Rumpi no secret?

50 5 1
                                    

Cuma empat orang. Tapi bisa membuat satu kamar berantakan. Pokoknya lebih parah dari kapal pecah deh. Mending-mending kalau abis makan bungkusnya di buang ke tempat sampah. Malah bungkus ciki yang sudah kosong dibuat bantal sama Juna. Apalagi botol cola yang isinya tinggal setengah, juga sudah alih fungsi untuk geplak kepala Hadden oleh Rajen.

"Bosen ah main PS mulu!" Ucap Jevan menaruh stick PS di atas karpet bulu. Lalu pindah ke kasur. Selang berikutnya Rajen mengikuti Jevan pindah ke kasur. Cowok Chindo itu bukan ahlinya bermain game. Alias si paling kalahan. Kalau soal yang lain mah bisa diadu. Pelajaran, organisasi misalnya.

Yang masih bertahan tersisa Juna dan Hadden. Sedangkan ketika Hadden kalah dari rajanya game dia teriak-teriak. Mirip orang kesurupan. Alhasil dipukul lagi deh oleh Rajen pakai botol cola.

"Sakit ya Allah!" Dipukul langsung diam? Dipukul Hadden malah tambah teriak lagi.

"Udah ngapa PS-nya ges. Kalian nggak mau buka sesi curhat nih?" Tanya Juna setelah dirinya menang.

"Emang gue mau udahan. Sekali-kali kalah ngapa Lo dari gue?" Hadden yang mengemis menang dari Juna.

"Yeeeee... Kalau nasib kalahan mah kalah aja." Hadden yang ancang-ancang mau mukul Juna langsung dilerai oleh Rajen.

"Yaelah. Cuma kaya gitu aja Lo pada tubir? Kaya gue nih kalah atau menang stay cool?" Jevan yang sedari tadi senyap mulai berkoar membanggakan diri.

"Kita buka sesi curhat aja lah. Mumpung gue banyak yang mau gue omongin." Kata Juna. Ini dari raut-rautnya sih paling banyak beban.

"Sokin Lo duluan." Rajen mempersilakan Juna untuk curhat duluan.

Yang khas dari geng F4 tuh kalau kumpul pasti membuka sesi curhat. Tidak sering juga, tapi sekali dalam sebulan lah paling tidak. Tujuannya jelas. Membagi kisah. Walau mereka sering bersama tapi setiap kisah kan tetap mereka jalani masing-masing.

"Masa mama gue mau punya anak lagi?" Ucap Juna yang membuat para pendengar syok.

"Lah top juga bapak Lo Jun?" Hadden yang lebih dulu menanggapi.

"Terus yang buat Lo nggak suka yang mana?" Nih si yang paling peka. Rajen.

Juna menghembuskan napas panjang sebelum menjawab, "ya kan Lo semua tau adik gue udah empat ges empat!" Jawabnya sudah kelihatan frustrasi.

"Ya sabar lah bro. Dapat anak kan sama dengan rejeki. Rejeki orangtua lo baik berarti." Kata Hadden.

"Lo mah kaga ngerasain jadi gue. Coba deh Lo jadi gue mau punya adik otw lima? Sanggup Lo?" Tanya Juna.

Hadden dengan polosnya menggeleng.

"Kan? Lo aja nggak mau apalagi gue?" Ucap Juna.

"Adik Lo kan semua ada nanny? Kaya elo ikut ngurusin aja Jun?" Itu tanggapan Jevan.

"Ya semua ada. Tapi kan gue yang paling tua udah nggak mau punya adik lagi." Juna membela dirinya.

"Mungkin emak bapak lo terinspirasi sama gen halilintar kali." Celetuk Rajen. Sukses deh membuat Hadden dan Jevan ketawa cekikikan.

"Wanjerrrrr! Kurang 6 lagi biar 11 tuh Jun. Siap-siap deh Lo!" Kata Hadden membuat wajah Juna tertekuk karena kesal.

"Siapa nih yang mau curhat lagi?" Tanya Hadden sama semuanya.

"Tuh Rajen kali." Kata Juna menunjuk Rajen yang lagi nyemil keripik.

"Paan? Gue kaga punya beban." Balas Rajen.

"Hubungan Lo sama Kirana baik-baik aja kan?" Pertanyaan ini dari Jevan.

Rajen melirik Jevan yang ada di sampingnya.

"Baik-baik aja. Gue mah santai Kirana mau marah atau enggak juga gue diemin." Jawab Rajen masih betah nyemil.

"Sadis banget Lo." Kata Juna.

Rajen mengendikan bahunya, "gue mah bukan sadis. Dia mau apa gue turutin. Tapi kalau apa-apa dibuat masalah ya gue cuek." Jawabnya.

"Cewek modelan Kirana itu susah didapet lur. Lo mah dikasih gratis sama Tuhan pertahanin. Itu kalau Lo meleng dikit ganti hak miliknya cepet." Hadden memperingati Rajen.

"Kaga. Kirana bucin sama gue. Enak aja." Balas Rajen sudah akan memukul Hadden lagi.

"Gue aja mau." Kedua mata Rajen langsung melotot ke Juna.

"Gue percaya pacar gue setia sama gue ya? Kalian jangan pada nakut-nakutin." Ancam Rajen pada semua. Walau dia dianggap sadis oleh teman-temannya tapi Rajen tau bagaimana harus men-treatment seorang Kirana. Cewek yang sudah dia pacari hampir satu setengah tahun. Awal mereka kenal karena mama mereka ada di satu geng arisan. Waktu itu Kirana baru putus dari pacarnya. Dan Rajen yang jomblo dari lahir disuruh untuk mendekati Kirana oleh mamanya. Rajen yang awalnya tidak minat langsung kepincut. Ya gimana tidak kepincut anaknya cantik bodygoals.

"Sekarang Jevan nih. Lo tuh udah putus beneran sama Camilla belum sih?" Tanya Hadden yang udah kepo dari kemarin. Sengaja kemarin pas nonton dia tahan sampai ke acara sesi curhat ini.

"Hari ini resmi putus. Camilla yang maksa balikan kemarin. Tapi mama dia kan nggak setuju." Jawabnya. Abis putus tapi kelihatan biasa-biasa saja.

"Aduh kasian deh Lo." Hadden dengan kurang ajarnya.

"Nah!!! Sekarang giliran elo?" Dan semua menunjuk Hadden kaya nunjuk maling.

Si tersangka mau kabur. Tapi sigapnya mereka menahan Hadden sampai Juna brutalnya menjambak rambut belakang Hadden.

"Jawab atau gue geprek pala Lo?" Ancam Juna. Ini Juna kaya punya dendam banget sama Hadden.

"Paan anjir? Gue kaga punya masalah. Ini udah melanggar kesepakatan ya? Gue marah." Hadden melipat tangannya di dada sok ngambek.

Tapi semua mana percaya kalau Hadden si manusia pembuat masalah, sedang tidak punya masalah?

"Lo suka sama Zega kan?"

"Kaga! Harus berapa kali gue bilang!!" Hadden mengelak dengan ngegas.

"Halah, mana ada kalau nggak suka perhatian banget kaya gitu?" Rajen mencibir.

"Zega itu nggak lebih dari adik gue." Aku Hadden yang pasti sudah basi didengar.

"Adik gue ada Lo mau? Nafkahin Sono!" Ucap Juna. Balik lagi mau bahas adik peradikan.

"Tapi bener loh ges gue nggak suka. Zega tuh nggak lebih dari adik gue. Sumpah!" Hadden menegaskan.

"Bener ya? Lo ampek jadian sama Zega gue botakin pala lo!" Kata Jevan. Hadden cengoh mendengar rambutnya akan dibotakin.

"Beneranlah. Mana ada gue boong." Balasnya.

"SADAR LO TUKANG BOONG DODOL!!" Hadden auto tutup telinga.













Sudah hari Senin lagi. Pagi ini Hadden jemput Zega lagi. Sama motor Scoopy pastinya. Cuma sepanjang jalan Zega ngomel karena lupa dibawakan helm oleh Hadden. Kalau dipikir-pikir Zega emang kurang ajar sih. Sudah dijemput, ditebengin pula masih marah-marah. Tapikan Hadden bucin. Dimarahin Zega dia terima-terima aja.

"Ngambekan amat. Entar pulang gue beliin yang baru." Kata Hadden menjanjikan helm baru untuk Zega. Abis Zega cemberut mulu. Hadden paling malas melihat Zega marah padanya.

"Nggak usah. Apaan sih beli-beli segala. Zega maafin tauk!" Balasnya menolak keinginan Hadden.

"Senyum dong?" Pinta Hadden.

Zega memaksakan senyumnya. Lalu Hadden mencubit hidung Zega saking gemas.

"Janji besok nggak lupa lagi." Kata Hadden setelahnya dan menautkan paksa jari kelingkingnya dengan jari kelingking milik Zega.

Tapi adegan yang terkesan menye-menye itu harus berakhir karena seseorang dengan sengaja menabrak bahu Hadden. Pelakunya bukan cowok. Melainkan cewek rese yang setiap harinya sering cari masalah dengan Hadden.

"Apa Lo liat-liat?!" Dia yang menabrak, gadis itu juga yang nyolot duluan.

Kalau tidak sedang bersama Zega, sudah dipastikan Hadden bakalan ngamuk. Demi Zega yang nggak suka dia cari ribut, Hadden mati-matian menahan.

Lirikan mata keduanya yang mirip kilatan petir. Menandakan amarah dan dendam. Lantas siapa sih cewek itu?

Dunia HaddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang