2.

468 30 0
                                    

Orang bilang menikah adalah salah satu cara menyempurnakan sebuah hubungan. Itulah yang menjadi alasan kuat saat Lee Jeno memutuskan untuk melamar kekasihnya, Na Jaemin. Secantik wajahnya dengan senyum manis serta bulu mata lentiknya. Menjadikan Jeno sebagai sosok yang beruntung takkalah bisa mempersunting primadona sekolahnya dulu.

Katakanlah pernikahan mereka itu tergolong telat. Dibanding teman-teman lainnya yang menikah diumur 24 atau 25 tahun, mereka justru menikah diumur yang sama-sama 27 tahun. Itu karena banyak yang perlu dipikirkan. Terlebih Jeno, pria dengan ambisi besar yang pantang mempersunting kekasihnya sebelum memiliki pekerjaan tetap dan juga rumah. Jeno tidak mau kekasih yang dikencaninya selama lima tahun itu hidup susah. Beruntungnya Jaemin sama sekali tidak keberatan dengan itu. Tidak pernah menuntut seperti orang-orang lain yang selalu mengatakan kapan nikah pada kekasihnya.

Hingga saat pesta pernikahan digelar, itu adalah moment terbaik bagi keduanya dimana akhirnya mereka berdua dipersatukan ikatan janji suci sehidup semati. Pada kehidupan awal pernikahannya, Jaemin memutuskan tetap bekerja sebagai pegawai bank swasta di tempatnya sementara Jeno sendiri adalah seorang dosen di sebuah universitas terkemuka. Hanya saja untuk baru-baru ini, Jaemin memutuskan resign karena ingin konsentrasi mengurus rumah tangga sekaligus persiapan mendapat anak.

Siapa sangkah dengan usia pernikahan mereka yang menginjak tahun ketiga, mereka sama sekali belum dikaruniai anak. Berbeda sekali dengan teman sepantaran mereka yang sudah memiliki momongan atau bahkan anak yang sudah sekolah. Bukan berarti mereka tidak berusaha. Praktek siang malam sudah mereka lakukan. Di semua tempat, penjuru ruangan. Mereka pun sama menantikan adanya pelengkap tumah tangga mereka.

Jaemin sudah capek jika setiap keluar rumah ditanya, "kapan memiliki anak?".

Padahal baru saja dirinya lepas dari pertanyaan kapan menikah. Ada kalanya Jaemin menanggapinya dengan santai disertai senyuman. Tapi jika pertanyaan itu terus menerus diajukan seolah mengingatkan akan sebuah kelemahannya. Mau tidak mau Jaemin pun menjadi sedikit tertekan.

Perkara anak memang diluar kendalinya. Kadang Jeno mengingatkan agar tidak terlalu memikirkan ucapan yang tidak bertanggung jawab itu. Tujuannya menikahi Jaemin bukanlah untuk memiliki anak melainkan karena Jeno mencintai sosok itu dan ingin menghabiskan sisa hidup bersamanya. Ada atau tidaknya anak harusnya tidak menjadi masalah.

Tidak ada orang yang boleh ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Jeno akan selalu membuat perhitungan bagi siapapun yang membuat istrinya menangis.

💠

"Kamu sama Jeno udah coba gaya apa saja Na?"

Pertanyaan Ten, selaku Mae-nya Haechan yang sekarang sedang mengobrol dengan Jaemin di ruang keluarganya. Niatnya untuk berbelanja dengan Haechan sedikit diundur karena Jaemin ingin sedikit mengobrol dengan Ten yang kebetulan berprofesi sebagai Dokter Obgyn.

"Gak banyak sih Mae, soalnya Nana kadang capek duluan jadi Jeno yang lebih sering gerak."

Berbicara dengan Ten memang gak perlu malu-malu. Terlebih masalah ranjang. Itu karena Ten juga sering mendapat klien dengan permasalahan yang sama.

"Doggy style sering?"

Nana mengangguk. Kalau itu sih memang favorit Jeno banget. Memang dengan begitu milik Jeno bisa masuk lebih dalam. Tapi yang capek di Jaemin. Tak jarang paginya kakinya sering merasa kesemutan.

"Nah kamu sering-sering aja pake gaya itu tapi jangan langsung rebahan. Nunggu sel spermanya masuk ke dalam."

"Jadi Jaemin harus nungging gitu?" Ten mengangguk. "Berapa lama?"

"Gak lama, cuma lima."

"Lima jam?"

"Lima menit sayang, memang kamu kuat lima jam jadi doggy." Ten mulai gemas dengan sahabat anaknya ini.

Two Lines (NOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang