Jaemin hanya sadar bahwa akhir-akhir suaminya itu justru menjauh darinya. Sejak pembicaraan di kantor pasca itu, walau Jeno akan menyanggupinya untuk melakukan pemeriksaan saat dirinya tidak sibuk. Tapi apa yang terjadi sekarang sungguh di luar dugaan. Kesibukannya justru seperti dibuat-buat.
Tak jarang Jeno akan berangkat pagi dan pulang tengah malam saat Jaemin sudah tertidur pulas. Jika ditanya selalu beralasan sama. Menyiapkan sidang untuk para mahasiswanya. Seolah hanya dialah satu-satunya dosen di universitas itu.
Jaemin bahkan sudah melupakan tentang janji periksa itu. Intinya dia hanya butuh Jeno. Kesibukannya berlangsung satu minggu lebih. Disamping dia yang terus melakukan terapi dan minum-minuman herbal. Tapi apa manfaatnya jika dia tidak disentuh oleh suaminya sendiri.
Jaemin juga bukan orang yang bisa kuat begadang tengah malam. Kebiasaan menjadi Ibu rumah tangga membuatnya konsisten tidur dan bangun tepat waktu. Ada kalanya dulu saat Jeno sedang hard, dia tidak masalah untuk dibangunkan dan sedikit memberikan pelayanannya. Tapi lihatlah, Jeno ibarat tidak bernafsu lagi padanya. Jika begini kapan dia mendapatkan seorang anak?
"Kamu kenapa Si Na, gak nyaman banget duduknya dari tadi?" Adalah Haechan yang menyadari tingkah aneh Jaemin.
Pagi ini Jaemin memang berniat pergi ke rumah Haechan sendirian. Sekaligus melihat Noah si bayi kecil lucu itu. Hanya saat Noah tertidur dan sudah dipindahkan ke kamar oleh baby sisternya, Jaemin akhirnya punya waktu mengobrol dengan Haechan.
"Aku takut banget Chan?" Ucapnya dalam kepanikan.
"Takut kenapa?"
"Jeno marah sama aku."
"Nggak mungkin lah." Sontak Haechan menyangkal.
Jika ada hal yang mustahil untuk ia percayai, pertama adalah keberadaan alien dan kedua adalah marahnya Jeno pada Jaemin. Itu karena Haechan cukup tahu secinta apa adik iparnya pada sahabatnya tersebut.
"Tapi kayaknya kali ini beneran marah." Jaemin masih berangan-angan dalam pikirnya. Membuat Haechan langsung memfokuskan afeksinya.
"Kenapa sih? Kamu selingkuh?"
"Enggak, enak aja!"
"Kamu buang berhalanya Jeno?"
Jaemin memincingkan mata. Jika soal salah satu hobi suaminya itu, Jaemin mana pernah macam-macam. Pernah saat itu Jaemin tidak sengaja mematahkan lengan action figure nya berujung dia yang kesulitan bangun saat pagi. Sudah paham pembalasan apa yang dilakukan Jeno.
"Kalau Kak Mark marah biasanya diapain, Chan?"
"Serius nih tanya aku?" Haechan yang awalnya menanggapinya biasa langsung memberikan efeksi penuh. Ngomong-ngomong sudah lama pula kedua sahabat ini tidak melakukan deeptalk yang berkualitas.
"Heem." Haechan melambaikan tangan, menginterupsi agar Jaemin mendekatkan telinganya padanya. Sampai beberapa detiknya akhirnya Jaemin berteriak.
"Hyaaakk.... sesat kamu yah!!" Ucapnya langsung menjauhkan diri dari Haechan. Sedangkan si empu justru tertawa terbahak-bahak.
"Namanya juga suami istri Na, jelasnya butuh hal baru kan?"
"Tapi gak roleplayer juga kali, kamu ah Chan?" Jaemin bahkan kehilangan kata-kata untuk sahabatnya ini. Sungguh sifat mesumnya tidak pernah hilang sejak mereka di tingkat sekolah atas.
"Biar cepat jadi Na." Sahutnya.
"Enggak...!" Tekannya.
Alih-alih menolak saran dari Haechan, tapi lihatlah sepulang dari rumah Jaemin justru memikirkan ulang saran dari sahabatnya itu. Sejujurnya selama tiga tahun menikah, Jaemin pun jarang menggunakan seks yang aneh-aneh seperti yang Haechan sarankan. Paling tidak berganti gaya dan itu pun sudah membuat Jeno cukup puas. Jeno juga tidak pernah menuntut Jaemin berbuat macam-macam. Asal kebutuhan biologis keduanya terpenuhi itu sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Lines (NOMIN)
FanfictionJaemin dan Jeno adalah pasangan yang hanya menunggu saat membahagiakan itu tiba. cw: missgendering, bxb