"Jisung keparat!!"
Tak henti-hentinya Jeno mengumpati satu nama tersebut sembari menghentak-hentakan kakinya kesal. Langsung saja memasuki rumah kakaknya bahkan tanpa dipersilahkan lebih dulu. Hanya dengan melihat raut wajah bersungutnya Mark pun sudah tahu alasannya.
"Bocah kok diladenin." Responnya santai sambil memakan keripik kentang favoritnya.
Mark cukup peka, tidak ada yang membuat Jeno lebih kesal kecuali Jisung, sepupu Jaemin yang memang terlibat cousin zone. Karena Mark dulu adalah saksi PDKT dimana semua usaha adiknya dihalang-halangi oleh aksi bocah tengik tersebut. Sampai Mark harus memanggil Haendery dan Lucas untuk meminta bantuan agar acara pernyataan cinta Jeno pada Jaemin lancar.
"Masalahnya ini bocah titisan akhir zaman Kak!"
"Yaudah bunuh aja, santet kek?"
"Nggak ah, masih sayang status. Gak mau jadi duda di usia muda."
"Sinting!" Balas Mark malas. Ia melanjutkan aksi permainan gamenya yang tadi sempat tertunda. "Gak dijatah Jaemin otakmu langsung konslet yah?" Tanyanya tanpa menatap.
"Kok tahu?"
"Ada tuh tulisannya di keningmu. Frustasi seksual."
Bodohnya Jeno langsung ikut merabah keningnya padahal tahu Mark hanya mengada-ada.
Memandangi apartemen kakaknya yang tampak sepi. Jeno cukup tahu bagaimana perjuangan kakaknya. Dimulai dari menyelesaikan kuliah dilanjut dengan pendidikan master, Mark akhirnya melamar kekasihnya. Mengajaknya tinggal di apartemen mewah yang ia beli dengan keringatnya sendiri. Hal itu juga yang akhirnya dia contoh. Menyelesaikan pendidikan, mendapatkan kerja baru melamar Sang pujaan.
Barangkali Haechan istrinya sedang tidur karena faktor kehamilan. Entah kapan Jeno akan merasakannya pula. Menunggu dirinya menjadi seorang Ayah seperti kakaknya Mark.
Namun Jeno tahu itu pun tak mudah. Mark sendiri sudah menikah 2 tahun lebih dulu dari dirinya dan Jaemin. Terhitung usia pernikahan mereka yang memasuki tahun ke lima. Haechan tidak langsung diberi momongan, mereka pun juga melewati pahit dan getirnya pejuang garis biru. Terlebih Haechan pun pernah mengalami keguguran. Untuk itu Jeno pun percaya bahwa segalanya memang butuh proses.
"Kak?" Jeno bertanya lirih menyita atensi Mark dari game yang ia mainkan. "Kok sama sekali belum berhasil yah?"
Tahu kemana arah pertanyaan itu, Mark langsung menyelah. "Kamu baru nyobain obatnya beberapa hari lalu Jen, ya kali langsung jadi."
"Tambahi doa kalau perlu visualisasi juga." Tambahnya.
Itu seperti yang dikatakan istrinya, visualisasi. Entah seberapa kuat pengaruhnya, intinya Jeno tidak begitu tertarik dengan hal yang diluar nalar semacam itu.
"Gimana kalau antara aku sama Jaemin yang mandul aku?"
Plakk!
"Sakit ganteng!" Umpatnya.
Mark tidak terlihat menyesal baru saja mengeplak kepala adiknya dengan keras. Kebiasaan dari omongan ngawurnya. Tidak tahukah Jeno bahwa setiap kata adalah doa?
"Cuma kemungkinan aja, aku kasian sama Jaemin kalau tertekan terus."
"Terus kalau kemungkinannya bener, kamu mau cerai?"
Jeno menggeleng tak rela.
"Ya makannya jangan terus-terusan bikin statemen aneh."
"Aku gak masalah nerima apapun keadaannya kak." Sunggutnya. Jika itu soal kesetiaan tak perlu diuji karena sejatinya Jeno benar-benar budak cintanya Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Lines (NOMIN)
FanfictionJaemin dan Jeno adalah pasangan yang hanya menunggu saat membahagiakan itu tiba. cw: missgendering, bxb