Hari yg dinanti telah tiba, sesuai janji di minggu yang cerah ini Ran dan (name) akan pergi ke aquarium yang baru saja di buka.
Dan kini, Ran tengah menangani rasa gugupnya untuk menekan bel kediaman Fujiwara. Sebagai pria yg gentle, ia akan menjemput dan pamit langsung dengan kakek nenek (name).
Bel terdengar berdenting di dalam rumah, tak lama wanita paruh baya muncul dari balik pintu dan tersenyum mengetahui siapa yg berkunjung. "Nak Ran, sebentar ya (name) nya masih di kamar, masuk dulu ngeteh sambi nunggu (name)"
"Gausah nek, Ran tunggu di teras aja"
"Yaudah, nenek panggilkan (name) dulu"
Sang nenek kemudian terkekeh senang mengetahui cucunya akan berkencan hari ini—(name) bercerita akan pergi ke aquarium bersama Ran hari minggu, tapi nenek menganggapnya sebagai kencan karna sejak malam (name) selalu bertanya penampilan apa yg akan ia gunakan besok.
Tak lama...
Brak!!
"AYO BERANGKAT!!"
Ran hampir saja terkena serangan jantung, sebab (name) membuka pintu dengan tidak santainya dan memekik penuh semangat, kalau saja itu bukan (name) pasti Ran sudah melayangkan tinju karna membuatnya terkejut.
Tapi setelah itu Ran terpaku dengan penampilan (name) yg terlihat berbeda dari biasanya, tampak... Manis. Ini pertama kalinya Ran melihat sisi feminim (name) yg memakai dress selutut.
"Ran ayo!"
"A-ah iya"
~•~
"Jangan lompat lompat (name)! Kaki lu baru sembuh" Ran tak habis pikir dengan kelakuan (name) yg terlihat lebih riang.
Sepanjang perjalanan menuju aquarium (name) terus berceloteh tak sabar melihat ikan ikan dan beberapa hewan lucu disana.
Setelah membeli tiket dan masuk, di lantai utama keduanya di suguhkan dengan mini zoo, beberapa hewan berukuran kecil seperti reptil, serangga, dan mamalia. Para pengunjung diperbolehkan berinteraksi dengan beberapa hewan yg tentunya dalam arahan dan pengawasan petugas
(Name) menelisik sekitar seakan mencari sesuatu, hingga manik coklatnya menangkap hewan yg ia incar sejak awal. Ran terkejut melihat (name) tiba tiba menarik tangannya.
"Ran ayo kesana, ada berang berang"
Tanpa mereka sadari, tautan tangan keduanya tak pernah terlepas, cukup lama mereka berkeliling karna banyak hal menarik disini, merkat, binturong, berang berang, dan beberapa mamalia kecil lainnya.
Mereka juga sempat bermain dengan reptil dan serangga.
"Ran coba pegang buaya kecilnya"
Ran pun menengadahkan tangannya agar petugas itu meletakan anak biaya di tepalak tangannya.
"Keren" Ucap Ran merasakan reptil kecil tersebut di tangannya. Mungkin ia akan memelihara buaya besok.
"Elus elus dong, sesama buaya harus saling menyayangi" kekeh (name)
Ketika Ran mengelus kepala buaya tersebut, (name) melangkah lebih dekat, tangannya bergerak bergestur ingin mengelus dan merasakan kulit anak buaya di tangan Ran.
"Saya juga mau pegang, tapi jangan buaya, yg lain ada?" ucap (name) pada petugas
Petugas itu pun menuntun keduanya ke petugas lain yg sedang berjaga di bagian serangga. Disana ada kadal berukuran kecil yg mencuri perhatian (name). Puan pun meminta memegang kadal kecil itu ke petugasnya.
Wajah (name) tampak berbinar setelah berhasil memegang kadal kecil di tangannya.
Ran juga mencoba memegang salah satu serangga, seekor kecoa Madagascar kini berada di atas telapak tangannya. Dan dengan jahilnya menyodorkan serangga itu pada (name) membuat gadis itu memekik geli dan menjauh.
"Ran jangan deket deket!" titah (name) namun tak didengar oleh Ran.
Pemuda itu memasang seringai jahilnya terus menyodorkan tangannya yg memegang kecoa pada (name).
.
.
.Kemudian, dua sejoli ini berpindah ke lantai bawah, dimana objek utama berada. Ruangan yg minim cahaya di dominasi biru lautan refleksi dari aquarium besar disana.
(Name) terpaku di depan tabung kaca besar berisi berbagai hewan laut yg berenang di dalamnya.
Tanpa puan sadari, Ran mengabadikan momen tersebut dengan kamera ponselnya, walau hasilnya gelap—karna dilarang memakai flash— setidaknya momen ini terabadikan.
"Cantik" gumamnya tak henti hentinya menatap intens sosok (name).
Keduanya sama sama terpaku dengan keindahan yg tersaji di depan mata.
Mereka juga berkeliling tempat tersebut, melihat fauna air lainnya di aquarium yg lebih kecil.
"Ini bisa dimakan kan" ucap Ran menunjuk gurita.
Sontak (name) tertawa kecil, "beda lah Ran hahaha"
~•~
"Mau ngebut?"
"Hah?"
Belum (name) menyadari apa yg Ran katakan karna suara yg tertiup angin, kecepatan motor bertambah cepat hampir membuatnya terjungkal, (name) memekik panik awalnya tapi pekikan itu berubah menjadi pekikan riang.
Usai puas di wisata aquarium, Ran mengajak Puan berkeliling menggunakan motornya, hal yg paling disenangi sang gadis karna bisa merasakan terpaan angin kencang dan menikmati sibuknya kota Roppongi.
Ran membawanya entah kemana kini, tempat yg awalnya di penuhi hiruk pikuk kota perlahan berubah, tak ada lagi gedung gedung tinggi, tak ada lagi bunyi klakson yg bersautan dan lautan manusia.
Yg ada hanyalah ketenangan, udara segar, langit yg tampak mulai menguning, juga suara terpaan ombak yg menyenangkan. Ran membawa (name) ke pinggir kota, tempat yg menjadi batas antar pulau di luar sana.
Motor hitam milik taruna berhenti di sisian pantai, pemuda itu mengajak (name) ke pinggir pantai tanpa alas kaki merasakan deburan ombak dan pasir menyentuh kaki mereka.
Mata (name) terpejam kala angin menyapu wajah ayunya, rambut peraknya pun ikut menari, terpaan angin lembut itu juga membawa suara yg menenangkan.
"Gua... Bakal jadi atlet basket hebat"
"Pasti" timpal Ran yg sedari tadi terdiam mengangumi paras (name)
"Dan bakal jadi nomer satu—"
Kruyuk~
Dua insan itu seketika bungkam. Tak lama tawa Ran pecah sebab gemuruh perut sang gadis memutuskan kepercayaan dirinya, (name) terdiam dengan wajah memerah.
"Iihhh! Pokonya gua bakal jadi nomer satu, abaikan suara tadi" celetuk (name) malu namun hal itu tak menghentikan tawa pemuda jangkung disebelahnya.
Pukulan kecil diberikan pada bahu Ran yg masih tertawa, "Ran~!" rengek (name) dan merajuk pergi menjauh.
"Iya iya, ayo kita cari makan" Ran mengampit pipi (name) menekan nekan pipi yg mengembung itu gemas.
"Makan di rumahmu aja, bareng Rin, kasian dia" ucap (name) dengan bibir yg mengerucut karna ulah Ran.
Ran tersenyum, ini lah yang ia sukai dari (name), dia berbeda dari gadis yg sering ia temui, yg hanya terobsesi padanya hingga meremehkan dan tak perduli pada Rin, satu satunya keluarga yg ia punya.
"Boleh, yuk"
"PIZZA!!"
Motor itu pun kembali melaju membawa dua sejoli itu ke tempat yg di tuju.
Gadis periang ini selalu mengajak orang lain dalam sukanya. Tapi bagaimana dengan dukanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Haitani ran | Basketball
FanficHaitani Ran x reader lapangan ini adalah saksi pertemuan kita dan bola basket ini bagai benih yg perlahan tumbuh menjadi cinta diantara kita Tentang kisahmu bersama Haitani Ran diatas lapangan basket yang terus berlanjut ketingkat lebih tinggi lalu...