.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku bergegas pergi sebelum mendapat amukkan lagi olehnya.Menaiki sepeda reyot yang biasa menjadi kendaraanku untuk mengantarkan pesanan roti. Menyusuri jalan kota Victa yang penuh dengan orang-orang sombong dan munafik.
Seandainya saja ibuku masih hidup, mungkin ayah tak akan segalak dan sekejam ini padaku. Aku tidak mengerti perubahan yang dialami ayah saat ibu meninggal.
Sifatnya berubah, dan kurasa... Bahkan ia tak lagi menganggapku sebagai anaknya.Aku membaca kembali alamat yang harus aku tuju. Yeah, untung saja aku mengetahuinya. Jadi bisa dipastikan bahwa roti ini masih hangat di tangan pembeli. Roti adalah salah satu makanan yang sangat digemari oleh rakyat The Kingdom Of Vic Proudly. Terutama di daerahku, kota Victa. Aku memang tinggal di negara kerajaan.
Istana yang megah, Raja, Ratu, Pangeran, Puteri. Betapa bahagianya mereka, bukan?
Tinggal di tempat orang-orang yang menghormati penuh mereka. Selalu tunduk atas wibawa mereka. Tidak sepertiku. Aku tinggal di tempat orang-orang yang bisa seenaknya menginjakku. Merendahkan dan menghinaku semau mereka.Aku mengerti bahwa semua hanyalah masalah kasta. Dan kali ini aku berperan sebagai golongan rendah.
Tiba-tiba aku mendengar suara pekikan kuda. Dan saat itu pula sesuatu yang keras menabrakku hingga aku terjatuh dari sepeda reyot milikku. Apa yang terjadi? Kepalaku terasa sangat sakit. Lututku sepertinya luka dan berdarah. Seketika itu pula matakku melirik sebuah kuda besar putih dengan kereta yang berada di belakangnya. Oh apakah aku baru saja di tabrak kereta kuda?
Bunuh saja aku.Kereta kuda itu pergi. Berlalu begitu saja dan tidak sama sekali menolongku. Atau apakah setidaknya orang yang mengendarai kereta kuda itu tak mau meminta maaf sedikitpun padaku? Orang berkasta tinggi. Aku sangat memahami kesombongan mereka dan perilaku mereka. Semua terlihat seenaknya bagi mereka.
God! Bagaimana dengan rotiku?
Aku melirik ke arah lain. Melihat keadaan rotiku yang sepertinya telah tertindas oleh roda kereta kuda tadi. Oh sempurnalah sudah! Sekarang sepertinya aku harus mempersiapkan diriku menghadapi kemarahan ayahku.
Perang dunia ketiga segera dimulai.
I know it's short._. Than leave your feedback.
TO BE CONTINUED...
KAMU SEDANG MEMBACA
Requeena (New)
RandomAku manusia. Aku memiliki hati yang tidak sekeras batu granit. Bagaimana cara aku mendengar setiap perkataan mereka. Bagaimana dengan caraku menyikapi setiap perilaku mereka. Aku hanya bisa diam dan berpura-pura tidak memperdulikan mereka. Namun, h...