Ep 26. Find Happy (END)

839 70 13
                                    

Di sebuah rumah minimalis bernuansa modern itu, tinggallah satu keluarga kecil yang harmonis. Masih dengan pemeran yang sama. Tidak banyak berubah dari rumah tersebut setelah ditinggal oleh salah satu penghuninya. Hanya ada beberapa sentuhan kecil untuk memperindah rumah asri itu.

Pagi menjelang, gerimis sisa hujan tadi malam masih turun awet membasahi bumi. Di dapur terlihat seorang perempuan sedang sibuk dengan kegiatan memasaknya. Tak lama kemudian, suara keributan dari ruang depan mengalihkan atensi perempuan itu. Salsa meringis mendengar celotehan kedua anak kembarnya yang bermain di ruang tengah.

"Sekala, Selaras, jangan ribut-ribut sayang. Masih pagi loh." Serunya yang sudah pasti tidak dihiraukan oleh anak-anaknya.

Salsa menggeleng, kembali sibuk dengan masakannya. Setidaknya ia masih bernapas lega karena putra dan putrinya itu ribut, kalau sudah sepi berarti ada sesuatu yang sedang kedua anak itu lakukan.

Sadana baru keluar dari kamar mandi ketika suara keributan di ruang depan itu semakin menjadi-jadi. Sekala dan Selaras. Kedua anak itu benar-benar bergelut diatas karpet bulu-bulu kesayangan Salsa. Asyik berebut bola yang Sadana yakini adalah milik putra sulungnya dulu.

"Ini punya Sela! Sela ambil duluan!!!" Dengan brutal Selaras mendorong Sekala hingga terjungkal.

"Tapi abang yang ambil duluan, Sela!!!" Merasa tidak terima, si abang alias Sekala bangkit untuk mendorong balik adik kembar perempuannya yang bar-bar itu.

Pada akhirnya keributan keduanya baru berhenti ketika Sadana memutuskan untuk mengambil bola itu, mengangkatnya tinggi-tinggi biar kedua cebol ini tidak bisa mengambil.

"Masih mau rebutan anak-anak?" Ucap Sadana berkacak pinggang, menatap satu persatu buntalan cebol miliknya itu.

Dua tahun setelah pernikahan, Sadana dan Salsa dikaruniai dua orang anak kembar laki-laki dan perempuan. Kedua bayi itu lahir sehat setelah melewati berbagai drama. Si kembar pertama lahir lebih dulu lancar jaya tanpa hambatan. Namun, setengah jam berlalu, si kembar kedua tidak kunjung keluar. Berkali-kali ngeprank dan membuat bundanya benar-benar kepayahan di pembukaan terakhir. Bidan yang membantu bersalin bahkan nyaris menyerah, bilang mending operasi saja. Tiba-tiba si bayi kembar kedua keluar dengan lancar. Seolah sengaja membuat orang-orang sebel plus bete.

Kini keduanya sudah berusia lima tahun. Usia yang memang lagi di fase nakal-nakalnya. Percaya atau tidak, ketimbang mirip Sadana atau Salsa, kedua anak kembar itu malah mirip Sakala, dari rupa hingga perangainya. Si abang atau kembar pertama, Sekala Ifaaz Malik terpantau lebih kalem. Sejak lahir tidak terlalu banyak drama, adem ayem walaupun saat diganggu akan membalas brutal. Sementara si adik atau kembar kedua, Selaras Ilona Maryam jauh lebih bar-bar ketimbang abangnya. Sudah terlihat kelakuannya saat persalinan dulu. Anak satu ini perempuan tapi tidak terlihat perempuan. Mainannya mobil-mobil milik si abang. Sudah dibelikan boneka Barbie malah dipenggal kepalanya. Sadana jadi merinding, ini anaknya kok brutal banget dari bocil.

"Ini bola punya kakak, 'kan? Siapa yang buka kamarnya kakak?!" Tanya Sadana dengan nada dibuat-buat tegas. Padahal mah sengaja bikin dua cebol ini takut.

Ada sebuah larangan di rumah mereka. Tidak ada yang boleh sembarangan masuk ke kamar milik Sakala dulu. Bola ini jelas-jelas berasal dari kamar itu, Sadana yakin kedua buntalan cebol ini diam-diam masuk ke dalam kamar tersebut.

"Abang/Sela." Keduanya berteriak bersamaan. Giliran gini aja kompak si bocah.

Sadana menghela napas, percuma bertanya. Keduanya pasti akan saling menyalahkan,"bereskan mainannya dulu. Habis ini mandi, sarapan terus berangkat sekolah."

Bukannya memunguti mainan mobil-mobilan yang bertebaran di segala penjuru lantai, Selaras malah pura-pura terbaring. Sok-sok memegang kepalanya seolah sedang sakit.

Our Dawn is Warmer Than Day ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang