4. Second Lead.

155 17 0
                                    

Cek cek, tes ombak dulu. Hahaha..

Mau visual Galaksi, Caspian, Nadin siapa nih?
....

Setelah kehebohan tadi pagi, Nadin memilih untuk ke perpustakaan untuk menghindari para tokoh utama dan juga untuk menghindar dari tatapan penasaran seluruh murid. Tina bilang berita tentang ia yang di tawari jadi princess-nya Caspian sudah menyebar.

Nadin tidak ingin namanya terkenal karena di dekati Caspian, Nadin ingin namanya terkenal karena ia murid yang berprestasi. Bukan sekedar cantik.

Nadin lebih memilih duduk di pojok ujung perpustakaan dan tersembunyi sambil melihat list ekschool yang akan di ikutinya. "Musik? Gue mau belajar. Dulu hanya musik yang enggak gue bisa. Terus, taekwondo, melukis juga boleh deh." Nadin berkata dengan pelan.

Suara kursi di tarik tidak membuat Nadin mengangkat wajahnya. Nadin bangun dari duduknya meninggalkan coretan bukunya yang terbuka lalu mengambil satu buku fisika dan kimia. Nadin kembali duduk tanpa melihat pemuda yang duduk di depannya, seakan pemuda itu tidaklah penting.

Sudut bibir pemuda itu tertarik membentuk senyum kecil saat Nadin tidak menganggapnya ada. Nadin kembali fokus pada bukunya. "Kerjain PR sekarang aja lah, di rumah mau sibuk yang lain." Nadin berkata sangat pelan tapi masih bisa di dengar pemuda yang duduk di depannya sambil membaca buku.

Nadin mulai menghitung rumus fisika yang di pepelajarinya dan mengerjakan sepuluh soal fisika dan kimianya dengan tenang, cepat dan tepat. Pemuda di depan Nadin mengangkat alisnya. "Pintar juga lo."

Nadin mendongak mendengar suara pemuda itu, matanya dengan mata pemuda itu bertemu. Pemuda itu tertegun melihat wajah Nadin, rasanya sedikit memanas karena tatapan pemuda itu jatuh pada bibir Nadin yang sedikit terbuka. "Mesum!"

Pemuda itu mengangkat alisnya mendengar suara pelan Nadin. "Mesum? Gue enggak mesumin lo."

"Oh ya? Lo liatin bibir gue yang cipok-able ini segitunya loh, kuping lo juga merah." Nadin tertawa pelan. Jiwa Nadin bukan gadis remaja tapi gadis dewasa yang lama hidup di luar negeri dengan lingkungan bebas, Nadin bisa lihat kalau pemuda di depannya ini tertarik dengan beberapa bagian tubuhnya.

"Terus kalau iya kenapa?" Pemuda itu membalas.

"Hak lo sih, gue enggak melarang asal lo enggak melakukan pelecehan." Nadin menutup bukunya.

"Lo cepat tanggap belajarnya ya. Jawaban lo benar semua." Pemuda itu melirik buku yang baru di tutup Nadin.
Nadin menyilangkan kakinya dan melipat tangannya di depan dada. Ya kali seorang Nadin tidak bisa mengerjakan soal kelas sebelas dengan mudah.

"Thanks ...." Nadin membalas.

"Gue Galaksi, lo?" Pemudan itu mengulurkan tangannya. Nadin membalas sambutan tangan itu.

"Nadin." Nadin menjawab. Nadin realistis kok, mana mungkin ia menolak ajakan kenalan dengan Galaksi yang tampan dengan rambut coklat terang di depannya. Lihat saja bagaimana wajah lelaki itu setara dengan ketampanan karakter utama, Caspian. Tapi nama Galaksi cukup familiar. Apa Nadin bisa punya pasangan yang sesuai impiannya. Lelaki gantle yang bertanggung jawab dan hanya menjadikannya satu-satunya.

"Lo murid baru ya?" Galaksi bertanya.

"Bukan." Nadin membalas dengan datar.

"Oh ..." Galaksi tersenyum. Senyum yang membuat Nadin tertegun, senyum manis yang membuat Nadin harus menutupi rasa gugupnya. "Lo kelas berapa?"

"Come'on Nadin, dia ini cuma anak sekolahan yang tertolong tampang." Nadin berkata dalam benaknya dengan sudut bibir tertarik membentuk senyum kecil.

i'm the main carachterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang