena lelaki itu ada dirumah. Anak bungsunya merupakan sosok yang tertutup, jadi dia melakukan tindakan ini agar dapat mengintrogasi Linna.

"Papa bosan kalau diem, Linna mau nonton film bareng papa?"

Melihat anggukan kepala Linna, Raynar kemudian mulai mencari film yang kira-kira disukai gadis itu. Dia harus membuat suasana senyaman mungkin agar Linna tidak tertekan.
Saat film sudah berjalan setengah lebih, Raynar membuka pembicaraan.

"Linna, apa Noah pernah membuatmu tidak nyaman? "

Melihat Linna menggelengkan kepalanya, Raynar kemudian berpikir dia harus melakukan tindakan apa agar si bungsu jujur.

"Linna, papa sudah tau semuanya, jadi tolong jujur ya".

Keterdiaman bungsu Wijaya menjadi sebuah jawaban bagi Raynar. Jadi, benar jika anak sulungnya melakukan tindakan tercela pada si bungsu?

"Kak Noah baik, papa jangan marah"

Raynar menghela nafas, sulit membuat si bungsu mengaku, walau wajah itu datar, Raynar tau bahwa Linna berusaha menyembunyikan kebenaran.

"Linna, papa tidak suka pembohong"

"Linna gak bohong"

"Anak papa cuma perlu jujur, papa gak akan marah"

"Linna gak bohong"

Tatapan mata Raynar menggelap, benar-benar keras kepala. Apa yang dilakukan Noah pada Linna sampai anak ini tetap mempertahankan kebohongan yang bahkan juga merugikannya.

Raynar meraihkan tangannya pada pinggang si bungsu, mengangkat tubuh itu ke pangkuan. Ditatapnya tajam mata anaknya.

"Jawab papa, apa yang dilakukan Noah padamu?"

"Gak ada, papa"

"Papa tanya sekali lagi, apa yang dilakukan Noah padamu?"

"GAK ADA! LINNA BILANG GAK ADA!"

Raynar melebarkan matanya mendengar teriakan si bungsu disusul tangan mungil itu menampar pipinya, tidak keras, namun sanggup membuat emosinya naik. Linna bahkan berani melawan hanya untuk membela si sulung.

Raynar mencengkram pinggang Linna saat anak itu akan beranjak pergi. Linna yang merasa tidak nyaman dengan situasi tidak biasa ini, kemudian berontak, memukul tubuh ayahnya.

"Gak mau! Linna mau pulang! Mau kak Noah! Linna mau kak Noah!"

"Linna!"

Raynar kewalahan, bagaimana cara mendiang istrinya menenangkan si bungsu saat hal seperti ini terjadi. Linna terus berontak, membuat Raynar akhirnya mengangkat tubuh ringan itu.

"Lepas! Linna mau pulang! Mau kak Noah! Kak Noah!"

"Arghh!"

Raynar yang terkejut saat merasakan sakit dileher, kemudian melepaskan Linna. Dia meraba lehernya, melihat bercak darah di tangan. Ditatapnya Linna yang kembali tenang sambil mengusap bibir. Si bungsu berdiri menatap ayahnya tanpa rasa bersalah.

Raynar menghela nafas lagi, menyerah untuk saat ini.

"Kembalilah menonton, papa mau ke kamar"

                             =====

Walau tadi baru saja membuat ayahnya terluka, Linna mengekori kemana ayahnya pergi. Raynar melirik wajah datar anaknya sambil membersihkan luka dileher.

"Sakit papa? "

Emosinya yang sempat naik, kemudian turun saat mendengar suara manis si bungsu bertanya. Raynar tersenyum hangat sambil menepuk kepala Linna. Dia selalu lemah dengan anak kesayangannya ini. Raynar tidak menyangka bahwa makhluk manis menggemaskan yang sedang berdiri disampingnya ini baru saja menggigitnya hingga berdarah.

"Gak, cuma luka sedikit"

"Tapi papa tadi teriak"

Gemas, Raynar hanya bisa tersenyum geli. Sesaat hening, sampai kemudian mata Raynar melebar saat dirasakannya panas dileher. Si bungsu, tanpa ragu menjilat lehernya yang terluka, dengan cepat Raynar menahan bahu Linna.

"Linna, barusan ngapain?"

"Jilat leher papa"

"Iya, papa tau. Tapi buat apa?"

"Buat sembuhin luka papa"

Raynar menatap bingung anaknya, darimana bungsu Wijaya ini mempelajari hal tidak benar tersebut?

"Kata siapa tindakan Linna barusan bisa buat sembuhin luka?"

"Kata orang"

"Memang sebelumnya dia suruh Linna ngapain?"

Hening, sampai kemudian Raynar melihat Linna menarik tangannya, kemudian mengulum dua jarinya. Si bungsu memasuk dan mengeluarkan jari Raynar, menghisapnya tanpa ragu. Hingga Raynar dengan paksa menarik tangannya, menatap syok pada gadis dengan raut datar yang tadi baru saja melakukan tindakan erotis. Jika Linna bukan anaknya, Raynar mungkin saja terpancing.

"Kata kak Alan, kalau dijilat sama dihisap lukanya bakalan sembuh, papa"

Raynar ternganga, kenapa malah pengakuan tak terduga ini yang dia dapat?

                             =====
Alan bakalan di cincang, yeyy!

𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang