Bisa dibilang, Abe dan Jay both took the word 'soulmate' very seriously.
Ketika satunya lagi seneng, satunya ikut seneng. Ketika satunya lagi sedih, satunya ikut sedih. Ketika satunya lagi bingung, yang satu bantu cari jawaban.
Dan sekarang ketika yang satu lagi sakit, yang rawat adalah (sesuai pola) yang satunya.
Even orang tua satu sama lain aja nggak segitunya nemenin di susah dan senangㅡsadly.
"Gua perlu opname gak?" tanya Abe. Dia nengok ke Jay yang lagi duduk di kursi sebelah ranjang sambil ngupas jeruk.
Jay mendengus. "Untungnya enggak."
"Diinfus karna kecapean kok bikin ngerasa kayak orang jenius ya anjir," gumam Abe. Diangkatnya sebelah tangannya itu sambil bersandar di sandaran ranjangnya. "Padahal gua gak ngapa-ngapain."
Kalimat itu sedikit banyak offensive buat Jay yang selama beberapa minggu ke belakang ini paling waswas sama keadaan bocah Hardian tersebut. Bener-bener definisi gak tau diri dah pokoknya Abraham Kin ini.
"Be for real," sungut Jay. "You've been risking your life past weeks and I've been yelling the hell out of my throat so that you could be careful, now that's the first thing that came into your mind after getting an IV?"
Abe KAGET. Langsung diem anaknya.
"Biasa aja kali," katanya. "You sounded so gay."
"Ya maaf kalo kedengeran gay," sambar Jay cepat. "Kalo lo ngasih tau Irish bakal dia kali yang ngomelin bukan gua."
"Elu kan tau gua sama Irish lagi kayak gimana," Abe menarik selimutnya. "Boro-boro ngasih tau, temu muka di kampus aja dia kabur duluan."
"Ya kan awal masalah dia kabur tuh karna elu gak mau cerita bego."
Jay tuh sebenernya tau ya mengungkit-ungkit kesalahan Abe yang bikin Irish marah kemarin tuh gak akan memperbaiki apa-apa. It all happened anyway gitu loh. Mau disindir sampe mampus juga hubungan Abe dan Irish gak akan balik seperti semula ketika mereka lagi PDKT.
Cuma Jay masih greget aja sampe sekarang sama temennya itu karna komunikasinya JELEK.
Bodo amat dah rencananya perihal komunikasi jelek ini akan terus Jay suarakan di mana pun dan kapan pun biar anaknya nyadar.
Yang disindir kemudian mendengus kesal sambil kembali menarik selimutnya. Tadinya cuma seperut, sekarang nutupin mukanya. "Ya pokoknya maaf deh udah NGEREPOTIN elu."
Jay melempar kulit jeruk ke tempat sampah. "Payah elu Abraham cuuuuy cuy ngehubungin cewek doang gak bisa, ujung-ujungnya gua lagi."
Belom sampe lima menit noh menenggelamkan muka di balik selimut udah buru-buru disibak lagi.
"LU SURUH KESINI??"
Jay melengos. "Iyalah. Gua nih gini-gini sibuk gak bisa jaga elu terus. And I'm not GAY."
"Terus dia bilang mau dateng?" Abe menegakkan badannya.
"Gua cuma bilang elu lagi diinfus di IGD, kalo mau kesini. Dia oh oh aja."
"Terus dia mau kesini?"
"KAGA TAUUUU," sembur Jay. "Anjinglah lu sehat-sehat demi. RESE KALO LAGIㅡ"
Lagi naik-naiknya kan tuh tensi di satu tirai IGD yang diisi oleh satu lelaki temperamental dan temannya yang lagi tepar, tiba-tiba ada yang buka gordenㅡgak lain dan gak bukan adalah Irish, perempuan yang katanya sih barusan banget Jay telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
melting ice | sunghoon gaeul
FanfictionIrish jatuh hati, and she's ready to risk more of what she have. The thing is, is it the same another way around? © fenderking, 2022. #1 - Gaeul (220119) #1 - Aistumn (230214) #19 Sunghoon (220512)