Fervent Utterance

287 51 13
                                    

Irish sebetulnya masih menerka-nerka tentang perasaannya sampai di hari itu.

Tentang hubungannya sama Abe yang kerasa gak jalan kemana-mana; tentang Abe dan cewek lain yang Irish liat di tempat BBQ.

Sebenernya Irish gak ada kendali buat marahㅡpikirnya. Abe dan Irish technically gak pernah terikat apapun. They never made any promise. They are not in a commited relationship.

Ketika orang nanya 'kalian tuh sebenernya apa?' The furthest they could answer is: 'we're friends. A very good friends' karna mereka gak mungkin jawab 'we're almost lovers.'

Irish kira dia udah berhasil meng-handle perasaan tak berlabel itu dengan baik semenjak mereka jaga jarak.

Tapi hari itu waktu dia liat cowok yang selama ini dekat dengannya itu dibopong sama tim medis ospek ke klinik, sesuatu di dadanya balik bergejolak; she then remembered how secretive he had become these days.

Irish gak tau apa-apa ketika Jay bilang Abe lagi sibuk sama kakak tingkatnya.

Pun ia gak tau apa kesibukan tersebut sampe cowok itu jatuh sakit.

Apakah salah Abe? Lagi-lagi Irish yakin bukan.

But it just feels unfair that.. she doesn't know him that much. She feels failed and that makes her sad.

Or maybe angry. Let's just say Irish was mad of herself that day.

"Rish, Nadine titip pesen abis dzuhur nanti kumpul ya di aula C."

Irish ngangguk sambil nyesep air putihnya lewat sedotan. Kemudian dia buru-buru menegakkan badan sesaat setelah melirik nametag yang menggantung di leher perempuan barusan.

"Eh Kal," ucap Irish buru-buru. "Lo anak medis ya?"

"Abe.. masih di klinik?"

Sang pemilik nama Kalya mengernyit. "Abe?"

"Iya. Abraham."

"Oh, yang anak hukum tadi itu ya?" tanya Kalya memastikan. "Dia nggak ke klinik, Rish. Gak mau ceunah."

Nggak mau. Sounds pretty much like something he would say.

"Tapi kan tadi dia udah sampe dibopong gitu," ucap Irish lagi. "Kirain bakal dibopong langsung ke klinik.. emang bisa ya nolak gitu?"

"Nah iya, gue juga nggak ngerti," Kalya mengangkat bahunya. "Gue bagian jaga klinik tadi. Tapi gak dateng-dateng tuh orangnya sampe.."

Kalya berenti ngomong. Irish yang pikirannya lagi kemana-mana otomatis balik merhatiin muka Kalya.. yang lagi natap lurus ke arah sebelah kepalanya.

"Panjang umur," ujar Kalya. "Lo udah gak papa? Mau ke klinik gak?"

Irish bahkan gak ada kaget-kagetnya lagi ketika Abe muncul di belakangnya. Kayak.. sesering itu lho manusia ini muncul waktu lagi diomongin. Bedanya cuma di reaksi aja; biasanya Irish mendadak riang. Sekarang makin panas aja embusan nafasnya.

"Gua gak kenapa-napa, tadi udah dikasih daun sirih," sahut Abe. "Lu dicariin sama anak medis lain, katanya ada briefing."

Si anak medis temen Irish berlalu secara terburu-buru.

Irish memutar tumit; sekarang keduanya hadap-hadapan. "Lo tadi kemana kalo gak ke klinik?"

"Ikut briefing sama anak komdis lain."

Irish menelisik tiap inci wajah Abe. Sekilas tapi teliti. Gak ada ba-bi-bu tambahan, ditariknya pergelangan tangan Abe terus ditariklah cowok itu sampe ke klinik.

melting ice | sunghoon gaeulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang