A/N: I'm write what I want. If you don't like me, or don't like my story. Don't read it. Just simple. Don't judge me or my story before you know me better. I don't give a shit. Sorry for typo(s), abalism, gajeness, absurd on my story. Don't be a copycat. This story is mine. Thanks and happy reading!Oh iya!! Gua pernag ngepost cerita ini sebelumnya di akun yang sama. Tapi, gua hapus. Jangan tanya kenapa-_- oke, langsung aja. Check this out!! (:
.
.
.
.
.
.
Bagian 1: Requeen Nash
"Aku mengerti bahwa semua hanyalah masalah kasta. Dan kali ini aku berperan sebagai golongan rendah."
***
Sang angin berhembus dengan kencang. Meniupkan daun-daun yang mulai jatuh berguguran. Langit yang gelap tak lagi menunjukkan warna biru cerahnya. Pohon-pohon yang nyaris runtuh di sepanjang jalan kota Victa. Bumi terasa bergoncang. Tanah yang terbelah menjadi dua bagian. Tak ada lagi bangunan yang biasa kulihat. Tak ada lagi manusia-manusia yang biasa mengusik kehidupanku. Tak ada lagi mereka yang selalu menganggapku rendah karena aku hanyalah seorang anak penjual roti.
Seakan hanya ada aku sendiri di dunia ini.
Petir datang silih berganti. Terlihat kilat yang menghiasi langit yang tak lagi bersahabat.Hingga saat itu aku melihat ibuku! Iya, perempuan yang berdiri tidak jauh dariku itu adalah ibuku. Ibu yang telah pergi beberapa tahun yang lalu. Namun, mengapa ia disini? Bukankah seharusnya ia sudah hidup damai di sisi Tuhan?
Aku berjalan menghampirinya. Namun entah mengapa kakiku sangat berat untuk melangkah. Seperti terdapat seborgol baja yang membelenggu kakiku. Membawa beban berat yang sangat menggangguku.
Mataku memandang arah yang berbeda. Terlihat seorang mendiang Ratu kerajaan yang tersenyum anggun melihatku. Tak berselang lama, ada Raja yang datang merangkul tubuh sang Ratu. Tangannya kemudian mengajakku untuk ikut bersamanya.
Tunggu,tunggu!
Mengapa ada Raja dan mendiang Ratu disini? Mengapa mereka mengajakku ikut bersama mereka? Ada apa ini?
Tanpa menghilangkan raut keheranan atas perilaku Raja dan Ratu terhadapku, aku kembali melirik tempat ibuku. Namun sedetik itu pula, ia sudah tidak ada. Ibuku menghilang. Pergi meninggalkanku. Sendiri ketika dunia kini terlihat sangat menyeramkan di mataku.
Lebih menyeramkan ketika ayahku bahkan tidak lagi menjadi ayah yang seharusnya.
***
Aku bermimpi. Untuk yang kesekian kalinya.
Hal ini sungguh biasa dalam hidupku. Oh penderitaan apa lagi yang harus aku hadapi? Aku melirik pergelangan tanganku. Melihat sebuah gelang yang terpasang apik di tangan kananku. Gelang berwarna putih dengan gambar bunga dandelion khas kerajaan The Kingdom of Vic Proudly yang diagung-agungkan. Aku sudah memiliki gelang ini sejak kecil. Gelang yang sangat berharga bagi diriku. Seperti ibu yang selalu berada di sisiku. Ia selalu mengatakan bahwa penting diriku untuk menjaga gelang ini. Dan dia pernah bilang padaku bahwa gelang ini adalah gelang keberuntungan. Walaupun aku tidak sepenuhnya percaya, namun gelang ini selalu berhasil membantuku setiap kali aku merasa gugup. Well, hidup dalam bayang-bayang ibu yang telah mati tidaklah menyenangkan, bukan?
Aku bergegas mandi. Berpakaian, lalu membersihkan ranjangku. Di saat yang bersamaan, ayahku berteriak memanggil namaku.
"Requeen Nash! Cepat kemari dan bantu aku!" Teriaknya keras dari sebuah toko roti yang berada di bagian depan rumahku.
Aku mempercepat langkahku. Tak mau lagi melihat ayahku ketika ia sedang marah. Jujur saja bahwa hal itu sangat menyeramkan. Kau tak akan pernah mau melihatnya.
"Tuan Puteri sudah bangun dari tidur nyenyaknya?" Sindirnya terlihat kesal saat sesampainya aku berada di toko yang kini telah ramai pembeli. Sementara itu, sepertinya ayahku kewalahan menuruti setiap permintaan yang datang. Rambut ikalnya yang panjang sebahu itu diikat agar tak mengganggunya saat proses membuat roti. "Mengapa diam saja, Requeen? Cepat antarkan roti ini! Ikuti alamat yang tertulis dalam kertas dan harus kau pastikan roti ini masih dalam keadaan hangat. Jika tidak, aku tidak akan segan-segan untuk mengusirmu." Ucapnya lagi menyodorkan sekantong plastik berisi roti yang baru diangkat dari oven beserta kertas dan alamat yang harus aku cari.
Aku tidak bohong ketika berkata bahwa ayahku adalah orang yang paling galak sedunia. Percayalah bahwa ia adalah orang yang kejam. Dan yeah, dia adalah ayahku. Namun sepertinya bukan ayah dalam arti kata sebenarnya.
TO BE CONTINUED....
KAMU SEDANG MEMBACA
Requeena (New)
DiversosAku manusia. Aku memiliki hati yang tidak sekeras batu granit. Bagaimana cara aku mendengar setiap perkataan mereka. Bagaimana dengan caraku menyikapi setiap perilaku mereka. Aku hanya bisa diam dan berpura-pura tidak memperdulikan mereka. Namun, h...