Bab 4 Benci

2.3K 58 0
                                    

Jangan lupa subscribe dulu sebelum membaca.

Tinggalkan komentar dan love nya ya.

Salam sehat selalu.

🍁🍁🍁🍁🍁

Bab 4 Benci

"Layani aku dengan baik, kamu akan mendapat bayaran yang pantas!" Ardi menatap tajam mata indah Gita, membuat gadis manis itu tersentak.

"Layani? Maksudnya apa?"

Deg,

Ya Rabb, cobaan apalagi ini. Yang benar saja aku akan hidup seatap dengan manusia berperangai monster ini? Kelakuannya sepertinya lebih menyeramkan dari Revan.

"Jangan menakutinya, Ar!" larang Revan pada Ardi seketika meledakkan tawanya.

Bisa tertawa juga ternyata, batin Gita.

"Mel, pacarmu sudah ada tanda-tanda mencurigakan. Awasi dia!"

"Ckk, lama-lama bisa penat aku di sini. Ayo Sayang kita bersenang-senang saja! Baik-baik kamu di sini, Ras. Tolong jinakkan singa ini!"

Kini gantian Revan yang meledek Ardi membuat pemilik rumah bergaya modern itu melongo.

"Tunggu, Van! Terima kasih banyak, ya sudah membantuku. Aku berhutang budi padamu." Melia yang mendengar ucapan tulus Gita justru menatapnya sinis.

"Kedepan tidak usah merepotkannya lagi!" cegah Melia.

"Tidak masalah, cukup doakan saja aku awet bersama Melia!" ucap Revan seraya mengecup pipi mulus pacarnya hingga bersemu merah. Gita yang melihatnya hanya tersenyum kaku, ternyata mereka sudah biasa melakukannya di depan umum.

"Mudah-mudahan kalian segera bertaubat dan menikah!" ucap Gita dalam doanya.

Sepeninggal dua sejoli itu menyisakan Ardi dan Gita yang masih setia duduk di ruang tamu. Anak buah Ardi pun sudah melesat entah kemana.

Detak jantung Gita semakin bertalu-talu. Ditatap intens dari ujung kepala hingga ujung kaki membuat duduknya menjadi tak nyaman.

Melirik sekilas ke arah lawan, Gita segera menundukkan wajahnya saat matanya beradu dengan pemilik mata setajam elang yang duduk dihadapannya.

"Jadi, apa kamu sudah tidur dengan sahabatku?"

Gita tersentak mendengar pertanyaan gila yang dilontarkan majikannya. Memberanikan diri menatap wajah Ardi, Gita ingin berteriak tidak tetapi nyalinya sungguh menciut.

Aura dingin ditunjukkan majikannya dengan wajah penuh selidik masih menatap Gita.

"Apa kamu juga mau memberi pelayanan itu untukku, huh?" tegasnya membuat tubuh Gita meremang.

Benar saja dia lebih menyeramkan dari Revan.

"Ma...maaf, sesungguhnya saya takut."

Dengan tubuh masih gemetaran dan tenggorokan sedikit tercekat, air mata pun mengiringi ucapannya.

"Kamu sungguh takut?" 

Tangan kanan Ardi sudah mencengkeram dagu runcing Gita. Wajah tanpa polesan itu aslinya memancarkan kecantikan alami jika dipandang dengan seksama. Bak berlian yang terlihat indah saat digosok.

"Saya takut sama Allah, saya belum pernah melakukannya dan tidak pernah mau melakukannya kecuali dengan suami saya."

Ardi tercengang dibuatnya. Sungguh ini tamparan pertama baginya. Gadis yang baru saja menjadi pelayannya justru dengan berani mengguruinya. 

Sejatinya sudah lama dia melupakan Tuhannya. Lupa melaksanakan kewajiban seorang muslim.

Hampir sepertiga dari hidupnya dilewati dengan kesenangan dunia. Berkali-kali orang tuanya mengingatkan, tetapi dianggapnya sebagai angin lalu. Kini dengan beraninya ada sosok asing yang menyentilnya.

Istri yang Kabur di Malam PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang