1. It's you, Zoe?

278 27 6
                                    

Zoe melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah besar yang lokasinya terletak di tengah-tengah kota. Ya, itu adalah rumah papanya. Entah hal apa yang akan dibicarakan papanya sehingga repot-repot menyuruhnya kemari.

Seorang pria paruh baya bersetelan serba hitam menyapa di depan pintu utama kediaman keluarga Socarta itu.

"Selamat sore nona Zoe," sapanya ramah menampilkan kerutan-kerutan kecil di wajahnya yang kian waktu mengeriput.

"Om Leon? tumben di sini".

Pria yang dipanggilan Leon itu hanya tersenyum menanggapi sang nona kecil.

"Ah, masalahnya lumayan serius ternyata" gumam Zoe berhasil menyimpulkan.

Dengan matanya yang tajam ia dapat melihat satu map berwarna hitam dengan lambang naga sekecil peniti di pojok map yang sedang dibawa oleh pria paruh baya itu, tentunya tidak akan bisa terlihat jika hanya menggunakan indra penglihat dari manusia biasa.

Leon tau jelas kemana arah mata sang nona muda berkeliling. Ia langsung menyembunyikan map tersebut ke dalam jas panjang yang ia kenakan.

Leon adalah seseorang yang memiliki posisi lumayan penting dalam organisasi yang diikuti oleh papanya, sangat jarang Zoe melihat keberadaan pria itu karena jadwal kesibukannya yang bisa dibilang sangat padat. Zoe mengenal Leon sejak ia masih kecil, jadi cukup untuk bisa dibilang lumayan akrab.

"Nanti kamu juga tau sendiri. Masuk sana, papamu udah nunggu tuh kayaknya".

"Yaudah aku masuk duluan, Om mau pulang?"

"Iya, ada kerjaan"

Begitulah percakapan singkat yang terjadi sebelum keduanya berpisah.

__________________________

Sebuah bola basket dipantulkan secepat yang dia bisa dan dengan kelincahannya membawa bola itu menuju ke arah ring. Dia hanya seorang solo player kali ini, tapi kefokusannya tidak mudah tergoyahkan seperti sedang berhadapan dengan lawan.

1 dribble

2 dribble

3 dribble

dan shoot.....

Hasilanya bola itu masuk dengan lancarnya ke dalam ring. Bola jatuh dan memantul kembali ke lantai menimbulkan suara nyaring.

Plok

Plok

Plok

Suara tepuk tangan menggema dari belakang tubuh pemuda yang baru saja berhasil mencetak angka.

"Wihhhh udah berasa keren banget lo, gue liat-liat"

Tanpa menoleh juga ia sudah tau siapa sosok yang ada di belakangnya. Itu adalah suara kembarannya, Zoe. Pemuda itu memilih mengambil bola basket yang menggelinding di depannya dan dengan gerakan secepat kilat melemparkannya ke arah perempuan yang tadi bersuara.

"Anjir Zio, kepala gue bukan ring basket!" Zoe berhasil menangkap bola itu yang sekarang berada tepat di depan mukanya. Jika saja ia telat satu detik maka mungkin hidungnya sudah berdarah akibat benturan keras dari bola basket.

"Oh ya? sorry ga liat"

"Pantes, keturunan Socarta ada yang damage juga ternyata"

Zio mengalihkan tatapannya ketika mendengar ucapan Zoe. Hatinya sedikit terasa tidak nyaman.

Zoe yang menyadari ada kesalahan dalam ucapannya tadi langsung mendekat ke arah kembarannya itu.

"Sorry, maksud gue bukan gitu"

OrnamenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang