Aku melangkah dengan terburu-buru menuju ruangan raja.
Ketika aku membuka pintunya, aku melihat ayahku yang sedang berdiri menghadap balkon yang memberikan pemandangan yang luar biasa indahnya.
"Ketuk pintumu, Kevoul." Ucapnya tidak memandangku.
"Maaf, dad. Tapi, aku mau menanyakan sesuatu padamu." Ia melangkah mendekatiku dengan sorot mata damainya.
"Ada apa?"
"Aku melihat gelang yang hilang itu. Gelang dandelion putih yang pernah dad berikan pada mom." Jawabku. Aku melihat ada sorot keterkejutan dari balik ekspresinya. Lalu ia tertawa sarkastik.
"Lalu mengapa jika gelang itu ditemukan? Mommu tetap sudah tidak ada, Kevoul."
"Aku tahu. Mom memang sudah meninggal. Tapi bagaimana dengan adikku, dad? Aku tak yakin tulang-tulang itu adalah miliknya."
"Apa maksudmu, Kevoul?" Ayahku mulai menaikkan nada bicaranya. Aku hanya terus menatapnya.
"Ia memiliki mata yang sama denganmu, dad. Ia memiliki gelang yang sama dengan mom."
"Ia? Ia siapa maksudmu?"
"Gadis pelayan pribadiku yang baru. Aku tidak tahu siapa namanya." Ucapku tidak yakin. Aku melihat ayahku. Dia terdiam seperti memikirkan sesuatu. Sedetik itu pula, ayahku mulai tertawa. Menganggap apa yang kukatakan barusan hanyalah kekonyolan belaka.
"Kevoul, jika kau berpikir ia adalah adikmu yang sudah mati tebakar 16 tahun yang lalu, maka buanglah jauh-jauh pikiran itu. Banyak orang yang memiliki mata yang sama denganku. Dan gelang itu, aku memang membuat gelang itu dengan tanganku sendiri. Namun, jika ia memakainya, mungkin ia menemukan gelang itu entah dimana. Kau bahkan sebelumnya tidak pernah melihat gelang itu, nak." Jelasnya lalu melangkah menjauhiku dan kembali berdiri di balkonnya. Aku pun mengikutinya. Entah mengapa aku yakin dengan apa yang aku pikirkan. Dari awal aku sudah memikirkan mata itu. Dan ketika aku mendapatkan gelang yang dipakai olehnya membuatku setidaknya berpikir bahwa ia adalah adikku.
"Aku tidak bodoh, dad. Aku yakin benar setiap perkataanku." Ucapku.
"Mommu memang pergi dengan adikmu ketika pemberontakkan itu. Dan satu pelayan terpercayanya yang juga ikut bersamanya." Ayahku kembali berbicara dengan mengarahkan pandangannya kepada langit hitam yang luas di atas sana.
"Siapa nama pelayan itu?"
"Aku tidak terlalu ingat. Jika tidak salah, mungkin namanya adalah Delovey Nash."
"Kemana Delovey Nash, sekarang?"
"Aku tidak tahu. Apakah ia telah mati ketika pemberontakkan itu atau ia berhasil menyelamatkan dirinya. Aku sudah tidak lagi mendengar tentangnya." Delovey Nash. Mungkin aku harus bertanya padanya, jika ia masih hidup. Aku melangkahkan kakiku untuk meninggalkan ruangan ayahku. Aku hanya mendengar dengusan dari ayahku lalu membuka pintu dan menutupnya lagi.
Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Mencari Delovey Nash tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi ini tentang 16 tahun yang lalu.
Tapi otakku kembali berpikir.
Darimana Mr.Fallesh mendapatkan gadis itu? Oh atau mungkin sepertinya aku harus menemukan Mr.Fallesh terlebih dahulu?
***
"Mr.Fallesh!" Ucapku berlari terburu-buru mengejar Mr.Fallesh yang sedang berjalan di koridor istana.
"Ada yang bisa saya bantu, pangeran?"
"Aku ingin tahu dimana kau mendapatkan pelayan itu."
"Pelayan pribadimu yang baru?" Tanyanya mengernyit. Aku pun hanya mengangguk membenarkan. "Aku temukan gadis itu di toko roti kecil Mr.Nash. Di sebelah barat kota Victa."
"Mr.Nash adalah ayahnya?" Tanyaku kembali penasaran. Otakku kembali berpikir. Nama belakang pelayan terpercaya ibuku sama. Nash. Apakah ada keterkaitan dengan apa yang aku cari tentang Delovey Nash? Mr.Fallesh kembali mengernyit seperti sedang berpikir dan berusaha mengingat.
"Seingatku, bukan, pangeran. Saat itu, raja menyuruhku untuk menggantikan roti yang terinjak oleh kereta kudaku. Saat aku teliti, roti itu adalah roti keluarga Nash. Jadi, aku ke toko roti itu untuk mengganti rugi. Di sana, aku justru menemukan gadis itu yang sedang dimarah-marahi oleh Mr.Nash akibat kereta kudaku. Aku mendengarkan pembicaraan mereka. Dan sepertinya Mr.Nash berkata bahwa gadis itu bukanlah anak kandungnya. Dan aku tahu bahwa gadis itu sedang diusir oleh Mr.Nash. Lalu aku menawarkan tawaran untuk membelinya. Kukira..."
"Tunggu-tunggu! Kau membelinya?" Tanyaku memotong penjelasan Mr.Fallesh. Tidak yakin dengan penggunaan kata yang ia pakai.
"Iya, aku membelinya, pangeran. Dengan uang. Kukiran ia adalah gadis yang sangat cantik. Dan mungkin bisa menjadi pelayan pribadimu. Tapi, Yang Mulia Raja justru marah karena aku mengajaknya ke dalam istana." Jelasnya. Aku kembali mengernyit bingung.
"Mengapa ayahku marah?"
"Aku tidak tahu, pangeran. Katanya, seharusnya aku hanya harus menggantikan rotinya. Bukan justru menjadikannya pelayan." Jawabnya. Ada apa dengan ayahku sebenarnya? Tapi, yasudahlah. Ternyata, gadis itu bukanlah anak kandung Mr.Nash.
Masalahnya, adakah keterkaitan Mr.Nash dengan Delovey Nash?"Jadi, Mr.Nash bukanlah ayah kandungnya?" Tanyaku berusaha memastikan.
"Benar, pangeran." Jawabnya.
"Katakan padaku apa yang kau ketahui tentang keluarga Nash." Perintahku. Aku tahu Mr.Fallesh adalah pemimpin pengawal di istana. Ia banyak mengetahui orang luar, dan tentu saja, tidak terkecuali Mr.Nash.
"Mr.Nash memiliki seorang istri yang bernama Delovey Nash. Ia..."
"Tunggu-tunggu! Apakah kau baru saja bilang bahwa Delovey Nash itu adalah istrinya?" Tanyaku tidak percaya.
"Yeah. Aku baru saja mengatakannya, pangeran." Jawabnya. "Namun, setahuku, Delovey Nash sudah meninggal. Aku tak tau kapan tepatnya. Dan mereka memiliki 1 orang anak. Yaitu, gadis pelayan pribadimu itu. Namun, aku baru tahu bahwa gadis itu bukanlah anak kandung Mr.Nash. Jadi, mungkin Delovey Nash tidak memiliki seorang anak." Jelasnya yang membuatku terdiam.
Aku kembali berpikir.
Gadis pelayan itu. Ia memiliki mata yang sama dengan ayahku. Dan memiliki gelang yang dipakai oleh ibuku ketika aku melihat album fotonya. Gelang yang hanya satu di dunia ini. Karena, ayahkulah yang membuatnya sendiri.
Lalu, ayahku mulai memberitahuku bahwa memang, dulu. Ibu dan adikku pergi bersama seorang pelayan bernama Delovey Nash. Lalu, sekarang. Delovey Nash telah meninggal. Ia meninggalkan seorang suami dan anak yang baru diketahui bahwa anak itu adalah anak tiri. Gadis pelayan itu,Apakah benar ia adalah adikku yang diberitakan mati 16 tahun silam bersama ibuku?
Tidak mungkin,
***
To Be Continued......
KAMU SEDANG MEMBACA
Requeena (New)
RandomAku manusia. Aku memiliki hati yang tidak sekeras batu granit. Bagaimana cara aku mendengar setiap perkataan mereka. Bagaimana dengan caraku menyikapi setiap perilaku mereka. Aku hanya bisa diam dan berpura-pura tidak memperdulikan mereka. Namun, h...