"Kiw eneng cantik." Sakala mengerling ketika seorang gadis mungil berponi lurus lewat di depan kelasnya. Pas-pasan banget dia dan komplotannya lagi nongki depan kelas. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Eneng kesayangannya lewat sambil mencangklong ransel berisik penuh gantungan kunci bergambar idol Korea.
Tapi sama seperti sebelum-sebelumnya, si eneng cantik itu jangankan membalas, menoleh pun tidak. Usaha Sakala selalu sama, bertepuk sebelah tangan. Sakala menatap eneng cantiknya yang sudah hilang di balik belokan koridor.
"Anjir cantik banget Sawako gue." Ucapnya tanpa sadar, habis itu digeplak sama Ero.
"Sintingnya udah gak ketolong anak ini." Komentar Renan. Pribumi campuran chindo dikit itu kalo ngomong emang suka pake cabe, julukannya kecil-kecil cabe rawit.
"Selera lo Sawako mulu dah, sekali-kali ganti Makima kek." Sahut Ero.
Sakala mendelik tidak suka, enak aja Sawako itu paling cantik sedunia menurutnya. "Suka kok sama rendang."
"Heh!" Ero hampir melempar sepatu kearah Sakala karena berani mengejek waifu tercintanya.
"Bye guys, gue mau kejar ayang Sawako dulu." Sakala mencomot brownies buatan tante Gigi yang dibawa Ero. Anak itu berjalan riang mengikuti jejak langkah cewe yang disebutnya Sawako tadi. Sakala mah pantang menyerah. Prinsipnya kejar cinta sampai ke isekai.
"Sawako tungguin dong!" Teriaknya tidak tahu malu, membuat orang-orang yang ada di koridor menoleh. Sementara si gadis berponi lurus itu semakin mempercepat langkahnya.
"Nah dapet!" Bak di drama-drama picisan yang sering Sakala tonton, ia berhasil menggapai tangan si gadis dengan dramatis. Kalo di drakor pasti udah ada backsound lagu 'everytime i see you, geudae nuneul bol ttaemyeon', plus beserta efek angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut.
Namun, bayangan drama picisan di kepala Sakala seketika buyar ketika si gadis malah menghempaskan tangannya kasar. Sakit banget tertolak dengan gaya menyedihkan.
"Udah berapa kali gue bilang, jangan panggil gue Sawako!" Si gadis marah besar. Kedua alis cantiknya menukik tajam seolah siap menebas Sakala kapan saja.
Tapi bukan Sakala namanya kalau langsung menyerah begitu saja. Keberadaan cewe yang ia percayai sebagai perwujudan Sawako di dunia nyata adalah takdir dari semesta. Dia bakal berjuang sampai cewe galak ini suka balik sama dia.
Sementara itu gadis berponi lurus yang sebenarnya bernama Cia tadi mendengus, sebal karena hidupnya tidak lagi tentram setelah bertemu Sakala. Gadis cantik berperawakan mungil itu nama aslinya Chyntia Kimberly, anak bapak Jean Kimberley dan ibu Zakiah Crystalia. Sakala tahu semua hal tentang Cia. Makanan kesukaannya bakso aci belakang sekolah, minuman kesukaannya jus alpukat bikinan mbok kantin tiga, warna kesukaannya kuning, rumahnya 300 meter dari sekolah, bapaknya pilot, ibunya pramugari. Kurang serius apalagi Sakala dalam memperjuangkan cintanya.
"Tapi lo mirip Sawako, Ci." Balas Sakala. Dia mana takut dengan tatapan tajam Cia. Baginya tatapan itu terlihat seperti tatapan penuh cinta.
"Sinting!" Gadis itu segera menghentakkan kaki, mulai berjalan menjauh. Namun, secepat kilat Sakala menahan.
"Tunggu bentar dong, gue mau kasi ini." Sakala meletakkan potongan brownies yang dilapisi tisu keatas telapak tangan Cia. "Dimakan ya, buatan mami Gigi paling enak sedunia. Lo harus coba."
Cia terdiam sejenak, agak lemot memproses perlakuan Sakala.
"Gue balik dulu, dadah Sawako cantik." Sebelum pergi, Sakala sempat-sempatkan untuk mengacak sedikit poni lurus Cia. Yang diacak poni, tapi yang berantakan malah hati. Inikah yang dinamakan dari poni turun ke hati?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Dawn is Warmer Than Day ✓
Fanficft. Seungcheol & Sunwoo as bapak anak Coba deh lu bayangin punya bapak spek komandan militer yang hobi nyepak kaki kalo lu salah sedikit aja dari aturannya. . Ini tentang seputar kehidupan bapak Sadana dan anaknya Sakala. Bapak anak yang punya kepri...