36

1.9K 125 1
                                    

San kembali berjalan kearah Wooyoung. Mendudukkan dirinya disamping Wooyoung, menatap Wooyoung yang sekarang sedang menatapnya juga dengan wajah kebingungan.

"Siapa yang kamu telepon San?"

"Itu tak penting. Bianca yang melakukan ini padamu?"

"San, ak–"

"Kau tau aku tak suka dengan kebohongan."

Wooyoung menghela nafasnya panjang, dulu ia pernah berbohong kepada San dan itu berakibat dengan dirinya yang dijauhi oleh San hampir beberapa hari lamanya.

"Iya, Bianca yang melakukannya. Tapi aku baik-baik saja San, sungguh."

"Kau tak bisa berkata baik-baik saja dengan banyaknya luka itu Wooyoung."

Wooyoung merasa terintimidasi sekarang dan itu membuatnya tak nyaman berada diposisi ini. Wooyoung tak tau bagaimana cara menenangkan amarah San.

Dan tanpa Wooyoung sadari, Wooyoung sudah menangis sekarang, ia tak suka jika San marah, itu menakutkan meskipun yang membuat San marah bukan dirinya, tapi tetap saja tatapan San padanya sekarang, membuat Wooyoung tak nyaman.

San mengerutkan dahinya saat melihat Wooyoung tiba-tiba menangis disana. Ia tak tau apa alasan Wooyoung menangis sekarang. San pun membawa Wooyoung kedalam pelukannya.

"San, ja-jangan menatapku seperti itu hiks, aku.. aku takut."

San menghela nafasnya, mungkin karena dirinya terlalu terbawa emosi saat mengetahui apa yang sudah dilakukan Bianca pada Wooyoung sekarang. San jadi tak dapat menahan amarahnya.

San menangkup wajah Wooyoung, mengusap air matanya yang terus berjatuhan. Memberikan Wooyoung kecupan cukup lama dibibir agar Wooyoung bisa lebih tenang.

Saat San ingin melepas kecupannya, Wooyoung menahannya dengan ikut menangkup wajah San. Wooyoung mulai memiringkan wajahnya itu, dan mencium San dengan beberapa lumatan disana.

San membalas ciuman Wooyoung, memeluk pinggangnya dan menariknya agar lebih dekat dengannya sekarang. San melumat bibir Wooyoung dengan lembut, membuat Wooyoung menginginkan lebih.

Tangan Wooyoung sekarang sudah mulai membuka satu persatu kancing kameja milik San, tapi pergerakan tangannya terhenti karena ditahan oleh San, itu membuat Wooyoung kebingungan.

San sedikit mengigit bibir Wooyoung, memasukkan lidahnya kedalam sana dengan langsung melilit lidah Wooyoung dan menghisapnya.

Wooyoung kembali terbuai dengan ciuman San, menjilat bibir atas San, kembali mencoba melepas kancing kameja milik San dan lagi-lagi tangannya ditahan, itu membuat Wooyoung menjadi kesal.

Wooyoung melepaskan ciumannya, menatap San dengan kebingungan dan juga sedikit kesal. Mengapa San terus-menerus menahan tangannya itu.

San yang memang paham arti dari tatapan Wooyoung itu kepadanya hanya menghela nafas berat, seharusnya Wooyoung sudah tau jika ia tak akan bisa menyentuh Wooyoung jika keadaan Wooyoung seperti ini.

"Tidak sekarang Wooyoung."

"Tapi kenapa? aku menginginkannya."

"Kau tau kan aku tak akan bisa menyentuhmu dengan keadaanmu yang sekarang ini."

San beranjak dari duduknya, mengambil baju Wooyoung yang berserakan dilantai. Dan kembali berjalan ke tempat Wooyoung, memberikan baju yang sudah ia ambil.

"Jangan memasang wajah kesal seperti itu sayang."

"Huft!!"

Wooyoung mendengus kesal, mengambil bajunya dan mulai memakainya kembali. Memang apa yang salah dengan keadaannya yang seperti ini, atau karena San benar-benar tak suka jika tubuhnya banyak luka.

Wooyoung menatap San yang sedang memperhatikannya itu sedari tadi, sedikit membaca raut wajahnya disana, apa benar seperti itu.

"Kau benar tak menyu–"

"Aku menyukainya sayang."

"Lalu kenap–"

"Berhentilah bertanya hal-hal seperti itu."

Wooyoung kembali mendengus kesal, bahkan dirinya belum selesai bertanya tapi sepertinya San memang tau kemana arah pembicaraannya itu. Wooyoung mendekati San dan merentangkan tangannya.

"Gendong."

BE YOUR CIGARETTES : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang