بسم الله الرحمن الرحيم
Awali dengan basmalah...
Tanpa rasa bosan, saya berterimakasih buat yang udah nunggu cerita ini, yang support cerita ini. Pokoknya terimakasih, padahal saya update suka telat.
Untuk hal ini maaf yah, soalnya ada beberapa kendala. Selain karena tugas sekolah, kuota juga tidak memadai.
Vote dan komennya mana nih? Kok sepi terus 👉👉
Rasa bosan menyelimuti seorang Dava. Mulutnya sedari tadi sudah menguap tapi mata tak kunjung ingin memejam. Ia pun keluar dari ndalem berniat untuk jalan-jalan sebentar di area pesantren.
Ia menyugar rambutnya ke belakang dan menatap sekeliling dengan mata sayunya. Entah kenapa hari ini udara terasa sangat panas, padahal di sini banyak sekali pohon-pohon, bahkan telapak tangannya pun sudah berkeringat membuat ia berdecak.
"Hadeuhhh, pengen yang seger ya Allah," gerutunya dan kembali menutupi mulutnya yang mulai menguap.
Lalu, ia mulai memakai sendalnya dan berjalan tak tentu arah yang penting ia tidak merasa ngantuk lagi. Netra matanya yang sayu, kini menatap seorang santriwan yang sedang membawa ember. Karena penasaran, ia pun berlari ke arahnya.
Tangannya menarik pundak pemuda itu untuk berhenti. "Assalamualaikum," ucapnya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ada apa ya, Bang?" tanya orang itu bingung.
"Mau kemana bawa ember?"
"Mau ambil ikan di kolamnya Pak Kyai."
Sontak membuat Dava terkejut. "Panas-panas gini mau mancing?" Kedua matanya membulat.
Pemuda yang memakai sarung itu terkekeh. "Tentu tidak. Saya dan yang lain akan terjun langsung, sekalian berenang," ujarnya.
Membuat Dava lagi dan lagi tidak habis pikir. Tapi itu membuatnya tertarik untuk ikut, mengingat cuaca juga yang sedang panas. Sepertinya enak jika bermain air.
"Boleh ikut nggak?" tanyanya penuh harap.
"Tidak ada yang melarang," jawabnya membuat Dava langsung merangkul pundak pemuda di depannya.
"Let's go!" Semangatnys 45, yang diiringi gelak tawa dari pemuda itu. Padahal mereka belum saling mengenal, tapi terasa sudah akrab sejak lama. Mungkin, ini lah yang unik dari laki-laki. Mereka bisa mudah berbaur tanpa memandang apapun.
"Oh iya, nama lo siapa?"
"Saya Dian, Bang."
"Wih double D kita. Panggil gue, Dava."
🐝🐝🐝
Mulut Dava membulat ketika melihat beberapa santriwan sudah terjun ke kolam, tentu dengan badan yang sudah basah. Ia jadi tidak sabar untuk bermain air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Syarat
Ficção AdolescenteSeorang anak SMA yang ditodong perjodohan saat pulang sekolah yang ternyata berawal dari candaan Ayahnya juga Kyai Faiz. Tapi siapa sangka jika hal itu disetujui oleh Muhammad Akmal Alfarizi. Seorang mahasiswa sekaligus seorang Gus di pesantrennya...