Flashback sebelum hari senin
Seorang gadis berambut sebahu terlihat tengah fokus ke satu objek di depannya. Seekor satwa mungil terus mengeong seperti meminta bantuan kepada siapa pun yang mendengar teriakannya. Sebuah jarum ia tusukkan ke kulit satwa malang itu. Tidak, bukan sebuah tusukan lagi melainkan beberapa. Seiring berjalannya tusukan demi tusukan, semakin keras juga suara si satwa tetapi tidak menghentikan aksi tangannya.
"Wissy, you did it again?"
Gadis berambut sebahu yang di panggil dengan sebutan Wissy itu menoleh ke belakang. Melihat seorang pemuda menyenderkan tubuhnya di tembok sambil bersedekap dada. Tangannya yang tadinya sibuk kini memilih diam.
"I'm Wiora now!" Hardiknya dengan suara tegas. Bentuk protesnya terhadap panggilan yang tidak ia kehendaki keluar di waktu yang tidak tepat. Benar, dia adalah Wiora, si gadis bahaya Rajawali High School
Pemuda itu tersenyum miring seolah meremehkan gadis di depannya ini. "Wiora terlalu kalem buat orang kayak kamu"
"Kalo ga ada urusan penting mending keluar" usir Wiora.
"Daripada ngobatin kucing mending bantuin aku nyelesaiin tugas dari Ornamen"
"Gue lagi ga ada misi, jadi stop ganggu!"
Wiora membalikkan badannya kembali fokus pada satwa mungil tadi. Seekor anak kucing yang tengah tergeletak itu terlihat tidak berdaya karena kakinya yang sobek. Wiora melanjutkan operasi kecilnya, menjahit bagian demi bagian luka yang menganga di bagian kaki.
Sepuluh menit adalah waktu yang ia butuhkan untuk menyelesaikan operasinya. Ia melepas sarung tangan karet yang melapisi kedua tangannya lalu membuangnya di tempat sampah yang tak jauh dari tempatnya berdiri, lalu tangannya dengan hati-hati memindahkan kucing kecil itu ke dalam sebuah kandang yang disiapkan sejak tadi. Kucingnya terlihat tidur atau mungkin pingsan akibat kelelahan berteriak atau mungkin karena obat bius yang bekerja.
Wiora berniat ingin pergi dari ruangan tapi ketika ia berbalik badannya melonjak agak sedikit terkejut karena matanya masih menangkap satu sosok yang tadi mencoba mengganggunya.
"Lo ngapain sih masih di sini, bikin kaget aja"
Cowok yang berusia setahun lebih tua darinya itu menegakkan tubuhnya. "I have a mission for you"
"Gausah ngibul. Kalaupun ada misi, Zero sendiri yang bakal ngehubungin gue"
"I'm serious, Wissy.....I mean Wio?"
Wiora mengabaikan perkataan cowok itu dan berjalan melewatinya. Lelaki itu tidak mau menyerah sehingga mengejar Wio. Ia bahkan menahan lengan wio di genggamannya untuk mempersempit kemungkin untuk gadis itu kabur.
Wiora bukanlah orang yang mudah terpancing emosinya, tetapi kali ini ia cukup geram dengan kelakuan sosok yang menahan tangannya.
"Yuto, you dare me?"
Yuto, pemuda itu masih enggan melepas cengkraman tangannya pada lengan Wio. Ia merasakan ada yang tidak beres, telapak tangannya yang bersentuhan langsung dengan kulit Wio perlahan terasa panas. Hingga akhirnya ia sudah tidak tahan dengan suhunya dan memilih melepaskan cengkraman itu.
"Itu karena lo ga mau dengerin gue, jadi sorry aja kalo tangan lo kebakar"
Yuto mengibaskan tangannya yang terasa seperti terbakar. Ia melihat telapak tangannya yang kini berwarna merah, tetapi masih belum menunjukkan adanya luka bakar.
"Zero akan marah kalau tau kamu gunain kekuatanmu untuk menyakitiku"
Wiora memutar bola matanya malas. Ia hanya ingin me time di saat hari libur begini, bahkan ia sudah mematikan ponselnya agar tidak ada seorang pun yang mengganggu waktu liburnya termasuk orang yang disebut Zero itu tetapi seperti yang terlihat bahwa rencananya tidak berhasil. Orang itu malah mengirim kaki tangannya ke rumah miliknya untuk merecoki kegiatan yang sedang ia lakukan, siapa lagi kalau bukan Yuto.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ornamen
AcakOrnamen adalah organisasi yang menampung banyak manusia berkekuatan magic di dalamnya. Kelompok ini sudah ada sejak nenek moyang mereka, dan pada setiap generasi pasti memiliki kisahnya sendiri. Pada generasi baru ini mereka mungkin masih remaja, ta...