"Sinbi-ya... katanya akan menghubungi dengan nomer baru. Kenapa belum menghubungiku sampai sekarang?."
"Samchon tetap sibuk bekerja. Umji jadi sedikit pembangkang dan sering bolos, kau harus memarahinya nanti. Imo sendirian di rumah, dia kesepian dan sangat merindukan kalian. Cepatlah pulang."
"Haraboji Lim meninggal, Yoona imo terlihat kuat. Tapi setelah pemakaman, dia datang lagi kerumahku, dia mabuk dan menangis dipelukan ibuku."
"Hari ini hari kelulusanku. Bagaimana denganmu? Apa kau sudah lulus juga? Tapi mengingat kau bodoh bahasa inggris, sepertinya tidak. Mana nomer barumu!."
"Aku akan wamil... kalau aku tidak mengirimimu email, berarti aku tidak selamat. Jhaha, bercanda. Selesai aku wamil nanti, kau harus sudah pulang."
"Aku satu barak dengan temannya Eunha, alias Jung Yejoon. Dia berisik sekali, astaga. Aku lupa memberitahumu kemarin. Umji kuliah di Jepang. Kau juga sudah kuliah 'kan? Jurusan apa?. Wamilku masih lama, aku jadi tertinggal kuliah."
"Aku belum berganti nomer, cepat hubungi aku sebelum aku menggantinya!."
Sowon masih sering mengirimi email, walaupun Sinbi tidak pernah menghubunginya lagi.
"Kita sudah satu barak, kenapa jadwal piket kita juga sama."keluh Yejoon saat mendapati Sowon bersamanya
"Kau kira aku suka denganmu? Aku juga bosan."balas Sowon
"Besok jatah libur kita. Mau pulang bersama?."
Sowon kadang bingung dengan kepribadian Yejoon yang berubah-ubah. Tadi mengeluh, kenapa sekarang malah mengajaknya.
"Sinbi menghubungimu lagi, tidak?."
"Tidak..."
"Kasihan..."
"Setidaknya dia meninggalkan salah satu kontaknya padaku. Aku tahu dia masih hidup. Memangnya kau?."
"Sialan..."
"Hampir 3 tahun Sinbi-ya, kau sedang apa sekarang?."Sowon membatin sambil menatap langit malam
******
"Grandpa... aaaa..."
"Grandpa bukan anak-anak, kenapa seperti itu?."
"Sudah kebiasaan.. cepat aaak..."Sinbi dengan telaten menyuapi kakeknya.
"Enak, tidak?. Perawat datang telat, jadi Aku memasaknya sendiri."
"Lumayan, ada peningkatan."
"Perawat akan datang satu jam lagi. Jangan kemana-mana sebelum dia datang. Aku pergi, jangan jadi kakek tua nakal."
"Pergilah, kamu cerewet sekali."
"Aku cerewet karena kemarin ada kakek tua yang hampir jatuh di teras depan."
"Cepatlah pergi, nanti kamu terlambat Sekolah."
Sinbi menyalakan tv, agar kakeknya tidak bosan. Sebelum pergi dia mengambil gelas dan termos air minum. Mungkin saja nanti kakeknya haus.
"Aku pergi grandpa. Aku serius dengan peringatanku tadi. Jangan nakal."pamit Sinbi
Kakeknya mengangguk, cucunya ini masih saja belum pergi dan merapihkan kamarnya.
"Aku menyimpan pispot disini, jangan ke kamar mandi sendiri sampai perawat datang."
"Arraso, pergilah."
"Aku pergi."ujar Sinbi, dia kali ini benar-benar pergi setelah mencium pipi kakeknya
Selain sekolah, Sinbi sibuk merawat kakeknya yang terkena stroke. Semenjak neneknya meninggal, kakeknya menjadi sakit-sakitan. Puncaknya tahun lalu sampai terkena stroke, dan setengah badannya tidak bisa digerakan. Meskipun sudah terapi, dan kondisinya sudah mulai membaik tapi yang namanya sakit, benar-benar harus dijaga. Apalagi kakeknya ini terkadang suka membantah dan nakal.