Chapter 4. Dia Ada Di sana

51 7 0
                                    

🎧🎵 Hindia - Evaluasi

***

Seperti biasa, cahaya siang hari di Bali memang cukup terik. Sangking panasnya mungkin bisa membuat kulit kuning langsat Sarah perlahan menggelap apabila perempuan itu tidak mengaplikasikan sunblock sebelum beranjak dari bandara tadi. 

Sarah adalah tipe perempuan yang tidak ribet. Dia gemar memakai jedai emas kesayangannya sejak SMA untuk mengikat rambut lurus sebahunya juga memakai kaos gombrong dan celana pendek di atas lutut sebagai pakaian favoritnya dimana pun berada seperti saat ini. Udara kian panas namun perempuan itu tetap dapat menikmatinya. Setidaknya, panas di Bali tidak seperti panas di Jakarta yang penuh polusi. 

Usai survei dari kafe milik kedua sahabatnya, Sarah langsung diantar ke kediaman sementaranya selama di Bali. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kafe karena dapat ditempuh 10 menit berjalan kaki atau 5 menit naik kendaraan. Namun karena mereka dari bandara langsung menuju ke kafe, alhasil perempuan itu baru tiba di tempat tinggal sementaranya di siang hari. 

Tempat itu adalah kediaman keluarga Reta yang berada di daerah Canggu. Memiliki halaman yang cukup luas dengan arsitektur khas rumah-rumah di Bali. Meski keluarga Reta bukan penganut Hindu, kediaman mereka adalah salah satu warisan dari leluhurnya yang sudah lama menetap di Bali. Reta bercerita bahwa Reta menempati kediamannya bersama sepasang suami istri yang bertugas merawat kediamannya karena orang tuanya lebih memilih menetap di Australia.

Setelah mendengar penjelasan dari Reta, Sarah ternyata akan ditempatkan di kamar tamu yang berada tepat di samping kamar Reta. Sebenarnya bisa saja perempuan itu tidur bersama Reta, namun ternyata kamar Reta didesain hanya untuk single person saja. Alhasil perempuan itu harus menempati kamar tamu. 

Setibanya mereka di kediaman Reta, Sarah mengikuti perempuan itu melintasi jalan setapak menuju sebuah bangunan yang kemungkinan besar adalah tempat ia akan menginap. Kediaman itu cukup luas karena tiap bangunan memiliki fungsi berbeda. Terdapat pula paviliun untuk pasangan suami istri yang merawat rumah itu.

Sarah mengikuti Reta melewati gapura demi gapura hingga tiba di sebuah bangunan yang lebih luas dibanding yang lainnya. Ternyata di bangunan itulah kamar Sarah berada. Di bangunan itu terdapat 2 buah kamar yang salah satunya adalah kamarnya dan satunya lagi adalah kamar Reta. 

Sarah cukup terkejut melihat kamarnya yang benar-benar lebih besar dari kamar Reta. Perempuan itu juga menjelaskan bahwa semula kamar itu adalah kamar kedua orang tua Reta yang dialihfungsikan menjadi kamar tamu. 

Kamar Sarah memiliki fasilitas yang lengkap. Sebuah ranjang king size, meja rias, lemari, kamar mandi dalam yang cukup luas dengan bak mandi dan sekat kaca. Selain itu, terdapat pintu yang memiliki akses ke taman belakang yang asri dan kolam renang juga jacuzzi  di luar. 

Seketika Sarah terpana. Sungguh ini melebihi ekspekstasinya. Kediaman Reta adalah rumah impian Sarah. 

"Barang-barang lo nanti diantar ke kamar, Sar. Jadi lo bisa istirahat bentar dulu di sini. Nanti sore atau malam kalo lo mau main ke kafe, lo bisa chat gue atau Andre biar jemput lo soalnya kami biasanya balik jam 10 malam pas jam tutup kafe. Dan kalo lo butuh sesuatu, lo juga bisa chat gue--," ucap Reta panjang lebar namun langsung disela oleh Sarah yang gemas pada perempuan itu. 

"Iyaaa, Retaku sayang. Lo kenapa jadi lucu banget sih kalo lagi bawel gini." 

Reta hanya mendengus mendengar balasan Sarah. Tak disangka sedetik kemudian perempuan yang nampak selalu kuat itu meraih tubuh Sarah yang selama ini sangat dirindukannya. Sarah yang juga merasakan hal yang sama juga membalas peluk erat dan tersenyum hangat karena tindakan sahabatnya.

"Lo tau kan kalo gue kangen banget sama elo, Sar," kata Reta dalam pelukan mereka. "Kita udah lama banget nggak ketemu."

Sarah mengangguk. "Iya gue tau, Ta. Gue juga kangen elo." Sarah menepuk pelan bahu sahabatnya.

Tidak dipungkiri, perkataan Sarah adalah kebenaran dari lubuk hati terdalamnya. Dia, Reta, dan Andre sudah lama tidak berjumpa sejak mereka lulus kuliah 5 tahun silam. Mereka berjumpa di salah satu universitas di Yogyakarta kemudian berpisah menuju kota berbeda. Sarah menetap di Jakarta dengan pekerjaannya, sedangkan Reta dan Andre merintis bisnis mereka bersama di Bali.

Awalnya Sarah akan menetap di Semarang berhubung asal dan kedua orang tuanya juga tinggal di sana. Namun usai peristiwa itu, perempuan itu berusaha menjauh dari peredaran mantannya yang selalu berusaha untuk menemukannya. 

Sarah sudah muak dengan tingkah lelaki itu. Tidak ada gunanya juga meladeni dan mendengar penjelasan yang sama berulang kali. Sarah merasa itu adalah hal yang sia-sia. Yang entah kenapa lelaki itu justru getol sekali melakukannya. 

Hingga pada akhirnya Sarah berhenti dari pekerjaannya. Dia lelah dan ingin mencari suasana baru. Dengan mengunjungi sahabatnya misalnya. Dan beginilah akhirnya. 

Sarah bertemu sahabatnya, dan tidak dapat ditampik dia akan bertemu seseorang. Suatu saat, entah kapan, Sarah akan bertemu lagi dengan mantannya.

"Udah ah, gue mau kerja nih." Reta yang pertama melepas pelukan keduanya. "Sekalian mau jaga anak kucing juga yang selalu bermasalah."

Sarah terbahak lantas mengangguk paham. Masalah mereka memang tidak jauh-jauh dari mengurus seorang bayi besar bernama Andre. "Iya, jangan sampe kelepasan kayak kemaren ya, Ta."

Usai itu, Reta pergi meninggalkan Sarah di kediaman mereka. Perempuan itu lantas membereskan koper-kopernya, pakaian, dan segala macam pernak-pernik yang dibawanya dan terakhir mandi. Setelah itu, tanpa sadar saat beristirahat di kasurnya Sarah pun tertidur lelap.

Satu-satunya hal yang Sarah inginkan setelah tiba di Bali adalah menyaksikan sunset. Sesaat setelah bangun dari tidurnya, perempuan itu lantas beranjak dari kasur yang nyaman, membasuh wajahnya dan bersiap untuk ke pantai terdekat. 

Sarah memutuskan untuk ke Pantai Canggu. Tidak lupa perempuan itu juga memesan sebuah ojek online untuk ke pantai. Setelah beberapa saat menunggu, Sarah pun berangkat.

Sore itu tidak seterik di siang hari. Jingganya matahari sore dan sepoi angin yang kencang langsung menyambut Sarah begitu ia tiba di sana. Pantai itu ramai pengunjung seperti biasa. Dipenuhi dengan muda-mudi, juga para orang tua yang mungkin memiliki tujuan yang sama dengan Sarah. 

Sarah memilih untuk duduk di atas pasir beralaskan sandal yang ia bawa. Rambutnya yang terurai langsung dia ikat dengan jedai yang selalu dibawanya. Sepoi angin yang kencang membuat rambutnya yang cukup panjang sangat mengganggu pandangannya. 

Setelah masalah rambutnya selesai, tidak serta merta ia langsung dapat menikmati sore yang indah itu. Karena dengan tidak sopannya seseorang berdiri di hadapannya. Menghalangi segala pandangan indah itu dengan tubuh tinggi besarnya. 

Sarah yang tidak terima ingin langsung menghardik seseorang itu. Namun ia terpaku di tempat. Sarah tidak mampu berkata saat ia balas memandang orang itu.

Mungkin ini efek dari kacamata gelap yang dipakainya. Mungkin ini juga efek sinar matahari sore yang membuatnya tidak dapat menatap wajah tegas dengan jelas di hadapannya ini. Hanya siluetnya Sarah rasa. Namun perempuan itu tahu siapa dia.

Terutama setelah ada sebuah suara yang keluar dari bibir lelaki itu. Sebuah suara yang seketika membuat Sarah hendak pergi berpaling dari hadapannya. Membuat Sarah seketika muak dan menghancurkan mood bagusnya sejak datang kesini.

Lelaki jahat itu. 

Si brengsek itu. 

Dia Julio Abraham.

Tepat di hadapan Sarah dengan tidak tahu malunya.

***

Seperti biasa, kalau ada typo bisa bilang ke aku yaa.. 

See you di next chapter yorobunn🥰

Our Summer NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang