Padjajaran adalah kerajaan yang terkenal dengan kemakmurannya. Kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja bernama Prabu Siliwangi, memiliki seorang Permaisuri bernama Ratu Subang Larang.
Siliwangi memiliki empat orang Istri dan sembilan orang anak. Ambet Kasih adalah Istri pertama Siliwangi yang memiliki dua orang anak Putra yaitu Kamandaka dan Banyak Ngampar. Istri kedua Siliwangi bernama Subang Larang sekaligus permasuri di Kerajaan Padjajaran, memiliki tiga orang anak diantaranya dua Putra bernama Walangsungsang dan Kian Santang serta satu Putri bernama Rara Santang. Aci Putih istri Siliwangi yang ketiga, memiliki dua orang anak yang bernama Munding Dalem dan Rara Kandita. Kentring Manik adalah Istri terakhir Siliwangi yang memiliki dua orang anak Putra bernama Surawisesa dan Surosowan.
Putra sulung Siliwangi berdasarkan umur ada di posisi Kamandaka sedangkan Putra bungsu atau anak bungsu Siliwangi ada pada posisi Kian Santang.
Siliwangi juga memiliki seorang Kakak yang bernama Parwati dari Kerajaan Kandang Wesi, Parwati sendiri memiliki dua orang Putra. Yang pertama Wistapati dan yang terakhir adalah Abikara. Keluarga Padjajaran tidak tahu wajah Abikara karena sedari Abikara berumur 4 tahun dia sudah tak pernah menampakkan wajahnya pada orang luar hanya Bundanya dan Kakaknya yang tahu wajah Abikara.
Dia selalu memakai topeng jika keluar dari Kerajaan, meskipun begitu Keluarga Padjajaran terakhir kali melihat wajahnya ketika berumur 2 tahun yang berarti seumuran dengan Rara Santang. Sekilas wajah Abikara mirip dengan Kian Santang yang membedakan mereka berdua hanya warna bola matanya saja, jika Kian Santang berwarna cokelat maka Abikara warna hitam.
Sekarang Siliwangi sedang berada di Wismanya untuk beristirahat namun belum sempat dia memejamkan mata, tiba-tiba datanglah Resi Kuncung Putih.
"Ambuing-ambuing, Ger. Sampurasun, Ger Prabu," salam dari Resi Kuncung Putih kepada Siliwangi.
"Rampes, Resi," jawab Siliwangi.
"Cahaya Padjajaran akan segera kembali Ger Prabu namun keadaannya jauh dari kata baik."
"Apa maksud, Resi?"
"Dia terpilih menjadi penerus selanjutnya dari jurus auman dewa harimau karena Putra Putrimu yang lain tidak ada yang lolos dari pengujiannya. Dia akan diuji dengan jurus auman dewa harimau yang ada didalam tubuhnya memberontak untuk keluar, bantu dan bimbinglah dia karena dia tidak bisa mengatasinya sendiri."
"Baiklah Resi, aku akan membantunya untuk menguasi jurus tersebut."
Resi Kuncung Putih mengangguk.
"Sampurasun, Ger Prabu," pamitnya.
"Rampes," jawabnya.
***
Seorang pemuda bercadar putih dengan tas gembolan di bahunya berjalan melintasi hutan rindang, dengan santainya dia berjalan hingga tiba-tiba ada yang suara yang membuatnya terhenti.
"Assalamualaikum," salam dari suara tersebut.
"Waalaikumussalam," jawab pemuda itu sambil melirik kesana kemari.
"Siapa kau? tampakkan wajahmu," lanjutnya.
Lalu pemilik suara itu muncul didepan pemuda itu, terlihat seorang pria paruh baya yang mungkin umurnya sudah sangat tua yang bisa dipanggil dengan sebutan seorang Kakek.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku wahai anak muda, aku hanya ingin memberi tahu sesuatu yang bersangkutan denganmu "
"Yang bersangkutan denganku?" bingung pemuda itu.
"Ya, sebelum itu ambillah cincin ini karena cincin ini akan membantumu untuk mengatasi masalah-masalah yang akan datang dikemudian hari."
Kakek itu memberikan sebuah cincin berwarna merah delima kepada pemuda bercadar itu dan diterima dengan baik olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI PADJAJARAN (Hiatus)
Fiksi SejarahKisah seorang kesatria berhati bersih dalam menyiarkan agama islam dan politik kerajaan yang mengharuskannya masuk kedalam lingkaran politik kerajaan. Perjalanannya tidaklah mudah, banyak rintangan yang harus ia hadapi mulai dari konflik antar rakya...