Ep 20. Masa lalu yang kembali

381 49 6
                                    

Sadana mengemasi barang-barangnya, sebelum itu ia sempatkan dulu untuk mengetikkan beberapa pesan memberitahu Sakala agar tidak usah menunggunya makan malam bersama. Hari ini Sadana pulang terlambat. Ada pertemuan dengan kedutaan Jepang. Kemungkinan ia akan pulang larut malam.

"Udah mau pulang pak Dan?" Sapa salah satu rekannya. Sadana mengangguk ramah. Tidak menjawab pertanyaan tadi, paling juga basa-basi semata. Sadana mempercepat langkahnya. Sebagai tuan rumah yang baik, tentu saja ia harus tiba di tempat pertemuan lebih dulu.

Sadana tiba di tempat pertemuan tepat sesuai kalkulasi waktu yang diperkirakannya. Lokasi pertemuan itu berada di sebuah restoran kecil di pinggir kota. Awalnya Sadana menawarkan untuk melakukan pertemuan di restoran bintang lima, namun pihak kedutaan Jepang malah memilih restoran kecil ini. Sadana sih gak masalah. Restorannya ini mengingatkannya dengan suasana masa lalu, saat ia masih berteman dengan Adhitama. Dulu ketika pulang sekolah, Sadana dan Adhitama sering menghabiskan waktu untuk makan di restoran kecil-kecil seperti ini. Selain harganya yang terjangkau, rasa masakannya juga tak kalah enak dengan restoran modern.

Eh. Sadana menggelengkan kepala. Untuk apa ia mengingat orang itu. Adhitama bukan lagi temannya. Laki-laki itu hanyalah satu dari sekian banyak kenangan yang ingin Sadana lupakan.

"Permisi, apakah anda tuan Sadana dari Kementerian luar negeri Indonesia?" Seseorang menyapa. Sadana buru-buru bangkit, menyambut baik kedatangan orang tersebut.

Sadana mengangguk,"benar, tuan. Apakah anda tuan Murayama Ryuichi dari kedutaan Jepang?"

Pria paruh baya yang mengenakan setelan jas rapi itu mengangguk. Aksen bahasa Indonesianya yang masih terdengar asing itu patah-patah memulai pembicaraan. "Saya sangat senang bisa bertemu anda di tempat ini. Restoran ini mengingatkan saya dengan restoran yang dulu sering saya datangi ketika sepulang sekolah. Ahh rasanya seperti nostalgia. Sejujurnya ada seseorang yang merekomendasikan tempat ini pada saya. Sebentar lagi dia akan datang."

"Orang yang merekomendasikan tempat ini pasti memiliki kenangan yang bagus. Saya setuju, rasanya seperti nostalgia." Balas Sadana sambil tersenyum.

Namun, senyum itu seketika luntur saat seseorang datang menghampiri meja mereka. Sadana mengepalkan tangan kuat-kuat. Ketika ia sudah bersiap melupakan, masa lalu itu kembali. Bahkan dengan wajah tanpa dosa, berani sekali Adhitama menunjukkan diri di depan Sadana.

"Ahh ini dia tuan Adhitama. Dialah yang merekomendasikan tempat ini. Katanya tempat ini mirip dengan tempat yang sering ia kunjungi dengan temannya." Ucap Murayama riang menyambut kedatangan Adhitama.

Demi sopan santun, Sadana mengangguk meski tanpa senyum sama sekali. Ia menatap Adhitama tajam. Tatapan yang menyiratkan kemarahan. Namun, Sadana tetaplah seorang profesional. Ia harus mengesampingkan perasaan pribadi dan fokus pada pekerjaan. Jadilah selama satu jam setengah, meja makan itu dipenuhi oleh pembicaraan hangat mengenai beberapa kerjasama yang akan dilakukan oleh kedua belah pihak.

"Berani lo nunjukin muka depan gue?" Ucap Sadana setelah tuan Murayama Ryuichi pulang. Hanya ada mereka berdua, duduk berhadapan. Yang satu menatap penuh benci dan satunya sibuk menunduk.

"Apa mau lo?! Gue udah bilang kita gak bisa ketemu. Gue gak punya waktu ketemu orang kaya lo." Sadana ancang-ancang ingin bangkit, tetapi Adhitama sudah dulu menahan.

"Tolong kali ini lo dengerin gue, Dan! G-gue mau minta maaf."

Sadana mendecih sinis,"baru sekarang lo minta maaf? Kemana aja lo selama ini? Kenapa gak saat Renata masih ada? Kenapa baru sekarang?!"

"Lo gak tau gimana susahnya dia nanggung semua kesalahan lo sendirian?! Bukannya bertanggungjawab, lo malah ninggalin dia sendiri. Laki-laki macam apa lo, hah?! Lo yang bikin gue putus sama Renata, lo juga yang bikin dia menderita. Sekarang lo dengan mudah bilang maaf. Setelah semuanya terjadi, lo sama sekali gak punya hak buat minta maaf Adhitama!" Suara Sadana meninggi. Kalau saja sekarang mereka tidak berada di tempat umum, mungkin sudah dari awal Sadana melayangkan tinjunya pada Adhitama.

Our Dawn is Warmer Than Day ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang