Chapter 10. Hampir Terpesona

35 6 0
                                    

🎧🎵 Sam Ock ft. Michelle - Can I Have The Day With You 

Btw yang mau playlist-nya di spotify bisa langsung ke link ini ya :

https://open.spotify.com/playlist/0O8d6MBi7WhCbtrS1kPcps?si=f729c2cc2272425a

atau bisa search profil fromanotherway terus cari playlist: our summer night.

semoga sukaa😍🥰

***

"Hati-hati membentuknya, Sarah. Tekstur tanah liat yang lembek membuatnya mudah dibentuk tapi mudah hancur juga. Jadi kamu harus fokus untuk membentuknya sesuai apa yang ingin kamu buat."

"Ketika membentuk, sebaiknya usahakan mengontrol tingkat kekuatan yang digunakan. Untuk membuat gelas terutama, dimulai menipiskan sisi bawah yang tebal kemudian ditekan perlahan menuju ke atas ini harus dilakukan dengan hati-hati, timing perpindahan dari bawah ke atas yang pas tidak cepat namun tidak lambat. Maka dari itu untuk pemula disarankan menggunakan perputaran yang lambat terlebih dulu."

Penjelasan demi penjelasan yang dilontarkan Reagan itu seolah hanya melewati telinga Sarah. Beberapa dapat perempuan itu pahami. Namun selanjutnya, ia justru terfokus pada jemari Reagan yang bertautan dengan jemarinya saat membantu membentuk tanah liat. Pikirannya melayang ke hal lain yang mengganggunya tapi dia sukai--seperti menemukan sisi menyenangkan dari sosok pria yang mengajarinya itu.

Sarah menyadari peran mereka saat ini adalah guru dan murid. Reagan mengajarinya tentang pottery, sedang ia menerima ilmu dari pria itu. Dengan sabar dan telaten lelaki itu mengajarinya yang baru pertama mencoba. Kesabaran dan ketelitiannya diuji. Meski beberapa kali ia gagal karena malah gagal fokus dengan sosok Reagan yang ternyata cukup memesona di matanya.

Ck. Kenapa dia malah jadi tidak bisa mengendalikan diri seperti ini? Terutama ketika tangan lelaki itu menggenggamnya untuk membantu mengarahkannya untuk membentuk pola gelas yang akan dibuat Sarah. Diam-diam dia memerhatikan sosok Reagan lebih seksama.

Ternyata Reagan tidak buruk juga. Lelaki itu memberi kesan baik saat keduanya pertama bertemu. Dan usai tahu lelaki itu memiliki sisi lain yang baru Sarah ketahui, entah mengapa Sarah berpikir untuk setidaknya mencoba kembali membuka hatinya.

Sarah, stop! Lo kenapa sih?! Batinnya berteriak. Sarah dan Reagan bahkan baru dua kali bertemu. Perempuan itu merasa dia harus membentengi diri agar tidak kembali jatuh pada lubang yang sama setelah sekian lama sendiri. 

Meski berkali-kali merasa bahwa dia tidak membutuhkan sosok laki-laki, namun Sarah tahu ia terkadang menginginkan kehadiran seseorang, lagi.

Astaga, kenapa hidupnya mengenaskan sekali sih?

"Sarah?" Reagan memanggil perempuan itu yang tampak termenung dengan raut muka yang sedih. Reagan khawatir ada masalah yang dipikirkan oleh Sarah. 

"Kamu baik-baik saja, Sarah?"

Sarah mengerjap, perempuan itu sekilas memandang Reagan yang berada di depannya. "Nggak apa-apa, gue baik-baik aja."

Tidak mungkin dirinya berkata bahwa keberadaan Reagan di sekitarnya membuatnya gagal fokus. Itu justru akan membuat lelaki itu kian di atas angin dan akan memiliki kesempatan untuk melancarkan rencana yang telah disusun lelaki itu. Sarah tahu dia terlalu berpikiran buruk tentang lelaki di depannya ini. Namun itu adalah usahanya untuk membentengi diri.

Baiklah, Sarah harus mulai serius. Bagaimanapun juga Reagan bukan siapa-siapa dan perempuan itu tidak terlibat hubungan apapun kecuali tentang fakta bahwa Reagan adalah teman dari sahabatnya, Andre. Jadi selain itu, Sarah tidak boleh terlarut dalam pesona lelaki itu. 

Meski di awal sulit menolak pesona Reagan, terbukti hingga akhir dari kegiatan mereka, Sarah mampu mengendalikan dirinya dengan usaha yang keras.

"Mari saya antar pulang," tawar Reagan pada Sarah yang sedang membereskan barang-barangnya.

"Nggak usah, gue udah dijemput sama Reta kok," tolak Sarah sembari mengabari sahabatnya itu yang memang berjanji akan menjemputnya selesai pottery class.

Namun setelah beberapa saat menunggu, tidak kunjung ada balasan dari sahabatnya itu. Sarah menerka apakah perempuan itu sedang sibuk atau ada urusan penting lain yang membuatnya lupa mengabari Sarah.

"Mari saya antar pulang, Sarah." Lagi, Reagan menawari Sarah yang menatapnya ragu. 

Mengetahui tatapan itu, Reagan pun mengerti. "Jangan khawatir, Sarah. Saya sudah berjanji pada Andre bahwa saya tidak akan memaksa kamu jika kamu tidak mau mengenai hal itu. Saat ini saya pure menawari kamu tumpangan untuk pulang."

Hari sudah semakin sore. Sejenak Sarah menimbang keputusan. Hingga dia merasa bahwa Reagan cukup bisa dipercaya dan Sarah pun menyetujui tawarannya. Perempuan itu pun pulang bersama Reagan.

Reagan mengendarai mobilnya dengan lamat-lamat menuju kediaman Renata. Sesekali Sarah dan Reagan bercakap mengenai satu sama lain. Dari percakapan itulah Sarah makin mengenal lelaki itu. Terutama fakta tentang dia yang ternyata sudah mengenal Andre sejak kecil namun sempat berpisah karena Reagan pindah ke Bali. 

Lalu 15 tahun kemudian mereka dipertemukan lagi saat Andre ingin membangun bisnis di Bali. Selain mengelola studio seni sekaligus mentor, lelaki itu ternyata cukup berpengalaman dalam menggeluti bisnis food & beverages dimana Andre ingin merintis usaha di bidang itu. Bisa dikatakan berkat Reagan lah Andre mampu mewujudkan usahanya hingga bertahan di tengah maraknya kafe berkonsep serupa di Bali.

 "Sejujurnya saya hanya membantu beberapa. Selebihnya Andre sendiri yang merencanakan dan mengeksekusi. Meski saya tahu terkadang dia lebih banyak bergurau, saya yakin dia akan benar-benar bekerja keras untuk mewujudkan apa yang ingin dibangunnya. Seperti yang kamu lihat saat ini." 

Mengingat itu tanpa sadar senyum bangga tergambar di wajah Reagan. Sarah menangkap sirat tulus itu. Dan tanpa perempuan itu sadari, lambat laun Sarah semakin terhanyut dalam pesona Reagan.

***

Mobil yang dikendarai Sarah dan Reagan telah sampai di kediaman Renata. Beruntung mereka tiba sebelum petang datang.

Sebelum memutuskan untuk keluar dari mobil Reagan, Sarah berpikir untuk bertanya sesuatu pada lelaki itu. Ini tentang mengapa Reagan justru menawarkan untuk berpura-pura pacaran dengan Sarah. Padahal ia tahu bahkan gadis lain akan mau-mau saja jika ditawari oleh Reagan karena laki-laki itu tampan, mapan, bahkan memiliki hati yang baik.

Dan gadis bodoh mana yang akan menolaknya?

"Reagan?" 

Sosok yang dipanggil itu mengernyit bingung pada Sarah. Perempuan itu belum beranjak rupanya. Reagan menatap lamat-lamat perempuan manis namun sedikit galak di sampingnya itu.

"Kenapa lo nawarin kesepakatan itu buat gue? Sementara lo bahkan bisa menawarkan hal itu ke cewek lain dan mereka gak akan nolak itu."

Sarah mendengar helaan napas Reagan. Terasa sekali jika lelaki itu tengah memikul beban berat di pundaknya. 

"Saya berharap akan semudah itu, Sarah. Tapi nyatanya perempuan-perempuan itu tidak sanggup menghadapi saya." 

Alis Sarah tertaut. Perempuan itu bingung dengan ucapan Reagan. Namun sejenak setelah Reagan kembali berucap, Sarah menjadi paham. 

"Saya memiliki situasi yang sama seperti kamu, Sarah. Saya tidak bisa move on dengan perempuan yang saya cintai yang saat ini menjadi kakak ipar saya."

Ya Tuhan. Mengapa kisah cinta mereka tragis begini sih?

***

Seperti biasa, kalau ada typo bisa bilang ke aku yaa..

Yang mau cepet bisa langsung mampir ke karya karsa aku :) *link ada di bio yaa*

See you di next chapter yorobunn🥰

Our Summer NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang