[02]

832 100 23
                                    

Abikara Pov

Aku penasaran dengan Prabu Siliwangi yang menjabat menjadi Pamanku, bukan hanya Paman Prabu yang aku penasaran namun aku juga penasaran dengan Putranya yang bernama Kian Santang. Aku mendengar banyak yang membicarakan mereka sehingga aku dibuat penasaran dengan mereka, bukan hanya penasaran dengan rupa mereka namun aku juga penasaran dengan kekuatan mereka. Tidak masalah bukan? Tentu saja tidak, itu adalah hal yang lumrah bagi seorang ksatria. Aku ingin menuntaskan rasa penasaran ini maka dari itu aku meminta Ibundaku untuk berkunjung ke Padjajaran. Lagipula aku tidak pernah menginjakkan kaki di Padjajaran.

Abikara Pov end

Terlihat di Alun-alun Istana sudah banyak orang yang berdiri berbaris menyambut kedatangan tamu mereka.

Rombongan dari Kerajaan Kandang Wesi sudah terlihat oleh orang-orang Padjajaran, mereka menyambut kedatangannya dengan antusias.

"Selamat datang di Padjajaran Yunda" sambut Siliwangi.

"Terima kasih Rayi Prabu" jawab Parwati dengan senyuman tulus di bibirnya.

"Bagaimana perjalanan kalian menuju Padjajaran?" Tanya Kamandaka.

"Perjalanan kami lancar Raden, kami tidak mendapat halangan dipertengah perjalanan"

Semuanya tersenyum. Siliwangi melihat salah satu dari rombongan Kandang Wesi hingga tatapannya terhenti pada seseorang yang memakai topeng.

"Bibi, siapakah orang disamping Raden Wistapati yang memakai topeng itu?" Penasaran Rara Kandita.

Pandangan semua orang teralih ke orang bertopeng.

"Dia adalah Putraku Abikara" jawab Parwati.

"Mengapa Raden Abikara memakai topeng?" Tanya Surawisesa Penasaran.

"Lebih baik kita melanjutkan pembicaraan ini didalam putraku, aku yakin kalian pasti lelah setelah perjalanan jauh dari Kandang Wesi menuju Padjajaran" ucap Siliwangi.

"Baiklah" pasrah Surawisesa.

Mereka terkekeh melihat sikap Surawisesa.

Tempat berbeda

Ditempat yang gelap dengan sedikit pencahayaan bisa kita sebut gua, terdapat dua orang berjenis kelamin berbeda duduk bersila dengan posisi berhadapan.

Salah satu dari mereka yang berjenis kelamin laki-laki membuka matanya, mata merah yang mengeluarkan cahaya kebencian yang amat besar. Berdiri dari duduknya dan berjalan sedikit dengan kepala didongakkan menatap keatas.

"Akhirnya aku bebas" ucap laki-laki itu.

"Aku akan membalaskan dendamku kepadamu, karena dirimu aku dikurung ditempat menjijikan ini. Akan aku pastikan setelah ini kau tidak akan bisa merasakan kebahagiaan" lanjutnya dengan nada penuh penekanan mata berkilat tajam dengan kobaran api dendam yang kental.

"Tenanglah kakang, kita akan membalasnya dengan perbuatan yang lebih dari ini. Kita buat dia sengsara sampai meminta kematian kepada kita" ujar perempuan itu yang berjalan mendekati laki-laki tersebut dengan senyum miring terpatri diwajahnya.

Laki-laki tersebut setelah mendengar perkataan dari perempuan itu hanya membalas dengan senyum menyeramkan yang bahkan jika ada orang melihatnya, mereka akan lari ketakutan melihat senyum menyeramkan miliknya karena saking seramnya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya laki-laki tersebut.

"Aku sudah lebih baik dari sebelumnya" jawab perempuan itu.

"Lebih baik kita keluar dari sini dan mencari sekutu yang memiliki musuh yang sama dengan kita" sambungnya.

Laki-laki tersebut mengangguk, kemudian mereka keluar dari gua menjijikan tadi kemudian mencari sekutu-sekutu mereka.

MENTARI PADJAJARAN (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang