Ep 11. Papa baik-baik aja, 'kan?

459 54 3
                                    

Sadana melangkahkan kaki keluar dari gate bandara sambil mengutak-atik ponselnya. Setelah turun dari pesawat, ia mencoba menghubungi Sakala. Tapi anak itu sama sekali tidak mengangkat telponnya. Sadana mengernyit bingung, tidak biasanya Sakala seperti itu. Mau sesibuk apapun, Sakala pasti akan menjawab telponnya.

Brukkk

Karena terlalu fokus dengan ponsel, Sadana tak sengaja menabrak pasangan suami-istri paruh baya.

"Maaf, pak, bu. Saya tidak-" kalimat Sadana terpotong. Matanya menatap tak percaya orang di depannya. Bukankah pasangan suami-istri ini adalah orang tua Renata yang Sadana temui enam belas tahun lalu?

"Tunggu! Kamu bukannya orang yang waktu itu menemani Renata di rumah sakit?!"

Sadana mengepalkan tangan, dugaannya benar. Kedua pasangan ini adalah orang tua Renata. Sempit sekali dunia, setelah enam belas tahun, mereka akhirnya bertemu. Sadana menggeleng, segera menundukkan kepala meminta maaf karena telah menabrak keduanya. Tanpa sepatah kata lagi, Sadana melanjutkan langkah. Tidak peduli dengan panggilan pasangan suami-istri itu. Sejak penolakan mereka pada Sakala enam belas tahun lalu, Sadana bersumpah tidak akan mendekati keluarga Renata. Tak akan Sadana biarkan orang-orang jahat menyakiti putra kesayangannya. Bahkan jika mereka memohon berlutut ingin bertemu, Sadana tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.

"Lama banget lo, gue nunggu dari setengah jam yang lalu." Gerutu Jordan setelah Sadana masuk ke mobil. Karena Sakala tidak bisa dihubungi, terpaksa Sadana meminta Jordan untuk menjemputnya.

"Sorry, ketahan di imigrasi." Jawab Sadana melepaskan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. "Kala masih nginep di rumah lo?"

Jordan yang mulai menggerakkan setir mobil menggeleng,"itu anak kayanya ngambek sama gue. Cuma dua hari dia nginep, sisanya tidur di rumah."

Alis tebal Sadana mengerut,"ngambek kenapa?"

"Dia nanya hubungan lo sama Renata gimana dulu. Gue gak tau mau jawab apa, jadi gue suruh nanya ke lo aja. Terus anaknya diem balik kamar, gue datangin si bocil malah kabur pake motor."

Sadana menghela napas, akhir-akhir ini Sakala memang suka menanyakan soal mamanya. Sadana yang sudah kepalang lelah ditanyain akhirnya menjawab jujur bahwa Renata sudah meninggal saat melahirkan Sakala. Tapi sepertinya jawaban itu saja tidak bisa menutupi rasa penasaran Sakala. Anak itu tetap mencari tahu.

"Lo masih gak mau jujur sama Kala soal hubungan kalian? Dan, kalo gak sekarang kapan lagi?! Sakala bukan sepuluh tahun lalu yang kalau dikibulin percaya aja. Anak lo udah enam belas tahun." Ucap Jordan. Ia tahu masalah yang satu ini teramat pelik bagi Sadana. Sadana sangat menyayangi Sakala dan perasaannya itu membuatnya takut untuk jujur. Jordan adalah saksi mata bagaimana tulusnya Sadana saat pertama kali menyebut Sakala anaknya.

"Gue paham, ini semua berat. Tapi percaya aja, Sakala pasti paham. Dia gak bakal tinggalin lo, Dan. Karena lo papanya."

"T-tapi gimana dengan Adhitama? Gimana kalo Adhitama nemuin Sakala, Jor? Gue gak siap kehilangan Kala." Suara Sadana nyaris hilang ketika menyebut nama itu.

Adhitama. Mungkin nama itu belum disinggung sebelumnya. Dulu Adhitama dan Sadana adalah teman dekat. Mereka sudah berteman sejak SMA, jauh sebelum Sadana mengenal Jordan dan kosan seventeen. Namun, pertemanan mereka hancur ketika seorang gadis masuk. Namanya Renata. Sadana yang pertamakali mengenal Renata di sebuah festival tahunan. Karena Sadana mengenal Renata, otomatis Adhitama juga ikut mengenal gadis cantik itu. Jadilah mereka tiga sahabat baik, meski tidak satu sekolah. Hang out bareng, ngerjain tugas, bahkan sekedar mencari udara segar sering mereka lakukan bersama. Ada pepatah mengatakan, tidak ada pertemanan murni antara laki-laki dan perempuan. Itu benar adanya, Sadana menyukai Renata. Begitu pula sebaliknya, Renata pun menyukai Sadana. Tidak butuh waktu lama keduanya meresmikan hubungan saat kelas dua SMA. Tanpa keduanya sadari, Adhitama pun memendam rasa suka pada Renata. Sejak mengetahui hubungan Renata dan Sadana, Adhitama mulai berubah. Dulu ia dan Sadana selengket perangko, sekarang berubah bagai terhalang jarak yang jauh. Tidak ada lagi Adhitama yang konyol dan ceria. Saat kelas dua semester dua, Adhitama pindah sekolah. Dan berakhirlah kisah persahabatan mereka.

Our Dawn is Warmer Than Day ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang