25

1.9K 136 0
                                    

"Baiklah tanpa bertele-tele, dia akan dilelang dengan harga 60 juta!"

"80 juta."

"90 juta!"

"100."

"110."


Mingi melirik San yang sedang menahan amarahnya disana, ini bahkan lebih menyeramkan dibanding dulu dia ditipu oleh ayahnya Bianca. Mingi memilih untuk diam.

San menatap marah kearah panggung, Wooyoung bahkan bukan barang yang bisa dilelang, bagaimana ini bisa terjadi. San benar-benar akan menghancurkan orang yang melakukan ini semua.


"130 juta!"

"300 juta."


Wooyoung sudah bangun sekarang, mendengar orang-orang menyebutkan harga untuk dirinya, ia bahkan tak ingin mendengarnya itu menyakitkan, Wooyoung takut. "Hiks San..."


"Wow nomor 10 melelang dengan harga 300 juta!! apakah ada yang ingin menaikkan harganya lagi?"

"400 juta."

"Wah wahh tampaknya nomor 10 tak ingin ada orang lain yang mengambilnya! Baiklah sekarang saya akan hitung 1 sampai 3 jika tak ada yang menaikkan harganya lagi, dia akan menjadi milik nomor 10!"

"1..."

"2..."

"3!!"

"Selamat untuk nomor 10, silahkan datang ke ruangan nomor 503."


Wooyoung ditarik paksa oleh seseorang disana, Wooyoung bahkan tak tau sekarang dia sudah berada dimana atau sekarang jam berapa, ia ingin melawan tapi dirinya terlalu lemas.


"Duduklah, dan tunggu majikanmu itu datang."


Pria itu membuka penutup mata Wooyoung, dan melepas ikatan yang berada di mulutnya, tapi tidak dengan ikatan yang ada dipergelangan tangannya. Ia tak ingin jika tiba-tiba dia melawan.

Wooyoung membuka matanya, menatap pria yang berada dihadapannya dan segera memalingkan pandangannya, Wooyoung tak ingin bertatapan dengannya, Wooyoung terlalu takut.

San pergi sendiri keruangan itu, Mingi sudah pulang duluan karena ada urusan yang mendadak. San sedikit mendengar suara isakan didalam ruangannya, masih dengan amarah yang tertahan San membuka pintunya.


"Wah, ternyata tuanmu itu masih muda."


San menghiraukan ucapan pria itu, San langsung menatap Wooyoung yang juga sedang menatapnya dengan terkejut disana. San melihat beberapa luka memar ditubuh Wooyoung dan itu semakin membuat San marah.


"Kau beruntung manis karena bukan lelaki tua mesum yang membelimu."

"Bisakah kau pergi? ocehanmu membuat telingaku sakit."

"Haha baiklah."


Pria itu pergi keluar meninggalkan San dan Wooyoung didalam sana. San merasa sakit hati melihat keadaan Wooyoung yang seperti ini. San mencoba menghampiri Wooyoung.


"Sayang, kau baik-baik saja?"

"JANGAN MENDEKAT!!"


San terkejut melihat Wooyoung malah berjalan mundur saat ia mencoba untuk mendekatinya, bahkan sekarang Wooyoung sudah menangis dengan kencang. San mengabaikan ucapan Wooyoung, ia kembali mendekatinya.


"AKU BILANG JANGAN MENDEKAT BAJINGAN!!"

"Sayang, ada apa denganmu?"

"Kau bajingan, kenapa kau berselingkuh dariku!! kenapa kau berbohong jika kau pergi bersama Mingi keluar kota!!"

"Aku memang pergi bersama Mingi, apa maksudmu dengan berselingkuh?"

"JANGAN BERBOHONG SIALAN!! Lebih baik aku dibeli oleh orang lain dibandingkan dirimu!!"


San semakin marah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Wooyoung, amarahnya yang sedari tadi ia tahan membuncah begitu saja saat Wooyoung lebih memilih orang lain dibanding dirinya.


"JAGA MULUTMU ITU WOOYOUNG! Jangan karena aku mencintaimu, kau jadi seenaknya kepadaku!"


Wooyoung tersentak mendengar bentakan dari San, bahkan ini adalah kali pertamanya San membentak dirinya. San selalu bersikap lembut, Wooyoung mencoba untuk menatap San, San sedang menatapnya dengan marah disana.

San menghela nafasnya panjang, memijat pelipisnya yang mulai sedikit pusing itu, tak seharusnya San membantak Wooyoung. Wooyoung tak salah apapun.

San mendekati Wooyoung yang masih saja menangis disana, memeluknya dengan erat, mencoba menenangkannya dengan mengelus surai hitam milik Wooyoung.


"Kita pulang sekarang."


Wooyoung hanya menurut, dirinya sudah terlalu takut kepada San sejak San membentaknya. Bahkan tatapan San padanya tadi, itu sangat menyeramkan.

BE YOUR CIGARETTES : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang