Chapter 1. Perhentian Pertama

82 6 0
                                    


🎧🎵 Kim Petras - Can't Do Better

***

International Airport Soekarno-Hatta, Jakarta.

"Awas aja lo nggak jemput gue di bandara. Gue bakal botakin rambut gondrong lo, Ndre!"

"Ngancem gitu aja terus. Gue nggak takut tuh. Wlee!"

Tut!

Sarah menatap tak percaya pada ponselnya. Merasa jengkel karena panggilannya diputus begitu saja oleh orang di seberang sana. "Sialan! Dasar bocah freak! Awas aja kalo ketemu. Gue bakal bener-bener gundulin pala lo!"

Mata yang tadinya terfokus pada ponsel kini memindai kondisi bandara yang cukup lengang. Tentu. Ini bukan weekend dan penerbangan yang diambilnya di malam hari. Cukup wajar jika keadaan bandara seperti ini.

Sembari mengantri check-in flight dari Jakarta ke Bali, Sarah kembali berkelana pada rencana gila yang ada di otaknya beberapa bulan lalu. Dia tidak menduga akan mewujudkan impiannya dalam waktu sesingkat ini.

Ya, kota tujuan yang akan dikunjunginya adalah Bali. Tempat dimana kawan yang barusan ia telepon, Andre dan Reta, tinggali beberapa tahun lalu. Mereka mengelola sebuah kafe di sana dan untuk pertama kalinya, setelah Sarah memutuskan resign dari pekerjaan, ia akan mengunjungi tempat itu. 

Ini hal yang hebat menurut Sarah. Gadis yang semula bekerja di lingkungan berbau obat-obatan itu memutuskan untuk bepergian sendiri. Meski sempat ditentang, pada akhirnya kedua orang tuanya memperbolehkan dia pergi. Hidupnya selama ini penuh dengan bekerja sehingga sebelum menemukan pekerjaan baru, dia akan berada di Bali selama dua bulan.

Banyak rencana yang akan dilakukannya di daerah yang terkenal penuh turis itu. Mencoba banyak hal dan menghabiskan waktu untuk bercengkerama dengan kawan karibnya. Meski salah satunya mengesalkan seperti Andre, lelaki gemulai itu tak pernah membuatnya merasa kesepian meski berada di kota berbeda. Berbeda dengan Andre, Reta yang memang seorang liberalis, dia adalah orang yang tegas. Sarah beruntung memiliki mereka.

Sepertinya, ini pilihan terbaik untuknya. Beristirahat dari bising ibu kota dan pikiran yang mengganggu.

***

Ngurah Rai International Airport, Bali.

Seorang perempuan berambut wavy dengan warna perpaduan pink rose dan ash grey itu mengecek ponsel berkali-kali. Dia menunggu sang sahabat menghubunginya. Namun setelah 30 menit berlalu, sahabatnya itu belum juga memberi kabar.

"Ndre, Sarah nggak bakal nyasar kan?" tanyanya pada lelaki berambut gaya wolf cut yang tidur di pangkuannya. Perempuan itu merasakan kepala Andre bergerak menggeleng. Saat ini mereka sedang menunggu di salah satu bangku dekat gate departure. Seharusnya mereka berdiri di depan pintu gate, namun karena Andre beralasan ngantuk, alhasil mereka memutuskan untuk duduk di salah satu bangku di sana—yang justru menjadi tempat lelaki itu tidur.

"Enggak bakal, Ta. Lagian dia juga udah gede. Udahlah gue mau tidur lagi. Kepala gue pusing banget tau," balas Andre setengah mengantuk. Hampir saja Reta hendak memberi pukulan pada wajah tampan dan manis lelaki di pangkuannya itu. Namun ia cukup waras untuk tidak terpancing.

"Siapa suruh lo mabuk sampai pagi. Udah dibilang paginya bakal jemput Sarah. Ngeyel sih!"

Mendapat omelan seperti itu, Andre yang tak acuh lantas kembali menutup mata, mengabaikan Reta yang sangat jengkel padanya.

Our Summer NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang