Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lalu lalang kendaraan beroda empat yang memenuhi jalan raya terlihat begitu jelas dari lantai gedung tempat Jaemin berdiri. Matanya boleh saja terlihat begitu anteng memperhatikan jalanan namun jelas pikiran pria bermarga Na itu kini tidak berada ditempatnya, melainkan melanglang buana, mencoba mengais beberapa kenangan lama yang terkubur di pikirannya.
"Hhh.. sialan aku tidak mengingat apa apa"gerutunya pelan disertai mata yang terpejam erat dengan jemari yang meremat pelan rambut legamnya.
Sedikit membuat sakit kepala, pikir Jaemin.
Tak berselang lama suara ketukan pintu menariknya kembali dari lamunan dalam. Tubuh tegap itu lebih dulu berbalik dan menatap pintu ruangannya sejenak. Begitu suaranya menyuruh si tamu untuk masuk, sektetaris nya muncul dibalik bibir pintu, melenggang masuk dengan amplop coklat berisi file ditangannya.
"Ini file yang kau minta" ujar Renjun sambil menyodorkan file yang ia bawa.
Lalu tanpa menunggu disuruh pria asal China itu kini menarik kursi dihadapan sang teman lalu duduk dan melipat tangan didepan dada. Menarik nafas dalam sebelum akhirnya kembali bersuara merobek keheningan.
"Aku meminta Seungmin untuk melengkapi beberapa informasi yang tidak tercatat kedalamnya"lanjut lelaki sekretaris itu dengan tenang.
"Terima kasih, Renjun"
Renjun hanya balas berdeham pelan. Sementara pria yang berstatus sebagai atasannya di kantor kini tengah menyibukkan diri dengan berkas informasi yang Renjun bawa.
"Kenapa tiba-tiba menanyakan hal yang sudah terlewat"
Jaemin sempat terdiam, tapi tidak serta membuatnya menoleh menatap Renjun sedikitpun. Pria itu tengah berusaha mendalami apa saja yang ia baca sekarang. Pasalnya berkas dibawa oleh RENJUN ternyata cukup banyak, jadi Jaemin rasa ia memerlukan konsentrasi untuk memahami isi didalamnya.
"Semua bilang kalau misi kali ini melibatkan orang-orang yang membuatku masuk rumah sakit dua tahun lalu"
Renjun mengangguk membenarkan "Ya, kau benar" jawabnya singkat
"Tapi aku tidak mengingat apapun, selain aku yang terjebak dalam mobil dengan asap yang mengepul. Setelah itu--"Jaemin menggeleng tanda dia benar-benar tidak mengingat apa yang terjadi.
"Secara teknis seharusnya kau sudah mati--" ucapan Renjun sontak mendapat tatapan tajam dari atasannya.
Berdeham pelan melihat lirikan tajam yang menusuk dari Jaemin, sebelum melanjutkan ucapannya sendiri. "Tapi untungnya kau sempat keluar saat mobil hampir meledak" lanjutnya.
Pria berstatus direktur itu kini mengangguk paham. Jaemin hanya berharap keberuntungannya kala itu bukanlah keberuntungan terakhirnya dalam hidup. Dia masih membutuhkannya untuk banyak misi dimasa depan nantinya.