Twenty Seven [Revisi]

4.1K 147 0
                                        

027.

《》

Lain lagi dengan Ivy yang terkejut tapi mempererat pegangannya pada akar pohon tak lupa matanya terpejam karena takut. Perlahan ia mengerjab dan melihat ke depan, hutan yang gelap dan tampak menyeramkan membuat Ivy meneguk ludah kasar.

 Perlahan ia mengerjab dan melihat ke depan, hutan yang gelap dan tampak menyeramkan membuat Ivy meneguk ludah kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gini nih akibat bandel sama calon laki, kualat kan," gerutunya.

Ivy melihat ke bawah dan tersenyum bak orang gila, ternyata ia akan mati karena di bawahnya adalah tanah rata dan jaraknya dengan tanah itu sekitar 1 meter saja membuat ia dengan lugas melompat ke bawah. Tangannya meraba ke dalam tas berisi ponselnya dan hendak menelepon Erlang akan tetapi tak ada sinyal sama sekali membuatnya menghela napas gusar.

Waktu sudah menunjukan pukul 17.37, pertanda bahwa sebentar lagi waktu akan gelap. Sudah sejam yang lalu Ivy menyusuri hutan gelap itu sambil berharap-harap cemas, sudah berulang kali ia berteriak tapi nihil tak ada yang datang padanya.

Bulu kuduk Ivy tiba-tiba merinding ketika ia merasakan hembusan napas menerpa pipinya, Ivy menghentikan langkahnya dan menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya kemudian tersenyum semanis.

"Maaf ya, Ivy gak berniat ganggu kok cuman kesasar aja," ucapnya pada sosok yang menghembuskan napasnya walau Ivy tak melihat wujudnya hanya saja instingnya berkata bahwa ada orang di sampingnya. Entahlah ini bisa disebut kekurangan atau kelebihan, Ivy adalah anak indigo tapi berbeda dengan anak yang lain, kemampuannya sebatas merasakan keberadaan, melihat, merasakan sentuhan, mendengar makhluk halus tak sampai meramalkan masa depan. Ia bukan Tuhan yang bisa meramal masa depan karena ia hanya diberi kemampuan khusus untuk melihat makhluk ciptaan Allah yang lain.

Setelah berujar seperti itu, hatinya merasa lega dan suasana di sekitarnya kembali seperti semula. "Makasih ya." Ivy melanjutkan perjalanannya karena sosok makhluk halus tersebut tak mengganggunya.

Baru dua langkah ia tempu, kembali terasa dorongan di bahunya pelan. Ivy tetap maju walau hatinya merasa tak enak, hawa tak enak kembali membuatnya merinding. Dirasa targetnya tak merespon, sosok tak berwujud itu kembali mendorong pelan bahu Ivy targetnya diam-diam meneteskan air matanya.

"Bagaimana? rencananya berjalan lancar?"

Walau takut, Ivy langsung merunduk sambil menghadap ke belakang di mana keberadaan sosok tak berwujud itu Ivy rasakan masih di sana. Menutup mulutnya kuat sembari menangis dan telinganya yang berusaha mendengar pembicaraan dua orang tak jauh darinya.

"Maaf... Ivy gak sengaja masuk ke sini, Ivy kesasar. Jangan ganggu Ivy... maaf...," air mata masih tetap menetes dengan suara lirih ia berucap agar sosok itu perginya.

Ia kira begitu akan tetapi, di sekitarnya masih menegangkan membuat gadis itu yakin bahwa sosok menyeramkan tadi masih berada di dekatnya.

"Lancar, kak. Mungkin dalam beberapa hari lagi Ivy bakalan jadi milik lo seutuhnya?" suara gadis lainnya sambil tersenyum miring.

Kamu milikku! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang