13.

216 14 1
                                    

"Pagi...?"

Jaemin bagai terlonjak dari tidur ketika mendapati kepala seseorang muncul dari dalam kamarnya. Bukan karena dia tidak mengenal orang tersebut, tapi ini memang hal tabu yang seharusnya tidak boleh dilakukan.

"Jisung...!" Reflek Jaemin menaikkan selimutnya walau dia memang masih berpakaian lengkap. "Kamu ngapain masuk kesini, keluar gak?"

"Aku cuma mau ngecek keadaan kamu Na?"

"Iya tapi keluar dulu deh...?" Jaemin benar-benar mengusir Jisung. Dasar tidak sopan. Bagaimana pun kamar ini adalah miliknya dengan Jeno. Orang lain mana boleh masuk seenaknya.

Melihat hari yang sudah pagi, ia bergegas membuka tirai dan masuk ke dalam bilik toilet. Jaemin jadi mengingat kejadian semalam. Ah, apakah suaminya sudah berangkat kerja? Dimana Jeno tidur semalam? Jika dipikir-pikir rasanya Jaemin begitu keterlaluan. Ia mengaku salah karena menuduh Jeno sudah berbuat tidak-tidak. Padahal itu pun hanya masalah sepele yang tidak patut dibesar-besarkan. Semoga saja suaminya memaafkannya.

Beranjak ke meja makan, Jaemin cukup kaget dengan sarapan yang sudah siap. Nasi goreng beserta susu cokelat favoritnya. Ketika melihat notes yang ada di pintu kulkas, Jaemin tidak kuasa menahan ekspresi bahagianya. Tentu saja suaminya yang membuatnya, berikut permintaan maaf semalam.

Aku buatin nasi goreng kesukaan kamu.
Aku berangkat dulu yah sayang. I'm sorry, i love you

-Jeno

Dia melipat memo itu dan memasukkan di saku piyamanya. Tubuhnya tiba-tiba berjengkit ketika sebuah tangan merengkuh pinggangnya singkat.

"Cantiknyaaa...."

Bukan hal baru jika Jisung jadi seberani ini jika Jeno tidak ada. Ia tak segan-segan menggoda dengan memberikan sentuhan fisik. Kadang Jaemin membiarkan jika itu masih dalam tahap wajar. Tapi terkadang juga merasa tak nyaman jika Jisung sudah mulai berani-berani masuk ke kamar seperti tadi.

"Apasih Jis, cari pacar sana!" Ujarnya ketika merasa tak nyaman ditatap lama-lama.

"Gak perlu, kan nungguin kamu janda."

"Eh mulutmu!" Reflek pukulan yang diarahkan pada remaja dua puluhan itu.

Jaemin lalu melanjutkan sarapannya. Di depannya sedang duduk Jisung menghabiskan sarapan pula. Sulit dipercaya bahwa ada dua porsi makanan di atas di atas meja. Itu berarti Jeno juga menyiapkan untuk Jisung. Ah betapa manisnya suaminya itu.

"Habis ini aku mau ikut kamu ke kampus yah?" Ungkap Jaemin.

"Hah? Tumben?"

"Mau ketemu Jeno."

"Males deh." Wajahnya mendadak sedih dibuat-buat.

"Sekalian nyariin kamu pacar." Goda Jaemin lagi.

"Dibilangin aku gak butuh Na?"

"Kalau pacar bohongan, masih butuh?" Tawar Jaemin membuat Jisung berhenti menyendokan makanan. Seringnya memang begini, Jaemin sering dimintai menjadi pacar pura-puranya untuk mengusir semua fans Jisung. Tapi belakangan ini entah masih berpengaruh atau tidak, pasalnya tidak sedikit yang tahu bahwa Jaemin adalah istri Jeno.

Tapi setidaknya Jisung bisa mengambil kesempatan dengan itu.

"Oke, bisa dibicarakan."

💠

"Sayang... Kok kesini gak bilang-bilang?"

Jeno sedikitnya merasa terkejut atas kedatangan istrinya yang masuk ke ruangannya. Buru-buru disudahinya pekerjaannya, lekas berdiri dari kursinya.

Two Lines (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang