بسم الله الرحمن الرحيم
Ini lebih enaknya update kapan ges?
Seminggu sekali atau seminggu dua kali?Komen yah, biar bisa tahu kalau kalian baca cerita saya.
"Menikahi yang dicintai itu harapan. Tapi mencintai yang dinikahi itu kewajiban."
"Pernikahan itu bukan soal cinta. Cinta itu ada karena terbiasa. Tapi, pernikahan itu soal tujuan yang sama. Mau bagaimanapun jalannya nanti, kalau tujuannya sama, masih bisa diikat tanpa berpisah."
"Ada yang tahu tidak tujuannya apa?"
Akmal tersenyum. "Tujuannya, yaitu membangun kedekatan kepada Allah SWT. Mau seberapapun badai menerjang, jika tujuannya sama insya Allah tidak akan berhenti di tengah jalan sebelum mencapai tujuannya. Sampai sini paham?"
"Insya Allah!"
"Alhamdulillah, kalau begitu, saya izin minum dulu. Tenggorokan saya kering," ujar Akmal yang mendapat gelak tawa dari mereka.
Akmal duduk di kursinya, dan meneguk air minum yang sudah disediakan. Nafasnya sedikit memburu, keringat pun sudah membasahi dahinya. Padahal hari sudah malam, udara pun terasa dingin. Tapi entah kenapa, ia bisa berkeringat seperti itu.
Merasa sudah lebih baik, Akmal kembali mengambil mikrofon yang ia letakkan di meja. Ini sekedar tidak bosan saja. "Sampai sini ada yang mau ditanyakan tidak?" tanya Akmal.
Ada salah satu perempuan yang sedari tadi terlihat caper ke arah Akmal, mengangkat tangannya. "Nah ini, apa yang mau ditanyakan?"
Perempuan itu malah saling senggol dengan temannya karena mendapatkan respon dari Akmal. "Apa pertanyaannya teh?" Itu suara mc malam ini, karena ia juga gemas dengannya yang tampak mengulur waktu.
Dengan malu-malu, perempuan itu pun akhirnya berbicara. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucapnya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Izin bertanya, ustadz. Apakah ustadz sendiri sudah menikah? Jika belum, saya siap kok." Pertanyaan yang berhasil membuat Akmal tersenyum, tapi membuat seorang Najma cemberut.
Tidak sedikit yang menyoraki hal itu. Entah dia yang tidak mempunyai rasa malu, atau karena candaan semata.
Sebelum menjawab, Akmal berdehem. "Pertanyaannya tidak terduga yah," kekeh Akmal. "Masalah itu, maaf saya sudah menikah," lanjutnya tenang membuat perempuan yang bertanya tadi syok bukan main.
"Itu istri saya." Akmal menatap Najma dan perhatian kini tertuju kepadanya. "Dia yang akan menyempurnakan agama saya, dan mencapai tujuannya sama-sama," ujar Akmal.
"Kalau saya jadi yang kedua?" Dan kali ini, Najma betul-betul ingin melemparinya dengan mainan dinosaurus milik Revi, jika ia masih bisa tidak menahan kesabarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Syarat
Fiksi RemajaSeorang anak SMA yang ditodong perjodohan saat pulang sekolah yang ternyata berawal dari candaan Ayahnya juga Kyai Faiz. Tapi siapa sangka jika hal itu disetujui oleh Muhammad Akmal Alfarizi. Seorang mahasiswa sekaligus seorang Gus di pesantrennya...