#. 11 [ S1 ]

1.6K 288 14
                                    

Cale tidak menyangka bahwa Kalung sihir yang mempertahankan wujud perempuannya tiba-tiba saja di hancurkan dengan mudah oleh Deon.

Dan sekarang wujud asli Cale sudah terbongkar. Walaupun Cale sudah dalam wujud pria-nya, akan tetapi penampilan fisik dan tinggi badannya tetap sama saat dia menjadi wanita.

Cale masih memiliki rambut merah sebahu dan fisik rata-ratanya. Tubuhnya tidak masih saja kurus dan tidak berotot. Dia hanya berubah dari wanita menjadi pria.

Namun, ada retakan di sekujur tubuhnya yang membuatnya terlihat seperti patung yang rusak. Walaupun terlihat sangat parah, retakan itu tidak sampai pada wajahnya. Seolah bagian wajahnya terdapat perlindungan.

"Bagaimana.." Cale masih tidak percaya bahwa identitasnya yang selama ini dia sembunyikan dengan baik dibongkar oleh Deon.

"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya."

Tatapan Cale berubah merah, seolah di sana ada kobaran api yang bisa membakar apa saja.

Deon tidak menjawabnya pertanyaan Cale dan hanya tersenyum.

Dia membelai pipi Cale sebelum menggores luka dengan kukunya di sana.

"Aku menantikan pertunjukan mu."

Setelah itu, Deon berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Cale yang berdiri sambil menggertak gigi.

****


Saat ini, Cassis terjebak di ruang halusinasi.

[ Tidak.. kamu tidak boleh mati, bangunlah. Aku mohon. ]

Suara tangis wanita yang terdengar putus asa terus terdengar di telinganya.

Cassis memejamkan mata dan melihat sebuah adegan yang tidak ingin diketahuinya.

Seorang wanita menangis sambil memeluk anak perempuan.

Perasaan marah dan semua suara yang mengancamnya bersatu dan muncul di wajah wanita yang berlinang air mata.

Cassis mengambil nafas.

Lalu adegan berubah, dan kali ini dia berhadapan dengan pria yang menatapnya dingin.

[ Kekuatan yang tidak bisa kamu kendalikan adalah malapetaka. ]

Semua ini adalah kenangan buruk yang terkubur dengan air mata. Ingatan buruk yang disimpan Cassis dalam tidurnya.

[ Mulai sekarang, kamu tidak boleh menggunakan kekuatanmu untuk melakukan hal yang sama di masa depan. ]

Cassis mulai menelan racun keputusan ditangannya sendiri.

[ Kami adalah Padelian, hakim yang paling mulia. Jangan lupa arti dari nama itu. ]

[ Mereka yang kehilangan harga diri, akan menghadapi takdir yang penuh kehancuran. ]

Tiba-tiba terdengar suara batu yang memecahkan kaca.

[ Mulai sekarang, kamu akan dibatasi. ]

Kemudian, pada satu titik, suara yang tertuang itu mulai memudar.

Cassis terbangun dari mimpi buruknya.

"Lebih baik jika kamu tertidur lagi."

Cassis melihat seseorang meletakkan tangan di kepalanya.

Orang itu adalah wanita yang sama dipenjara waktu itu. Wanita yang pertama kali mencoba menyakinkannya untuk percaya pada Roxana. Dan dia juga orang yang sama dia lihat di halaman saat dia ingin melarikan diri.

Want To Run Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang