Chapter 12. Berhadapan

37 5 0
                                    

🎧🎵 wave to earth - bad

Btw yang mau playlist-nya di spotify bisa langsung ke link ini ya :

https://open.spotify.com/playlist/0O8d6MBi7WhCbtrS1kPcps?si=f729c2cc2272425a

atau bisa search profil fromanotherway terus cari playlist: our summer night.

semoga sukaa😍🥰

***

Sejak dulu, Sarah ingin sekali memiliki sosok kakak atau adik. 

Sarah adalah anak tunggal. Tidak memiliki sosok kakak atau adik membuatnya terkadang merasa sedih. Tidak ada seseorang yang bisa berbagi keluh kesah dan menjadi teman bermainnya sejak ia kecil.

Meski begitu, Sarah tidak kekurangan kasih sayang dari orang tua. Mereka selalu berusaha pulang tepat waktu dan akan menemani Sarah usai kerja. Sedangkan saat keduanya bekerja, Sarah akan diurus oleh Mbok Nah di rumah. Jadilah Mbok Nah yang menjadi teman bermain dan tempat keluh kesahnya semasa kecil saat kedua orang tuanya tak ada. Mereka menyayangi Sarah, begitu pula sebaliknya. Sarah merasa hidupnya beruntung dan bahagia. 

Namun di kemudian hari, Sarah tertampar kenyataan dari pahitnya sebuah pepatah. Yakni ketika ada kesenangan, maka akan ada pula kesedihan. 

Kala itu, Sarah adalah anak SMA yang biasa saja. Tidak populer, juga tidak terlalu norak. Dia berteman dengan Andre dan Reta sejak kelas sepuluh. Mereka sering menghabiskan waktu bersama seperti makan di kantin, bahkan jalan-jalan ke toko barang bekas atau penyewaan DVD film jika mereka ingin menonton film. Bersama Andre dan Reta, Sarah merasa dunia SMA-nya lebih berwarna. 

Saat itu pula kesedihan menghampirinya. Mbok Nah yang sudah menemaninya sejak kecil itu justru meninggalkannya. Membuatnya merasakan kesedihan yang sangat amat pedih. Sarah sangat dekat dengan Mbok Nah. Bahkan sosoknya sudah dia anggap menjadi ibu keduanya juga kawannya. Kehilangan Mbok Nah sungguh menjadi luka yang terasa sulit untuk disembuhkan. Dan di saat itulah Sarah kembali mempercayai sebuah pepatah.

Ketika ditinggal satu, akan kembali seribu. 

Sosok lelaki tengil yang doyan menggodanya itu tiba-tiba hadir di kehidupan Sarah yang sempat diterjang badai. Padahal sebelumnya mereka tidak saling mengenal. Saling sapa saja tidak pernah. 

Namun hari itu, Sarah yang enggan untuk mengikuti kelas Bu Ambar dan memilih membolos ke taman belakang sekolah. Disanalah dia dan sosok itu bertemu.

"Jangan banyak melamun. Kesambet beneran baru nyesel lo." 

Sarah menangkap suara menyebalkan itu, namun enggan melirik orangnya. Dia sedang dalam mood tidak ingin ingin diganggu. Hatinya masih sedih atas kehilangan Mbok Nah meski sudah seminggu berlalu.

"Kayaknya lo lagi sedih, ya?" Sarah tetap diam tak menggubris lelaki yang menurutnya cerewet itu. "Lo jadi jelek kalo sedih, padahal biasanya cantik."

Sarah menghela napas. "Bodo amat," responnya datar.

Beberapa saat tidak ada gangguan lagi dari sosok lelaki itu. Kini Sarah merasa dapat menikmati waktu sendirinya. 

Terkejut. Tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan sebuah es krim coklat di hadapannya. Mata Sarah mengikuti sebuah tangan yang terulur memberikan es krim itu. Benar saja. Ternyata lelaki itu masih ada di sekitarnya. Malah saat ini lelaki tengil itu mendadak duduk di sampingnya membuat Sarah menatapnya tak terima karena mengganggu waktu sendirinya.

"Nih buat lo. Katanya orang sedih bisa jadi seneng kalo makan es krim coklat."

Sarah mengernyit menanggapi tingkah mencurigakan lelaki yang berseragam sama dengannya namun tak ia kenal itu.  Namun matanya menatap es krim coklat itu dengan pandangan berbinar. Sarah tentu lapar karena dia tak sempat sarapan sejak pagi. Dan kini ada seseorang yang menawarinya es krim coklat kesukaannya di depan mata. Siapa yang tidak tergiur coba?

Meski enggan, tak urung Sarah menerima es krim coklat pemberian lelaki itu.  Seingat Sarah, Andre pernah berpesan untuk jangan menolak rezeki, pamali katanya. Namun itu tidak berlaku pada orang asing. Namun lelaki di depannya berseragam sama dengannya, jadi sepertinya tidak apa-apa.

Sarah membuka bungkus es krim coklat itu dan melahapnya. Rasa es krim coklat yang dingin meleleh di mulutnya. Menyegarkan sekaligus memberi rasa nyaman pada dirinya yang sedang bersedih. 

"Gimana? Enak?" tanya lelaki itu yang juga ikut melahap es krim di sampingnya. Bukan coklat seperti Sarah, melainkan es krim stroberi. Selera lelaki itu ternyata unik juga. 

Sarah hanya membalasnya dengan gumaman. Sedikit malu untuk mengakui bahwa perkataan lelaki itu benar. Kesedihannya sedikit mereda karena rasa es krim coklat yang lezat. Mood-nya membaik seketika. Manik mata jernih Sarah berbinar mengagumi rasa nikmatnya es krim itu. Tangis yang tadinya merupakan tangis sedih, kini berubah menjadi tangis haru.

Sarah menatap lelaki di sampingnya dengan raut bingung. Niat hari ingin mengucapkan terima kasih, namun tidak sampai terucap karena gengsi. Dia sudah bersikap ketus saat pertama melihat lelaki itu.

"Gak perlu bilang terima kasih." Sarah menatap bingung lelaki itu. Kenapa ia seperti tahu apa isi hati Sarah? 

"Cukup ganti dengan senyum lo yang cantik. Itu pun udah cukup buat gue." Sarah melongo, tercenung mendengar lelaki itu. Tidak, dia tidak terpesona. Hanya saja seperti ada segerombolan kupu-kupu di perutnya dan terasa menggelikan. Hatinya juga perlahan menghangat.'

Sarah tidak tahu ada apa dengan dia.

"Btw, nama gue Julio Abraham. Panggil aja Julio. Kalau lo?"

"Gue Sarah. Sarah Aprilia."

Mata Sarah terperanjat. Menyadari bahwa dia baru terbangun dari tidurnya yang cukup lelap di ruang istirahat. 

Astaga. Kepalanya berdenyut. Rasa nyeri menjalar ke seluruh sisi kepalanya. Tiba-tiba terbangun memang membuatnya sering merasa begini. Mungkin ia terlalu cepat bangun hingga menyebabkan tubuhnya terkejut untuk merespon. 

Setelah beberapa saat pening itu menghilang. Sebuah suara gantian mengejutkannya. Mengalihkan atensinya dari semesta dan terfokus pada sosok itu. Dia menatap datar Sarah yang baru bangun tidur, dan tercenung dengan kehadirannya. 

Sarah melongo tak percaya. "Lo kenapa bisa ke sini?"

"Kamu lupa kalau saya kerja di sini?" 

Eh? Iya, juga. Bagaimana Sarah bisa lupa tentang hal itu? Tapi tunggu! 

"Maksud gue, kenapa lo malah disini bukannya kerja?"

"Saya disuruh jagain kamu."

"Hah?" Bukan. Bukannya Sarah tidak mendengar kalimat Reagan. Dia hanya ingin memastikan kembali bahwa kalimat yang pria itu lontarkan itu salah. 

Namun, bukannya mengulangi, Reagan justru beranjak dari kursi, menghampiri Sarah yang duduk termenung di atas tempat tidur di hadapannya.

"Lo mau ngapain?" Panik, Sarah terkejut dengan keberadaan Reagan yang kian dekat dengannya. "Lo jangan lupa kalo gue sahabat Andre! Dia bisa cincang lo kalo lo ngapa-ngapain gue!"

Reagan kian menipiskan jarak di antara mereka. Pria itu bahkan menyejajarkan wajahnya dengan Sarah. Membuat si empu kian panik namun bingung harus berbuat apa. 

"Sepertinya saya berubah pikiran Sarah." Sarah terdiam dengan jantung yang berdentum tidak karuan. Ditatap intens oleh lelaki beraras tampan dan tegas seperti Reagan membuatnya salah tingkah. Namun sedetik kemudian perempuan itu melotot tak percaya dengan apa yang lelaki itu lontarkan.

 "Ayo berpacaran dengan saya, Sarah."

***


Our Summer NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang