Dari sekian banyak skenario tentang acara prom malem itu, Irish gak pernah nyangka yang kejadian malah yang sama sekali gak pernah terlintas di kepalanya.
Berdiri di depan lobby asrama anak FH.
Very embarassing must she say. Baru 5 menit berdiri sendirian di sana aja udah banyak banget yang ngeliatin dengan tatapan 'ngapain sih', padahal asramanya juga emang campur kok sama asrama cewek, bukan cowok doang.
Walaupun Irish tau mungkin yang munculin pertanyaan buat orang-orang yang lewat adalah jas hitam yang dia sampirin di lengan kirinya.
Lagian Jay lama banget. Temen satu regu ospeknya Irish itu katanya mau turun 5 menitan lagi. Nyatanya sampe kaki Irish balik sakit lagi juga nggak dateng-dateng tuh orang.
"Nyari siapa?"
Satu tepukan di pundaknya buat Irish muter badan ngadep seorang laki-laki dengan kemeja putih, no tuxedo, dua kancing teratas dibuka, dan rambut hitam masih tertata rapi pake gel.
"Oh," katanya lagi, setelah ngeliat jas di lengan Irish. "Punya gue ya?"
Irish ngangguk. "Iya.. sorry it took a while. Dan makasih."
"Lo udah gapapa?" tanya si laki-laki, yang Irish tau adalah pemilik asli dari jas yang sekarang diambilnya. "Judging at how you keep holding your head kayaknya masih kenapa-napa,"
"Udah mendingan kok, makasih banyak jasnya,"
"Lo bukan anak FH kan? Perlu gue anter balik ke asrama gak?"
Kalau ngomongin masalah perlu gak perlu, harusnya jawabannya adalah perlu, mengingat Irish sendiri gak yakin dia bisa sampe di asrama fakultasnya sendirian dengan kondisi kepala yang masih nyut-nyutan.
Tapi mengingat dia sendiri gak kenal cowok di depannya ini..
"Gausah gapapa," sahut Irish cepat.
Laki-laki di depannya ngangkat alisnya ragu, terus ngeliatin Irish dari ujung kepala sampe ujung sepatu.
"Kenapa? Gak akan gue usilin kok."
"Bukan gitu."
"Terus?" tambahnya.
Irish nyisir rambutnya pake sela jemari. "Gue bisa sendiri kok. Udah malem, lagian ke asrama gue gak gitu jauh."
Bersamaan dengan itu, intensitas orang yang lalu lalang keluar masuk asrama juga mulai berkurang. Si cowok yang tadinya harus minggir deket Irish ngambil beberapa langkah mundur, lalu ngelirik arlojinya.
"Iya sih udah malem, gue juga harus belajar," katanya. "Tapi justru karna udah malem lo gak boleh jalan sendirian. Bentar gue minta tolong temen gue aja,"
"Wait.."
Si lelaki noleh waktu pergelangan tangannya dipegang. "Boleh minta tolong ke Jay aja gak? Jay.. gue kenal Jay. He's my friend. We're friends."
"Jay?"
Irish ngangguk. "Kenal kan?"
"Jay bukan anak FH.." laki-laki itu kemudian ketawa. "Astaga, tu anak bilang dia anak hukum apa gimana? Terus lo diboongin?"
Irish jadi linglung sendiri. Kalo bukan anak FH.. ngapain..
"Engga engga bentar," Irish ngangkat dua tangannya sebelum jelasin. "Tadi tuh gue bilang ke dia mau balikin jas ini.. since tadi gue liat dia juga ada di klinik.. and I don't know if you'd be here jadi gue mau titip ke dia aja.. Dia bilang tunggu aja di lobby asrama FH biar dia turun.."
Si cowok masih nahan tawanya.
"Terus kalo dia bukan anak FH.. ngapain.."
Laki-laki di depan Irish ngangguk. "Lo dititipin. Ke gue. Ya udah gue anter aja ayok."
KAMU SEDANG MEMBACA
melting ice | sunghoon gaeul
FanfictionIrish jatuh hati, and she's ready to risk more of what she have. The thing is, is it the same another way around? © fenderking, 2022. #1 - Gaeul (220119) #1 - Aistumn (230214) #19 Sunghoon (220512)