.
.
.
.
.
.Kereta kuda mulai berangkat. Menimbulkan bunyi khas di telingaku. Namun otakku masih saja berpikir. Aku mencoba berpikir jernih dan positif. Berulang kali menanyakan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku hanya tahu bahwa aku tak memiliki ayah. Ayahku selama ini bukanlah ayah kandungku. Ia marah dan mengusirku. Lalu datang pria berpakaian seperti pengawal kerajaan. Memberi uang dalam jumlah yang banyak pada ayahku. Ayahku menyuruhku pergi lagi. Lalu pria asing ini membawaku. Aku kembali mencari alasan lain. Apapun yang setidaknya pantas di sebut masuk akal. Berkeliling dan berputar mencari jawaban. Namun, semuanya sia-sia. Aku tak menemukan apapun di dalam otakku. Hingga akhirnya aku bertanya pada hatiku. Namun jawabannya sungguh aneh dan tak masuk akal. Aku mencoba membuang jawaban itu jauh dari benakku. Namun aku kembali menemukannya. Aku tak tahu apakah perkataan hatiku itu benar.
Karena hatiku selalu menjawab bahwa ayahku kini telah menjualku.
***
Istana yang sangat megah.
Dinding yang kokoh bergaya mediteranian. Pengawal dan penjaga berada dimana-mana.
Terlihat keluar masuk kereta kuda, ataupun seseorang yang sedang menunggangi kuda.
Aku kembali menyadarkan diriku bahwa kini aku berada di istana. Aku tak tau bahwa ternyata sebuah istana yang berada di kerajaanku sebesar ini. Bunga dendalion terlihat apik di taman yang luasnya seperti sepuluh kali lipat lapangan bola. Aku penasaran dengan apa yang terlihat di dalam sana."Kau akan menjadi pelayan pribadi pangeran. Ayahmu menceritakan padaku bahwa kau bisa diandalkan dalam hal seperti itu. Jadi bertindaklah sopan di depan pangeran, atau dimanapun kau berada. Paham?" Ucap Mr.Fallesh tanpa memandangku. Aku hanya mengangguk mengerti. Oh aku akan menjadi pelayan pribadi pangeran? Aku harap tak ada masalah yang terjadi selama aku disini.
Aku jadi teringat dengan ibuku kembali. Ia dulunya juga adalah pelayan terpercaya sang mendiang Ratu Honorich. Setelah ada pemberontakkan yang menyerang kerajaan dan sistemnya, ibuku kembali menjadi ibu rumah tangga. Kata ibuku, Ratu Honorouch adalah orang terbaik yang pernah ibuku kenal. Sayangnya, ia harus mati ketika terjadi pemberontakkan yang menewaskan banyak prajurit. Namun, itu sudah 16 tahun yang lalu. Sepertinya, tak ada lagi orang yang mau mengingat tentang pemberontakkan berdarah itu.
Kakiku masih menelusuri lorong panjang. Sampai akhirnya Mr.Fallesh mengantarkanku pada sebuah ruangan. Ia membuka pintu yang sangat besar itu.
Mataku melihat lagi banyak ruangan yang ada didalamnya.
"Ini ruangan khusus untuk pelayan. Mereka semua wanita." Jelas Mr.Fallesh. Seketika itu pula, datanglah seorang wanita paruh baya yang menghampiri kami.
"Perkenalkan, aku Ms.Demish. Kepala pelayan disini. Kau membawa siapa, Fallesh?" Ucapnya memandangku. Aku tak tau mengapa. Namun aku khawatir atas kehadirannya disini. Ia terlihat garang.
"Gadis ini akan menjadi pelayan pribadi pangeran, Demish. Requeen Nash. Aku dapatkan ia dari toko roti kecil. Ayahnya menjualnya padaku. Jadi aku berpikir untuk membawanya ketempat ini. Pangeran butuh pelayan yang cantik seperti dia." Entah bagaimana wajahku, sekarang. Namun, pernyataan itu berhasil membuat hatiku menohok sekaligus malu. Apakah ia tak mau memilih kata-kata yang tidak setajam tadi?
"Oh. Apakah ia telah siap atau butuh pengajaran lagi agar..."
"Ayahnya mengatakan bahwa ia bisa diandalkan. Coba saja kau buktikan. Ajari apapun yang harus dilakukannya." Potong Mr.Fallesh memandangku. "Aku pergi." Sambungnya lagi lalu melangkahkan kakinya hingga tak terlihat lagi diruangan ini.
"Siapa namamu tadi?" Kepalaku tersentak mendengar Ms.Demish. Lalu menundukkan kepalaku takut.
"Aku Requeen Nash, ma'am."
"Tunjukkan padaku apa yang bisa kau lakukan. Ayo ikut aku." Ucapnya mengajakku entah kemana.
Aku harap menjadi pelayan tak seburuk yang aku kira.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Requeena (New)
CasualeAku manusia. Aku memiliki hati yang tidak sekeras batu granit. Bagaimana cara aku mendengar setiap perkataan mereka. Bagaimana dengan caraku menyikapi setiap perilaku mereka. Aku hanya bisa diam dan berpura-pura tidak memperdulikan mereka. Namun, h...