#17 Aku, kamu, dan bayik

1K 73 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Awali dengan basmalah...

Sekali lagi, maaf atas keterlambatan update. Karena ada beberapa faktor yang buat saya ingin menenangkan diri dulu.

Tapi diusahakan untuk tetap update.

Untuk pembaca lama maupun baru, selamat datang gessss. Terimakasih sudah singgah dan support cerita ini.

Yuk komen dan vote nya biar semangkuy 👉

Yuk komen dan vote nya biar semangkuy 👉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil hitam itu memasuki area pesantren. Selepas menghadiri acara kelulusan Najma, mereka mampir ke pesantren Nurul Huda, karena katanya Umma sama Abah ingin bertemu menantunya yang sudah lulus. Dava juga sudah datang menyusul.

Najma keluar dari mobil yang masih tampak cantik dengan riasannya. Mata Najma menyipit tatkala sinar matahari begitu menyengat, tapi sedetik kemudian, wajahnya tidak terkena cahaya lagi ulah tangan Akmal yang menutupi sinar itu membuat Najma tersenyum ke arah suaminya.

"Terimakasih, Aka." Yang dibalas anggukan oleh Akmal.

Mereka mulai berjalan ke ndalem dengan beberapa santri yang memerhatikan. Terlebih lagi ke arah Akmal yang tampak berbeda dengan pakaiannya, tidak memakai gamis atau sarung seperti biasa. Tak jarang juga terdengar ada yang membicarakan Dava. Kalau dibilang jujur, Dava itu laki-laki berparas tampan bahkan Najma pun pernah bilang, jika dia bukan Adiknya sudah ia jadikan pacar.

"Assalamualaikum." Umma dan Abah pun menyambut kedatangan mereka.

"Waalaikumsalam. Silahkan duduk," ujar Umma mempersilahkan.

Dengan tersenyum, mereka lantas duduk karena sudah dipersilahkan. Ruang tamu kini tampak sangat ramai, selain dipenuhi oleh mereka, tentu dihiasi oleh mainan dinosaurus Revi yang sudah berada di mana-mana. Sedari tadi, Rafa dan Fatma sudah tersenyum canggung karena ulah anaknya.

"Kak, bobo dulu yuk," ajak Fatma yang praktis mendapatkan gelengan dari Revi.

"Gapapa nanti juga kalau udah ngantuk, pasti minta tidur," ujar Umma menenangkan. Fatma pun mengangguk dan membiarkan anaknya kembali bermain.

Kali ini, tatapan Umma dan Abah beralih ke arah Najma. "Selamat ya, atas kelulusan mantu Umma yang cantik ini," ucapnya sembari mencubit pipi Najma yang duduk tepat berada di kursi sampingnya.

"Eh, Umma. Menantunya jangan dicubit, udah cantik itu," tegur Abah yang lantas mendapatkan gelak tawa dari semuanya.

"Lagian, Umma gemas, Abah." Kini tangannya mengusap-usap pipi gembul itu. "Bisa-bisanya punya menantu selucu ini," lanjutnya.

Najma tersipu malu. Kenapa ia selalu dipuji? Padahal selama ini ia selalu insecure disaat melihat wajah perempuan di luar sana. Tapi ternyata, malah ada yang menyukai parasnya.

Tanpa Syarat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang