Typo bertebaran, harap maklum dan makasiiih sudah mampir di cerita ku..
........"Jangan gatel ke cowok orang." Galaksi menahan senyumnya sambil memeluk Nadin yang berjalan masuk ke dalam apartemennya. "Jadi sekarang kita sudah resmi?"
"Kata siapa? Gue bilang cowok orang bukan cowok gue dan ini apa lagi, lo mau nempel kayak anak kembar siam sama gue?" Nadin memukul tangan Galaksi yang memeluknya.
"Gue, barusan." Galaksi membalas lalu melepas pelukannya.
Nadin menghela napas, ia masuk ke dalam apartemen Galaksi yang minimalis tapi terlihat nyaman bagi seorang psyco itu. Galaksi menarik Nadin duduk di sofa depan televisi besar. "Lo enggak bikinin gue minum?"
"Gue enggak bisa, Queen."
Nadin menghela napas. "Percuma lo panggil gue Queen kalau enggak bisa bikinin gue minun." Nadin bangun dari duduknya.
"Mau kemana?" Galaksi menahan tangan Nadin.
"Bikin minum buat diri gue sendiri. Mana dapur lo?" Nadin berdecak pelan.
"Oh iya, di sana!" Galaksi menunjuk dapurnya. Nadin menepis pelan tangan Galaksi dan melangkahkan kakinya ke dapur pemuda itu. Nadin tidak munafik, ia cukup terhibur dengan keberadaan Galaksi lagi pula dunia yang ia pikir adalah dunia novel ternyata bukan. Nadin tertawa pelan, menertawakan kebodohannya.
Nadin jadi teringat dengan ucapannya sebelum pesawat yang di terbangkannya jatuh. Nadin dulu pernah berpikir, di bandingkan berakhir dengan Caspian si pemeran utama, Nadin lebih memilih berakhir bersama second lead yaitu Galaksi walaupun Galaksi memiliki obsesi besar dan agak gila.
Nadin berbalik setelah membuat dua teh dan melihat Galaksi yang nampak serius dengan laptopnya. Nadin tidak tahu kalau karakter Galaksi yang jenius itu ternyata nyata dan terlebih pemuda itu masih anak sekolah. "Queen, perencanaan bisnis ini punya resiko cukup besar, lo tahu 'kan bisnis herbal di bidang kesehatan itu cukup beresiko kalau salah ambil langkah."
Sudut bibir Nadin tertarik membentuk senyum kecil yang samar. Nadin meletakkan dua teh manis di meja lalu duduk di sebelah Galaksi. "Gal, udah gue bilang 'kan lo boleh baca proposalnya besok."
"Di bandingkan ini, lebih baik langsung ke properti aja." Galaksi berkata.
"Di mulai dari yang kecil dulu, terus nanti bayar hutang modal, dan mulai merambat properti, terus kalau bisa juga menyaingi bisnis bar milik lo."
"Dari mana lo tahu?" Galaksi mengerutkan keningnya. Nadin berdehem kecil lalu mendorong kening Galaksi dengan keningnya.
"Gue cenayang." Nadin tersenyum miring.
"Enggak penting juga bagi gue. Asal lo selalu di sisi gue." Galaksi menyeringai lalu meraih pinggang Nadin dan menciumnya dengan rakus. Nadin membulatkan matanya mendapat ciuman dadakan dari Galaksi. Nadin bisa mendorong dan membanting lelaki itu tapi nyatanya ia tidak melakukan apa pun, Nadin hanya diam menikmatinya. Genre romansa anak sekolahan berubah genre karena dirinya.
"Itu ciuman pertama gue, lo?" Galaksi bertanya.
"Iya, dan hanya gue yang boleh mencium lo." Kalimat Nadin yang terdengar posesif di telinga Galaksi membuat pemuda itu menyeringai dan memeluk Nadin. "Bangun! Gue mau ngerjain proposal gue."
Galaksi berdecak lalu bangun dari atas tubuh Nadin dengan kesal.
***
Nadin merasakan tatapan para murid di sekolahnya terarah padanya. Nadin mengerjapkan matanya, hari ini ia akan menjadi pemimpin upacara lagi. Galaksi bilang kalau hari senin ini ia tidak masuk sekolah. Nadin tidak tahu hubungan tanpa statusnya dengan Joseph terjadi lagi padanya dan Galaksi, walaupun Nadin tahu kalau Galaksi menganggap mereka berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
i'm the main carachter
RomansaNadin, gadis berusia dua puluh lima tahun yang memandang hidupnya sempurna dan serba bisa. pintar, cantik, serba bisa. Nadin yang lulusan universitas Oxfort dan punya lisensi sebagai pilot pesawat, pemegang sabuk hitam karate dan lihai muangthai kar...