Jangan lupa subscribe ya. Dukung cerita lombaku.
Tinggalkan komentar dan lovenya.
Happy reading.
🍁🍁🍁🍁🍁
Bab 6 Khilaf
"Oh, di sini tak nyaman ya?"
Ardi menyeret Gita yang sudah meronta, lalu menghempaskannya ke ranjang king size.
Gita sudah menangis dan sekuat tenaga melawan tuannya.
"Ya Rabb, tolonglah hamba!"
Rintihan Gita tak menyurutkan kelakuan Ardi hingga membuat gadis itu pasrah dan perasaan bersalah pada suaminya melintas di benaknya.
Saat manik mata Ardi mengunci lawannya yang pasrah, terbesit rasa bersalah dalam dirinya. Ada perasaan aneh yang tidak bisa digambarkannya. Debaran jantung yang kian meningkat memaksanya menyudahi ulahnya.
"Berapa umurmu?" tanya Ardi dengan tegas sembari membetulkan posisinya dan menarik tangan Gita supaya bangun.
Memilih menjaga jarak dari singa yang baru saja jinak entah oleh apa, Gita mengusap air matanya. Sesekali masih ada isakan kecil yang tersisa.
"18 Tuan."
"Pantas saja, nggak pernah disentuh laki-laki? Baru juga digertak sudah ketakutan setengah mati. Bagaimana kalau yang di posisiku suamimu, huh? Pasti menyedihkan," ledek Ardi setengah mencibur.
Gita makin terlarut dalam kesedihan, tetapi masih bisa bernapas lega tuannya tersadar dari khilafnya.
"Jangan mengulangi kesalahan yang sama Laras, mengerti!"
"I...iya, Tuan."
"Kalau tidak ingat kamu saudara Revan, aku sudah melahapmu habis-habisan di ranjang itu."
Ucapan dengan intonasi tegas Ardi membuat tubuh Gita bergidik ngeri.
"Keluar sana! Sebelum aku berubah pikiran."
"Terima kasih, Tuan. Sekali lagi, maafkan saya!"
Ardi hanya berdehem sampai Gita berlalu dari kamarnya. Dia merenungi apa yang baru saja dilakukannya.
"Usianya sama dengan Gita, istriku yang kabur di malam pertama. Apakah sebenarnya dia juga belum siap menjadi seorang istri yang melayani suaminya. Ah, pers*tan dengan istri. Aku tidak menganggapnya istri sampai aku bisa membuatnya bertekuk lutut di hadapanku. Aku pasti akan menghancurkannya karena telah mempermalukanku." Ardi menghempaskan punggungnya ke ranjang menatap langit-langit kamar. Pikirannya mendadak kosong, wajah ketakutan Gita menari-nari di benaknya.
"Si*l, apa aku sudah diguna-guna gadis ingusan tadi?"
Gita masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya. Tubuhnya luruh ke lantai dan bersandar di pintu.
Memilih mengurung di kamarnya, Gita masih was-was dengan tuannya. Bisa saja laki-laki itu berubah pikiran dan menakutinya lagi.
Senja tiba, Gita terbangun dari tidurnya di lantai. Merasakan perutnya keroncongan, Gita bergegas ke dapur mencari Bi Irah.
"Non Laras, tadi belum makan siang kemana saja? Bibi ketuk-ketuk kamar nggak dengar ya?"
"Tuan Ardi kemana, Bi?"
"Tuan keluar sejak siang belum pulang, Non. Ayo makan dulu masih ada lauk dan sayur yang bibi masak untuk tuan."
"Aku boleh masak nggak, Bi? Mau coba bikin capcay, pengin makan yang segar berkuah, nih."
"Boleh, Non. Apa bibi masakin aja?"
"Nggak usah, Bi. Aku aja."
Memilih berkutat dengan sayuran aneka warna yang diambilnya dari kulkas, Gita sudah melupakan gundah dihatinya. Dalam waktu 30 menit sudah disulap menjadi capcay kuah dengan taburan bawang goreng di atasnya. Aroma khas merica menusuk hidungnya. Selera makannya menjadi berlipat. Selepas Maghrib, Gita mengajak Bi Irah makan tetapi wanita paruh baya itu menolak. Beliau sudah terbiasa makan sebelum Maghrib tiba untuk menjada kesehatan tubuhnya di usia senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Kabur di Malam Pertama
RomanceAnggita Larasati kabur dari pernikahan karena mengira dijadikan istri kedua laki-laki seusia ayahnya. Siapa sangka kaburnya justru terdampar di rumah suaminya yang tak lain adalah anak dari laki-laki seusia ayahnya tadi. Simak ceritanya yuk. Bantu...