Side Story - 140216

302 16 0
                                    

14 Februari 2016

"Abang! Ayo cepat berangkat, nanti kau terlambat!" Ailan sudah meneriakinya dari luar.

Padahal hari ini hari Minggu, seharusnya Ailan bisa lebih tenang berada di rumah dan rebahan tetapi dia harus bangun pagi-pagi untuk mengantarkan Vino ke stasiun, katanya dia ada kunjungan entah ke mana dengan guru-guru dan teman SMA-nya.

"Iya sabar!" Vino berseru dari dalam.

Ailan merenggut kesal, kalau saja kedua orang tuanya tidak sibuk di rumah sakit, Ailan tidak akan mau disuruh mengantarkan Vino ke stasiun.

"Nanti keburu telat, Bang!" Ailan meributinya lagi.

Vino kemudian berlari tergesa-gesa menghampirinya, kemudian keduanya berangkat dengan mengendarai sepeda motornya, kali ini Ailan yang memboncengnya, ia memiliki kemampuan menyalip dengan baik jadi dipastikan Vino tidak akan terlambat.

"Bang pegangan, aku nggak mau nanti Abang jatuh!" seru Ailan sembari mengebut di jalanan.

"Iya iya, bawel deh."

Beberapa menit kemudian mereka sampai di stasiun. Ailan mengikuti Vino sampai di depan kereta, mereka menunggu anak-anak SMA Laverna berkumpul sampai lengkap terlebih dahulu.

"Nggak usah ditekuk gitu mukanya, nanti Falyn ikut mengantar Eri," ujar Vino karena melihat wajah Ailan yang kesal.

Ailan menoleh, ia tidak tergoda dengan ucapan Vino. Kakaknya itu pergi ke suatu tempat dan Ailan hanya memperhatikannya, ia hari ini kesal dengan Vino karena bukannya merasa bersalah dia malah cengengesan, Ailan memang tahu abangnya itu orangnya memang suka tertawa, tetapi saat ini abangnya salah waktu.

"Nih." Vino memberikan salah satu minuman isotonik dan ia meminum miliknya, Ailan hanya meliriknya. "Aku tadi dapat promo beli satu gratis satu, untukmu saja daripada aku buang."

Ailan memutar bola mata malas, tetapi ia tetap menerima minuman itu dan meminumnya. "Bohongnya kelihatan banget."

"Eri sudah datang." Vino menunjuk sekumpulan keluarga yang berdiri tak jauh darinya, di sana juga ada Falyn dan kedua orang tuanya.

"Kalau begitu aku pulang dulu, Bang, mau lanjut tidur." Ailan buru-buru pamit, ia tidak ingin terlihat di depan Falyn, ia terlalu malu kalo harus berhadapan dengan Falyn.

"Bentar." Vino tiba-tiba memeluk Ailan. "Adek baik-baik di rumah ya, jaga Mama Papa, Abang berangkat dulu."

Ailan melepaskan pelukannya. "Kenapa sih, Bang? Abang kan cuma pergi sebentar, nggak sampai sehari juga."

Vino tertawa. "Kalo memeluk adek sendiri tidak perlu harus pergi lama."

"Iya, Bang, nanti saat Abang pulang boleh peluk aku sepuasnya, tapi sekarang pergilah, sudah ditungguin cewekmu itu." Ailan menunjuk Eri yang sudah melambaikan tangan pada Vino.

"Aku duluan, Ailan." Vino menghampiri Eri, Vino terlihat menyalami kedua orang tua Eri dan berbincang sebentar dengan Falyn.

Ailan tidak langsung pergi, ia berjalan mendekati Falyn yang masih sibuk melambaikan tangan ke Eri. Ailan sengaja menunggu sampai kereta berangkat.

"Hati-hati Kakak!" seru Falyn bersemangat. "Nanti kue dari Mama dimakan ya!"

Ailan menoleh ke arah Falyn yang ada di sebelahnya, ia tersenyum tipis saat melihat gadis yang begitu dia cintai tersenyum lebar dengan wajah yang ceria.

Beberapa menit kemudian kereta berangkat, Vino yang melihat dari jendela kalau Ailan berdiri di samping Falyn, Vino melototkan mata dan akan berteriak, tetapi sebelum itu Ailan lebih dulu menggeleng, takut nanti ketahuan Falyn kalau ia yang kini ada di dekatnya.

After Ecstasy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang