بسم الله الرحمن الرحيم
Awali dengan basmalah....
Ingat, sebelum kewajibannya di lakukan, tinggalkan dulu membaca ceritanya. Kalau sudah, boleh lanjutkan kembali, supaya tenang.Yuk shalawat dulu:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ
"Hari ini saya akan bawa kamu pindah ke rumah baru kita."Satu kalimat itu masih terngiang-ngiang di kepala Najma. Pikirannya bercabang memikirkan berbagai alasan kenapa Akmal mengajaknya pindah.
"Dia ngajak gue pindah kenapa yah? Masa kamar gue nggak nyaman sih?" batinnya sembari menelisik isi kamarnya. "Atau jangan-jangan...." Ia langsung menepuk-nepuk pipinya supaya tidak memikirkan sesuatu yang terlalu jauh. Tapi tidak bisa, bagaimanapun mereka ini sepasang suami istri.
"Udah, Ama. Nggak usah mikir aneh-aneh," monolognya.
Tanpa ia sadari bahwa Akmal sekarang sudah berada di kamar mereka dengan satu bungkus telor gulung di tangannya.
Akmal terkekeh melihat kelakuan Najma yang sedang menepuk-nepuk wajahnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Matanya juga ikut terpejam.
Dengan langkah pelan, ia menghampiri istrinya itu yang kini sudah menelungkupkan wajahnya di bantal dengan keadaan duduk. Lalu, ia ikut duduk di sana dan mengusap-usap khimar Najma. Sontak hal itu membuat sang empu terlonjak kaget hingga hampir jatuh dari kasur karena posisi Najma berada di ujung kasur sebelahnya. Tapi dengan sigap, Akmal menangkap pinggang ramping itu.
"Kenapa kaget hemm? Emangnya saya menakutkan?" Satu alisnya terangkat.
Najma berusaha mengontrol kembali detak jantungnya. Pipinya sudah memerah karena jarak mereka yang sangat dekat. "Gus, jangan gini ih." Najma mendorong dada bidang Akmal supaya menjauh dari tubuhnya.
Bukan Akmal namanya kalau langsung menurut. Ia malah menidurkan tubuh istrinya di kasur lalu ia kurung tubuh kecil itu di antara kedua tangannya. "Kok istri saya jadi gugup begini?" Ia menampilkan senyumnya yang membuat Najma bergidik. Senyum yang berbeda dari biasanya.
Karena tidak ada jawaban dari istrinya, ia pun mendekatkan wajahnya sampai hidung mereka bertemu. Najma sudah memejamkan matanya dengan kedua tangan yang menahan dada Akmal supaya tidak terlalu mendekatinya. Ia sudah memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tubuhnya kini sudah meremang ketika Akmal mendekati telinganya."Maaf yaa zawjati, saya tidak akan melakukannya sekarang," bisik Akmal lembut dengan kemudian kekehan keluar ketika melihat wajah istrinya yang sudah merah padam. Akmal pun kembali duduk. Membiarkan Najma yang kini sudah menatapnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Syarat
Novela JuvenilSeorang anak SMA yang ditodong perjodohan saat pulang sekolah yang ternyata berawal dari candaan Ayahnya juga Kyai Faiz. Tapi siapa sangka jika hal itu disetujui oleh Muhammad Akmal Alfarizi. Seorang mahasiswa sekaligus seorang Gus di pesantrennya...