#20 Assalamualaikum, Aka!

660 49 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Seperti biasa, kita awali dengan basmalah....

Jangan lupa vote dan komennya yah.

Serius pengen tahu, apa sih yang kalian rasain waktu baca ini. 👉

Di depan cermin, Najma sudah rapi dengan abaya hitamnya, begitupun Akmal yang sudah rapi dengan gamis putih dengan sorban yang ia sampirkan di pundak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan cermin, Najma sudah rapi dengan abaya hitamnya, begitupun Akmal yang sudah rapi dengan gamis putih dengan sorban yang ia sampirkan di pundak. Ini adalah perpaduan yang begitu diidamkan oleh para manusia, dan ternyata sudah didahului oleh Namal alias Najma Akmal.

"Aka, liat sini." Najma memposisikan kameranya. Dipikir-pikir, mereka tidak mempunyai foto bersama selain foto pernikahan. Jadi, mumpung sekarang mereka juga sudah rapi dan cocok, tinggal foto saja.

Cekrek!

"Ih, lucu," girang Najma sembari berjingkrak.

Akmal yang gemas pun langsung memeluk pinggang itu dari arah belakang. Karena dasarnya Najma itu tidak mau melewatkan momen, ia kembali memotretnya meski dengan kegelian.

"Aka, Ama boleh nggak upload di sosmed?" tanyanya dengan jari yang sibuk mengedit fotonya.

Mendengar pertanyaan itu, membuat Akmal menghela nafas dan membalikkan tubuh istrinya untuk menghadap ke arahnya. "Tidak boleh yah." Netra mata itu menangkap wajah Najma yang kebingungan.

"Kenapa?"

"Wallahi, saya tidak ridho jika istri saya dilihat oleh orang lain," tuturnya lembut.

"Kan cuma—"

"Tidak sayang. Menurut saja yah." Tangannya mengelus kepala Najma. Mau tak mau, ia harus menurut.

Di saat Najma tengah sibuk dengan ponselnya, Akmal tiba-tiba teringat akan sesuatu. "Oh iya, saya punya sesuatu buat kamu," ucapnya yang otomatis membuat Najma mendongak dan menatap suaminya itu yang kini sudah berada di depan lemari.

Alisnya mengernyit, melihat suaminya yang sibuk mencari sesuatu. Hingga akhirnya, ia mengacungkan sesuatu itu ke arah Najma. "Ketemu," ujarnya dengan senyum.

Melihat apa yang dipegang suaminya, membuat Najma semakin dibuat bingung. "Cadar?" tanyanya heran.

Akmal mengangguk dan mulai berjalan ke arah Najma. "Pakai ini untuk ke sana yah." Cadar itu ia sodorkan di depannya yang langsung diambil oleh Najma.

Bukannya langsung dipakai, justru Najma menelisik setiap incinya. "kenapa harus pakai ini? Emang cocok sama, Ama?"

"Kamu itu punya saya, dan apa yang saya miliki tidak boleh dinikmati orang lain. Tidak ridho saya."

"Ih, posesif husband," kekeh Najma.

Akmal ikut terkekeh dan mengambil kembali penutup wajah itu. "Biar saya pakaikan," ujarnya sukarela.

Tanpa Syarat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang