[05]

548 68 10
                                    

"Apakah tidak ada pelawan lain? Jika tidak ada maka pemenangnya akan segera ditetapkan" teriak Senopati dari kerajaan yang mengadakan sayembara.

Hening seketika kala mendengar teriakan Senopati. sang putri raja yang akan dinikahkan menatap malas ke arah sayembara, jika bukan karena perintah ayahnya untuk segera menikah maka dia tidak akan berada disana. Karena bosan putri itu melihat disekeliling Sampai pada akhirnya pandangannya terpaku kearah pemuda bercadar, aura pemuda itu berbeda dengan orang-orang disekitarnya.

Pemuda bercadar itu merasakan bahwa ada yang memerhatikannya namun ia hiraukan, hingga pada akhirnya terdengar suara sang putri.

"Pemuda bercadar itu adalah pelawan selanjutnya" semua menoleh kearah pemuda bercadar setelah mendengarnya, sedangkan pemuda itu sendiri kaget karena ia ditunjuk untuk melawannya.

"Baiklah putri, silahkan kisanak untuk segera masuk ke arena pertandingan"

"Maaf paman namun aku tidak ada niat sama sekali untuk mengikuti sayembara ini, jadi kau bisa mencari peserta yang lain" tolaknya.

"Tidak, aku tidak ingin menggantinya dengan peserta lain. Kau harus mengikuti sayembara ini mau tidak mau" kekeh sang putri.

Sang putri terlihat keras kepala dan tidak ingin mengalah membuat pemuda bercadar itu segera mencari solusi agar dirinya tidak mengikuti sayembara. Dari kejauhan nampak seseorang yang memperhatikan gerak-geriknya.

"Siapa dia? Mengapa aku merasa familiar dengannya"

Belum sempat pemuda bercadar itu mengucapkan kalimat, ia sudah diserang oleh petarung sayembara yang akan menjadi pemenang jika saja dirinya tidak melawan pemuda bercadar.

"Arghhh, siapa kau? kenapa kau menyerangku secara tiba-tiba seperti ini" erangnya.

"Apakah kau tak mengenaliku? Baiklah kalau begitu aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu" dia berjalan kearah pemuda bercadar itu dan berhenti ketika tepat berada didepannya, "aku Yudakara, anak dari orang yang kau bunuh 5 tahun yang lalu."

Ucapan itu sontak membuat pemuda bercadar bingung, seingatnya dia tidak pernah membunuh orang tua dari lelaki tersebut.

"Aku tidak pernah membunuh orang tuamu."

"Cih kau jangan pura-pura lupa, kau yang telah membunuh ayahku"

"Siapa ayahmu?"

"Argadana"

Deg

"Jadi anak ini adalah anak dari paman Argadana" batin seseorang.

******

Di balairoom Padjajaran terdapat keluarga Padjajaran termasuk dari kerajaan Kandang Wesi, semuanya tampak tenang menunggu Siliwangi mengeluarkan suara.

"Putraku Surawisesa dan putriku Rara Santang, ayahanda ingin kalian menyusul Raka kalian ke kerajaan pangkuan timur"

"Memangnya ada apa ayahanda?" Tanya Rara Kandita.

"Akan ada suatu kejadian besar yang akan melenyapkan banyak korban, maka sebelum itu terjadi bantulah mereka dengan beberapa prajurit yang sudah terlatih."

"Baiklah ayahanda" jawab Rara Santang dan surawisesa serempak.

******

"Paman Argadana meninggal akibat tidak sengaja terkena ajian dari Nyi Rompang bukan karena aku."

"Aku tidak akan pernah percaya padamu, sekarang ucapkan selamat tinggal pada dunia" seringainya.

Setelah mengucapkan itu Yudakara langsung mengeluarkan jurusnya dan terpaksa pemuda bercadar itu melawan balik.

Keduanya saling mengeluarkan jurus andalan mereka masing-masing hingga akhirnya Yudakara melakukan kecurangan dan pemuda bercadar itu terkena serangan dari Yudakara.

Diantara penonton terdapat dua anak Siliwangi yang menghadiri undangan sayembara, mereka adalah Kamandaka dan Banyak Ngampar. Kamandaka lebih dekat dengan adik-adiknya yang lain dibandingkan dengan Banyak Ngampar dikarenakan Banyak Ngampar lahir diluar istana sampai berusia 10 tahun dan pada saat itu semua saudaranya berkumpul kecuali Kian Santang yang sedang pergi mengembara.












Hai semuaaa

Maaf ya dipart kali ini pendek banget karena aku lagi gada ide buat nulis dan ini aku usahain buat update.

Maunya di update per Minggu atau sebulan 2x?

Salam hangat dari aku🤗

MENTARI PADJAJARAN (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang