Sadana melajukan mobilnya menuju sebuah kawasan padat di tengah kota, agak jauh dari tempat tinggalnya sekarang. Hari ini ia ada janji reuni dengan teman-temannya semasa kuliah dulu. Belasan tahun telah berlalu. Ada banyak faktor yang menyebabkan mereka tidak bisa berkumpul full team dan kali ini sebuah keajaiban semua teman-temannya bisa datang. Makanya Sadana tidak akan pernah melewatkan momen langka itu, meski badannya pegal karena baru kembali dari Singapura beberapa jam yang lalu.
Tak lama kemudian, mobil yang dikendarainya memasuki pelataran rumah tujuan. Seseorang dengan wajah berseri-seri berdiri menyambut di teras. Sadana buru-buru turun, menghampiri orang itu.
"Anjirlah kangen banget gue sama lo, Dan." Orang itu heboh memeluk Sadana sampai terhuyung kebelakang.
"WOY YANG DI DALAM, BAPAK LEADER UDAH NYAMPE NIH! SAMBUT DULU DENGAN MERIAH!"
Suara langkah-langkah kaki grasak-grusuk terdengar sampai luar. Dalam sekejap teras rumah itu dipenuhi oleh tiga belas pria dewasa dengan berbagai gaya. Ada yang masih pakai jas kantoran, ada yang masih pakai baju PNS, sampai ada yang masih mengenakan rompi proyek. Sadana terkekeh, teman-temannya sama sekali tidak berubah meski jarang bertemu.
"Dari bandara langsung kesini bro?" Tanya Joseph setelah mereka semua masuk ke rumah.
Acara reuni kali ini diselenggarakan di rumah Jordan. Soalnya diantara mereka semua cuma Jordan yang punya rumah luas plus tinggal sendiri. Jadi mereka tidak akan merasa sungkan kalau-kalau ada orang lain selain mereka. Di ruang tamu sudah berkumpul makhluk-makhluk dengan berbagai rupa. Tim main PS ada Miky dan Louis. Tim game online ada Chandra, Hao dan Arjuna. Sementara itu di sisi satunya tim karaokean ada Dhika, Sabili, dan Leon. Dan tim ngeliatin doang ada Yuji dan Wisnu. Jordan si pemilik rumah bergabung dengan Sadana dan Joseph di sofa satunya, mengabaikan keributan di sofa sebelah yang sudah tidak kondusif.
"Kagak, gue pulang dulu bentar. Taro koper sama ambil mobil." Jawab Sadana menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.
"Bang, anak gue mana? Kok gak dibawa?!" Teriak Miky mengoper stik PS pada Wisnu dan ikut bergabung dengan para tetua. Dia kalah main soalnya.
Maksud Miky anaknya itu adalah Sakala. Sudah menjadi rahasia umum kalau yang ikut mengurus Sakala dari bayi itu adalah teman-teman satu kosan Sadana dulu. Bahkan ketika pertama kali bisa berbicara, yang diucapkan Sakala adalah Miky. Sadana sampai gedek, orang dia papanya, malah Miky bangor yang dipanggil duluan.
"Anaknya masih latihan bola tadi."
"Suruh kesini aja, bang. Ntar gue yang jemput." Usul Miky. Sadana mengangguk, segera mengeluarkan ponsel untuk mengetikkan beberapa pesan pada Sakala.
"Katanya latihan baru kelar jam limaan." Ucap Sadana setelah mendapat balasan dari Sakala. "Untuk paduka Jordan, tolong masakin tumis jamur spesial! Noh pesan dari bocil." Sadana membacakan pesan Sakala. Mana capslock semua lagi.
Jordan tertawa, sudah menduga permintaan Sakala. "Bilangin, udah om Jordan masakin spesial buat Kala. Buruan ke rumah!"
Setelah bertukar pesan dengan Sakala sekali lagi, barulah Sadana menyimpan kembali ponselnya. Rumah Jordan benar-benar riuh dengan keributan. Untung lokasi rumah itu tidak terlalu berdempetan dengan rumah sebelah. Kalau berada di lingkungan padat, bisa-bisa mereka bertiga belas di grebek tetangga karena terlalu ribut.
"BANG DANA AYO MAIN! BURUAN LOGIN SINI!" Teriak Chandra di sofa sebelah.
◽◾◽
"KALA DATANG OM-OM KU YANG JELEK!!!"
Suara teriakan melengking itu memecah keributan yang sudah ada. Sakala masuk ke rumah Jordan sambil berlari-lari kecil diikuti Miky, wajahnya sumringah menghampiri para om yang berkumpul di ruang tamu. Leon yang pertama kali mendekap anak itu, memitingnya sampai kecekek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Dawn is Warmer Than Day ✓
Фанфикft. Seungcheol & Sunwoo as bapak anak Coba deh lu bayangin punya bapak spek komandan militer yang hobi nyepak kaki kalo lu salah sedikit aja dari aturannya. . Ini tentang seputar kehidupan bapak Sadana dan anaknya Sakala. Bapak anak yang punya kepri...