#23 Hujan di siang hari

527 50 11
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Double update ☝🏻

Semangat menebak sama apa yang akan terjadi ke depannya.

Dua Gus muda yang selalu menjadi incaran para santriwati kini sedang disibukkan oleh pemikiran masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua Gus muda yang selalu menjadi incaran para santriwati kini sedang disibukkan oleh pemikiran masing-masing. Rafa sedari tadi tidak membuka suara membuat Akmal gemas. Untuk apa Kakaknya itu memanggil dirinya jika hanya diam-diam seperti ini.

"Bang." Hingga akhirnya, lamunan Rafa tertarik karena suara Akmal yang tampak kesal.

"Astaghfirullah." Rafa mengusap kedua matanya. Entah kenapa hari ini ia sedikit tidak fokus. Mengingat dengan hal yang akan mereka bicarakan membuatnya sedikit sulit untuk mengontrol emosinya.

"Jadi?" Akmal menatap Rafa yang terlihat kurang bersemangat.

"Kamu masih inget Salma nggak, Mal?"

Akmal mengerutkan keningnya. "Salma yang dititipkan Kakek Imron ke sini?" Berusaha memastikan.

Rafa mengangguk lantas mengambil berkas yang tadi ia siapkan di meja. "Dia dari keluarga yang kurang sehat. Untungnya Kakek Imron yang masih kerabatnya mau mengurus Salma sampai sekarang," jelas Rafa sembari membuka berkas-berkas tentang Salma.

Di tempatnya, Akmal menyimak dengan serius. Jarang sekali Kakaknya akan mengajaknya berbicara serius seperti ini, dan itu berarti ada suatu hal yang tidak bisa disepelekan.

"Orang tuanya kenapa?" tanya Akmal masih belum tahu kronologi semuanya.

"Ayahnya yang temperamental selalu memarahi istrinya jika ia merasa suatu rencananya yang nggak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Dan Salma menjadi korbannya." Rafa menatap Akmal. "Kamu tahu kan Mal dampak dari permasalahan orang tua untuk anaknya?" tanya Rafa.

Akmal mengangguk. "Mental anaknya jadi terguncang akibat kelakuan yang diciptakan oleh kedua orang tuanya," jawab Akmal.

"Dan Salma sudah merasakannya. Ia menjadi takut terhadap lingkungan sekitar, kepercayaan diri jadi turun, juga selalu merasa bersalah atas apa saja yang belum tentu salahnya." Rafa mengambil napas sebelum melanjutkan. "Kemarin Abang ketemu sama Mia temennya Salma. Katanya, hari ini Salma nggak bisa ikut ngaji karena nggak enak badan. Terus waktu Abang telpon Kakek Imron katanya, Ayah Salma balik lagi dan kamu tahu lah apa yang akan terjadi," jelas Rafa panjang lebar.

Mendengar topik pembahasan ini berhasil membuat Akmal memijat pangkal hidungnya.

Masih ada kah kasus seperti ini di zaman sekarang yang sudah serba modern? Atau mungkin karena kemodernan itu justru membuat suatu masalah tercipta. Tapi memang tidak aneh jika banyak kasus seperti ini, karena pada dasarnya persaingan dalam hidup sekarang sangat begitu melelahkan dan menyakitkan, membuat kita butuh tempat untuk berkeluh-kesah, mengadu dan melampiaskannya.

Tanpa Syarat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang