26. Doraemon

361 45 0
                                    

Semenjak tahu kabar dari Aria tentang keluarga Vino yang hendak mengambil alat penunjang kehidupan Vino, aku tidak bisa tidur malamnya, hingga keesokan harinya aku masih memikirkan tentang masalah itu sampai-sampai aku tidak fokus pelajaran dan membuat guru marah.

Aku menghela napas lelah. Hari ini Ailan tidak masuk, arwah Vino yang biasa terbang bersama Eri juga tidak ada, jadi aku seharian ini hanya bersama Alisa karena Alisa sendiri tidak lagi menemui Arga saat istirahat. Bicara soal Arga, pemuda itu sudah masuk penjara karena semua bukti kejahatan mengarah ke arahnya.

Keesokan harinya saya berangkat sekolah dengan tidak bersemangat karena nanti ada ulangan harian kimia. Aku turun dari bis dengan malas, entah kenapa mood-ku hari ini kurang bagus.

"Falyn!"

Suasana hatiku langsung berubah begitu melihat Ailan berdiri di halte dengan senyum lebar dan tangan yang dilambaikan, dia menyapaku dengan ceria.

"Ailan!" Aku berlari kecil menghampirinya.

"Ayo jalan bersama." Ailan meraih tanganku dan menggenggamnya.

Aku tersenyum lebar dan mengangguk. Kami berjalan menuju gerbang sekolah masih dengan Ailan yang begitu bahagia, dia bahkan bersenandung dan menggoyang-goyangkan badannya seperti anak kecil.

"Kau kenapa?" tanyaku, merasa aneh dengan sikapnya.

Padahal Ailan hanya sehari tidak masuk sekolah, entah apa atau siapa yang mengubah sifatnya yang biasanya dingin dan menjadi misterius ceria.

"Hari ini aku sangat bahagia." Kami berhenti begitu sampai di lapangan sekolah, Ailan berbalik ke arahku tanpa melepas tautan tangan kami.

"Aku sangat bahagia sampai-sampai rasanya ingin menciummu," lanjutnya disertai senyum polos.

"Otakmu konslet ya?"

Aku melepas gandengan tangan Ailan dan pergi dari hadapannya, daripada menghadapi Ailan yang stres.

Ailan mengikutiku. "Aku kemarin bertemu Doraemon, maka dari itu aku senang."

"Hm," gumamku tak peduli, lagi-lagi dia membahas Doraemon.

"Aku sudah lama aku nggak ketemu Doraemon, untungnya dia baik-baik saja."

Aku berhenti melangkah. "Doraemon itu nama panggilan sayang untuk pacarmu? Dia pacarmu?"

"Kau maunya dipanggil apa?"

"Ha?" Saya bingung.

"Ya kau kan calon pacarku, maunya dipanggil apa? Doraemon?" tanyanya serius, tapi begitu melihat muka kesalku dia malah menyemburkan tawa.

Ailan merangkulku dan kami jalan menuju kelas. Di depan kelas IPA 1, sekilas aku melihat Azhel berduaan dengan seorang gadis, mereka cukup dekat.

"Dia pacarnya Azhel?" tanyaku pelan.

Ailan menggeleng. "Entahlah, aku rasa Azhel masih tidak bisa melupakan masa lalunya."

Aku duduk di tempatku sesampainya di kelas, tetapi Ailan malah mengambil alih tempat Alisa, dia memutar badan agar duduknya berhadapan denganku.

"Doraemon itu romantis loh," ujarnya tiba-tiba.

Aku memutar bola mata, Ailan lagi-lagi membahas Doraemon, apa tidak ada hal lain yang ingin dia bahas?

"Pernah nonton Doraemon Stay By Me?" Ailan bahkan tidak mempedulikan tentang kebosananku.

Aku mengangguk malas.

"Nah, aku ingin menjadi Doraemonmu."

"Karena kau bisa memberikan segalanya?" tanyaku, merasa tertarik.

After Ecstasy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang